Pixabay |
Dulu, waktu aku masih ngajar. Yang aku ajar adalah anak - anak orang kaya. Termasuk waktu aku ngajar privat ke rumah - rumah. Dulu, aku punya murid anggap aja namanya Lala. Di rumah Lala ini ada TV yang paling bagus yang pernah aku lihat. TVnya tipis sekali dan panjang menghiasi ruang keluarganya. Sepertinya termasuk TV tipis pertama yang keluar yang ada di Indonesia. Bisa kebayang kan gimana ga mahalnya TV kayak gitu di zaman itu.
Tiap aku dateng ke rumahnya. Aku suka terkagumterkagum - kagum ama TV itu * maklum katro 🤣. Hingga suatu hari pas dateng lagi ke rumahnya ngajar. Aku kaget dong ternyata ada goresan besar di layar TVnya. Keliatan banget bekas jatuhnya. Sayanggggg banget
Terus aku nanya ke Lala. "Lala, TVnya kenapa?" Tanyaku. "TVnya jatuh Bu Yeni, kemarin waktu Lala lagi main2 ama Kak Sakti" Jawabnya. "Oh gitu, terus mama marah besar ke Lala?". Aku kaget dan udah ngebayangin semarah apa orang tuanya ama dia. Maklum TV mahal. Terus Lala bilang gini "Nggak kok, Mama cuma bilang hati - hati aja"
MasyAllah aku lebih kaget lagi denger jawaban Lala. Cuma gitu doang bilangnya. Kok bisa ya mamanya cuma bilang gitu aja. Kalau orang tua kebanyakan pasti udah bentak - bentak dan mukulin anaknya atau ngurung anaknya di kamar mandi karena udah ngejatuhin TV mahal mereka. Tapi Mamanya Lala berbeda
Lambat laun baru aku mengerti mengapa Mama Lala begitu. Karena sebagus apapun TV itu, ia tetaplah hanya sebuah benda mati. Dan semahal apapun harga TV itu masih bisa dibeli. Tapi jika hati anak terlanjur hancur terlukai karena bentakan dan pukulan kita, maka akan lebih sulit untuk disatukan kembali. Sekalipun bisa direkatkan kembali tapi bekasnya akan selalu ada 😭.
Baca juga: Penyebab Ibu Suka Kasar pada Anak
Baca juga: Caraku Berdamai dengan Inner Childku
Pixabay |
Baca juga: Tampak Sepele tapi Sebenarnya Luka Bagi Anak
Sejak itu, aku jadi belajar kalau nanti aku jadi orang tua sekaligus seorang istri, aku harus hati - hati jangan sampai dengan mudah melukai anak2 aku dan suami aku hanya karena sesuatu yang tak penting nilainya dibandingkan perasaan dan arti mereka dalam hidupku ❤ dan aku berusaha mencatat itu baik2 di hatiku. Daripada melukai hati anak lebih baik kasih konsekuensi yang mendidik
Tulisan ini benar - benar untuk mengingatkan diriku sendiri untuk terus belajar mengurangi kesalahan dan terus belajar menjaga hati mereka yang berarti ❤
Jadi marah boleh. Salah satu dari bagian emosi dasar manusia. Tapi ungkapkan dengan cara yg baik. Tapi kalau marah - marah itu yang ga boleh. Kalau marah - marah itu berarti emosi marah kita yang tidak terkelola dengan baik. Dan cenderung menyampaikan sesuatu dengan cara marah - marah itu ngga masuk ke penerima pesan kita. Termasuk ke anak. Kalau ke pasangan bisa jadi malah berantem karena pasangannya balik marah - marah lagi karena dia digituin. Akhirnya susah kan selesainya dan jadinya saling nyalahin.
Jadi daripada marah - marah sama anak karena ngga sengaja ngrusak barang. Kita bisa tawarkan anak konsekuensi mendidik misalnya uang jajannya dipotong untuk beli barang yang dia rusak dll. Itu lebih ngena k anak dan anak jadi tahu proses menjaganya
Jangan lupa sebelum itu ungkapkan perasaan kita yang sedih atau marah karena barangnya rusak. Setelah diungkapkan perasaan kita. Anaknya jadinya tahu kenapa mamanya marah. Ini teorinya ya tapi untuk bisa marah dengan elegan gini butuh latihan cinnnnn 🤣 *semangat belajar kita ibu - ibuuu 😍
makasih sharingnya, ceriatnya sederhana tapi mengena
ReplyDeleteSetuju mba. Aku memang lebih emosian kalo ngajarin anak belajar. Tapi kalo soal mereka ga sengaja merusak barang2 di rumah, aku ga mau terlalu marah. Mungkin Krn barang di rumah juga sedikit dan ga banyak yg mahal 🤣. Jadi masih bisa santai kali yaaa 😅.
ReplyDeleteMikirnya sih, itu masih bisa dibeli lah. Kucing kesayanganku aja mecahin vas kristal aku msh santai, ga mungkin kalo anak2 aku marahin 🤣. Yg ada suami bisa marah besar juga ke aku hahahahhaa. Intinya sih, kalo barang bisa dibeli lagi. Tapi anak2 yang dilukai terlebih dengan pukulan bakal berbekas di hati dan pikirannya :(