Hai kamu, pernah nggak sih kamu bertanya pada dirimu sendiri, sebenernya selama ini sudahkah kamu menjadi dirimu sendiri? Tentu saja diri sendiri dalam artian positif ya. Sudahkah jalanin hidup apa adanya tanpa syarat ketentuan? Tanpa memikirkan pendapat orang, tanpa kepura-kepuraan, tanpa kepalsuan, tanpa tipu-tipu dan semua yang sesungguhnya melelahkan hati? Hahhh *tarik nafas dulu
Izinkan aku untuk sedikit bercerita. Beberapa hari yang lalu ada yang meresahkan hatiku. Rasanya aku marah, sedih, baper ketika niat baikku dibumbui prasangka buruk orang lain di media sosial.
Hari itu, aku membuat status yang intinya buat kita-kita yang masih menerima gaji bersyukurlah karena di luar sana banyak yang bahkan jangankan terima gaji mereka malah kehilangan pekerjaan mereka 😭.
Niatku menulis status itu untuk mengajak pembacaku untuk menyadari, beryukur dan berempati pada orang lain. Tapi sayangnya dari banyak komen positif, tiba-tiba ada satu orang yang nggak aku kenal komen negatif yang kesannya menganggapku tidak berempati dengan keadaan orang-orang saat ini. Astagfirullah. Dan di status selanjutnya ditengah-tengah komen positif orang lain ada aja ya komen satu atau dua orang yang negatif, yang menghakimi, menyudutkan, nyinyir dan sok tahu padahal nggak kenal tapi betapa mudahnya mereka menyakiti orang lain dengan jempolnya di rumah orang lain. Semoga kita nggak termasuk orang-orang seperti ini ya 😔
Baca juga: Yakin Nggak Nyinyir? Yuk, Kita Cek Diri Kita Bunda
Marah dong aku, kesel dong aku, dan rasanya aku terlukai ketika niat baikku dipandang buruk oleh orang lain atau orang-orang yang sok tahu dengan niat orang lain. Sampai aku hapus itu status karena nggak mau juga jadi tempat saling debat antara orang yang membelaku dengan orang sok tahu itu.
Dengan semua perasaan marahku dan rasa sedihku karena komen negatif orang lain. Ada yang ku sadari bahwa ternyata aku belum siap jadi artis ya wkwkwkw 😂. Bukan bukan itu yang membuatku tersadar. Bahwa mengapa aku hanya fokus dengan komentar negatif orang lain hingga aku melupakan banyak komentar positif orang lain? Dan kualitas hidupku tidak ditentukan oleh komentar orang lain tapi nilai-nilai kebaikan yang tetap ku pegang dalam menjalani hidupku
Untuk itu aku ingin menuliskan dan berbagi sudut pandang untuk siapapun yang membaca ini
Dear Teman-teman
Setiap orang mempunyai maksud dan niat yang berbeda-beda mengapa menulis sesuatu atau mengunggah sesuatu. Kita juga ga bisa menghakimi niat baik orang lain atau sok tahu dengan niat orang lain apakah niatnya baik atau pamer. Karena dialah yang paling tahu dengan niatnya. Karena sesuatu yang diniatkan positif maka akan keluar pula dengan positif dan terasa tulus bagi orang lain.
Misalnya kalau ada yang unggah foto makanan, kita ga bisa juga kan menghakimi orang itu pamer atau ga berempati dengan keadaan saat ini. Karena bisa jadi ketika seseorang itu mengunggah sesuatu niatnya sebagai self healing nya dia dengan kondisi saat ini atau niatnya cuma buat kasih ide masakan pada orang lain. Kalau ngga mau mengunggah karena niatnya untuk menjaga juga gapapa, tetap dua-duanya baik kan. Itu cuma contoh kecil aja yang aku maksud dari sebuah niat. Lalu apa hak kita menghakimi niat orang lain?
Nah, sebenernya ada banyak hal baik yang bertebaran di sekitar kita. Jadi, kenapa kita harus mendahulukan prasangka negatif daripada positifnya? Karena jika kita telah terlanjur berpikir negatif, hal positif saja bisa jadi hal negatif di pikiran kita. Yuk, tetap dahulukan berpikir positif sekalipun di situasi berat saat ini. Biarkan saja perekonomian saja yang sakit, jangan ditambah dengan hati dan mental yang sakit juga 😂 *lagi ngingetin diri sendiri ceritanya
Orang mandang kita baik atau buruk, itu urusan mereka. Bukan urusan kita. Urusan kita adalah tetap berbuat baik. Iya kan? Yuk tetap Positif karena positif itu lebih membahagiakan ❤
Sejak itu aku putuskan. Aku ingin jalanin hidup apa adanya tanpa syarat berlaku. Tanpa tedeng aling-aling, tanpa kepura-puraan, tanpa basa-basi, tanpa followers palsu, tanpa modus, tanpa tipu-tipu dan tanpa sibuk ngurusin komentar orang lain karena standar hidupku bukan terletak pada komentar orang lain, tapi standar yang ku buat untuk hidupku sendiri karena akulah yang paling tahu diriku dan bagaimana situasi dan kondisi hidupku sendiri. Bukan orang lain. Tentu saja standar hidup yang dilandaskan pada kebenaran yang berasal dariNya. Yah aku ingin hidup apa adanya walau media sosial itu selalu menuntut orang-orang untuk sempurna
Oleh karena itu, aku sukaaaa sekali ketika IM3 Ooredoo mengusung value simple Tanpa Syarat Ketentuan di slogan mereka. Jadi mengingatkan sekaligus mengajak kita semua untuk yuk jadi diri kita sendiri. Diri kita yang bahagia, diri kita yang produktif, berkarya, berekspresi dan bahagia #TanpaSyaratKetentuan dengan dukungan dari IM3 Ooredoo
Untuk itu, daripada kita sibuk komentarin orang, sibuk menghakimi orang, sibuk ngurusin orang, sibuk mengkritik orang, lebih baik yuk kita sibukan diri kita dengan karya dan menjadi diri sendiri yang lebih baik. No tipu-tipu, no kepalsuan, no pencitraan seperti taglinenya IM3 Ooredoo yaitu Simple jalani hidup apa adanya #TanpaSyaratKetentuan dan IM3 Ooredoo juga melengkapinya dengan menghadirkan lini produk telekomunikasi yang simple, bebas syarat ketentuan seperti Freedom Internet. Yuk tetap bermedia sosial dengan jadi diri sendiri karena itu lebih membuat kita bahagia. Karena salah satu arti bahagia itu
"Ketika kita bisa menjalani prinsip hidup kita dengan rasa percaya diri, tanpa penyesalan dan kita tak perlu membayar apapun untuk itu"
Baca juga: Belajar Bahagia dari Anak
Baca juga: Cara Menjadi Pasangan yang Bahagia untuk Membesarkan Anak yang Bahagia
Ini bahagiaku, mana bahagiamu. Jangan lupa bahagia ya ❤
Baik, Mbak Yeni...
ReplyDeleteKita jangan lupa bahagia, ya!
Memang kadang medsos ada sisi negatifnya, ya...
Iya bener mba. Media sosial itu ada 2 sisi soalnya 😂
DeleteBener, mba. Yang penting kita menebar kebaikan, jangan pikirin komentar orang.
ReplyDeleteBener mba yang penting kita menebar kebaikan ya
DeleteTeh Yeni imut banget, jd galfok deh liatin fotonya hehe...
ReplyDeleteHihihi makasih bunsay 😘
DeleteKapan ya Bun kita bisa ketemuan lagi, kangen banget ih. Semoga Allah SWT memberi kesempatan di lain waktu ya Bun bisa bertemu satu keluarga gitu pasti seru deh
DeleteBagaimanapun caranya menghadapi hidup yang penting kita jangan jadi korban social media. Intinya tetap bahagia adalah yang utama. Percuma juga kalo di socmed kelihatan bahagia tapi aslinya malah berkebalikan.
ReplyDeleteBener mba dimana-mana kita perlu bahagia. Semangat 😍
DeleteKalau ngeladeni komen orang memang pusing ya mbak. Kadang pada punya masalah sendiri2 marah2nya di thread orang -.-" hihihi, yang penting tetap shantuy dan santun.semangaaat!!!
ReplyDeleteHahaha bener mba. Nggak sopan ya sok tahu di tempat orang
DeleteHidup apa adanya tanpa syarat dan ketentuan selain syarat dan ketentuan yang telah ada untuk umat muslim ya Mbak.
ReplyDeleteAh yuni jadi sedikit minder. Bertanya-tanya.
Benarkah selama ini, Yuni udah jujur apa adanya tentang diri ini?
Apakah iya Yuni nggak menunjukkan sisi orang lain pada diri sendiri?
Ah sudahlah, yang pasti mulai saat ini mari kita menjadi diri sendiri ya Mbak.
Nggak papa lah banyak yang nggak suka karenanya. Toh selama nggak merugikan orang lain, apa yang dicemaskan?
#selfreminder banget tulisan mbak Yeni.
Dengan selalu bersyukur dan mencintai diri apa adaya, kita aka selalu bahagia ya, Teh
ReplyDeleteGak perlu berpura-pura untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Lebih baik jadi diri sendiri aja ya...
DeleteAku pun pilih egepe mba di medsos. Aku akan share apapun yg aku mau hehehe. Hanya memang proses filtering ya pada diri sendiri. Stay happy ya mvaa
ReplyDeleteTerkadang apa yang kita tulis memang berbeda seperti saat kita menyampaikan ya mba, makanya kalu siap main medsos, siap-siap juga sakit hati dan sebagainya
ReplyDeleteAku baca waktu itu, bener deh komentarnya negatif ya.
ReplyDeleteMalas sebenarnya meladeni komentar negatif gitu, tapi wajar sih kalo Yeni sedih dan baper.
Enakan ngurusi IM3Ooredoo aja ya yang kasih apa adanya tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku
Yang mana sih, Mba? jadi kepo deh mau liat statusnya, Mba Yeni. Iya Mba Yeni belum siap jadi artis sih ya... hahahaha.. mending urusin im3 ooredoo aja ya.
DeleteMenjadi diri sendiriitu lebih nyaman yaa, daripada kita mengikuti gaya orang lain. Bahagianya semu. Saya juga pakai indosat di rumah. Soalnya jaringan indosat di rumah paling bagus.
ReplyDeleteNah, itulah makanya kita kudu belajat bodo amat ya hehehe :) AKu pun tadinya sulit kudu jaim2...hehehe tuntutan kehidupan yang mesti sempurna dan memang aku termasuk perfeksionis. Jalani apa adanya namun tetap berusaha adalah hal terbaik. Yang penting ga nyusahin orang lain ya kan bun hihihihi :D
ReplyDeleteAhaha bener mbak, kadang juga suka dijulidin tapi yawes lah bodo amat :D
DeleteKarena kita gak bisa bikin semua orang seneng kan sama kita. Yg penting gak merugikan org gtu aja :D
Setuju dengan pendapat Yeni, Sebagai Muslim kita harus bisa bersyukur ketika mendapat nikmat atau justru sebaliknya sedang mendapat cobaan
ReplyDeleteCuekin aja orang yang seperti itu cuma bikin Penyakit hati
Terus yang sok tahu itu, langsung unfriend atau di mute nggak mbak Yeni, hihi, ya biar nggak memberikan hawa negatif.
ReplyDeleteJadi, tetap #SemangatCiee menebarkan hawa positif, Bunda Erysha 😘
Hidup apa adanya bikin lebih enteng menjalani hidup ini ya Mba, omongan orang itu kadang malah bikin pusing
ReplyDeleteMemang bener ya, kadang niat baik kita ga semuanya diterima nitijen.
ReplyDeleteMakanya aku kalo post niatnya menyenangkan diri sendiri aja (ekhois) hihii
Pinter2 bersosmed aja, sibuk dengan diri sendiri, jadi diri sendiri dan fokus berkarya, yuk!
Sekira setahun lalu saya alami hal yg mirip. Status saya berupa sedikit cerita ttg CS yg malas baca jadi saya harus mengulang-ulangi apa yg sudah saya sampaikan dari kemarinnya.
ReplyDeleteEh ada yg nyolot seolah dia sedang saya persalahkan dan dia julid banget ke saya, ngata2in gitu. Heran.
Yah, menjadi apa adanya ternyata gak selalu mudah ya krn netizen gak ketebak. Tapi setidaknya itu menenagkan.
Setuju, Mbak. Kalau mikirin apa kata orang mah bawaan lelah. Mendingan jadi diri sendiri dan pastinya kita tetap berada di rel, udah cukup. Soalnya terkadang mulut orang lebih pedas dari seblak level 12 hehehe...
ReplyDeleteSetiap era punya hype tersendiri. Sekarang tergantung diri sendiri dalam memposisikan diri. Alangkah baiknya jika kita selalu menggunakan landasan berpikir yang wajar dalam menerima banjir informasi yang masuk kedalam jiwa.
ReplyDeleteBanyak orang yang stress dan tertekan hanya karena impian mereka tidak terwujud. Di jaman ini, dimana semua orang hanya peduli untuk pamer di media sosial. Membuat semua penggunannya mengejar apa yang sebenarnya tak perlu dikejar, lalu melupakan potensi diri sendiri karena fokus pada kehidupan yang berkilauan dilayar sosmed. Btw saya juga user setia indosat nih mbak hampir 9 tahun.:D
menyikapi netijen ini kadang emang harus pintar pintar ya, anggap aja semuanya becandaan anak anak, kalo ga salah pernah dibahas di Youtubenya Deddy Corbuzier deh,
ReplyDeleteyang komennya aneh biasanya kalo ga kekanakan ya akun palsu
Medsos mah harusnya tempat buat having fun ya, bukan kayak pengadilan yang kesannya ada yang menghakimi dan dihakimi. Hihihi. Seru pastinya hidup tanpa S&K berlaku, seperti Freedom Internet ala IM3 Ooredoo ini.
ReplyDeleteojo neko2 gitu ya , apa adanya lebih asyik
ReplyDeleteKadang yang orang lain sajikan do medsos banyak yang fake mba. Sisi baiknya aja kadang yang diumbar. Tapi balik lagi ke kitanya. Saya lebih memilih hidup simpel aja tanpa mengikuti standar orang lain.
ReplyDeleteStay positif yaaa mbaaaak. Biar bsa menangkal hal-hal negatif yg bertebaran di luar harus pasang tembok positif yg tinggi😁 sibukin sama hal yg baik dan bikin semangat ajaa ya mbak drpada ladenin org toxic yg mikirnya negatif mulu hehehe
ReplyDeletewaaaa...aku fokus sama foto trakhir. senaaang lihatnya. ceriaaaaa bingit. menebar positif vibes mba Yen..
ReplyDeletememang bener, ada orang yanh berpikir jd terkenal itu uenaaak. Tapi apalagi di zaman medsos di mana oranh bisa komen seenaknya, jd aktris harus siaaaaap mental ya mba hannaa
Benar sekali, Mbak Yeni. Tidak semua yang kita posting di medsos, akan disukai oleh orang. Ada saja yang beda pandangan. Padahal maksud kita tidak seperti itu.
ReplyDeleteJadi saya selalu mensiasati dengan menulis.. menurut saja, sesuai pengalaman saya...
Bakalan capek banget sebenarnya sih kalau nuntut harus perfect terus di instagram, kalau aku memang membuat media social harus sama dengan kehidupan sehari-hari.
ReplyDeletekalo aku sih dinyinyirin ya mencoba biasa ajalah. kalo kita kesel kan efeknya ke tubuh juga bikin darah tinggi hehe
ReplyDeleteJalani hidup apa danya tanpa syarat ketentuan karena nanti ujung-ujungnya hidup bakal penuh dengan pencitraan dan itu akan capek rasanya...
ReplyDeleteReminder bagiku ini, mbak Yeni
Meski balik lagi ke orangnya ya, kadang dia merasa itu pilihan dia , hidup dengan pura-pura...padhal kita yang melihatnya berpikir apa enggak capek ya. Duh!
DeleteNggak apa-apa di media sosial nampak sempurna. Yang penting di dunia nyata kita bahagia lahir dan batin.
ReplyDeleteSelain social distancing, aku juga sosmed distancing Mbak. Kadang lelah dengan segala ujaran positif padahal mental lagi suntuk dan negatif. Jatuhnya jadi toxic positivity yekan? Jadi lebih baik kurangi dulu koneksi dg sosmed. Lagipula ada juga masa2 lelah menatap layar hp melulu
ReplyDeletein my honest opinion, socmed gak menuntut kesempurnaan dari akun-akun pemiliknya hanya sang pemilik akun mencoba tampil sempurna dengan me-setting sedemikian rupa supaya terlihat baik, glamour, mewah, ataupun indah dilihat oleh pengikutnya. but i agree, jalani hidup apa adanya... sesuai selera masing-masing
ReplyDeleteAku dulu kalau ada yang upload apa gitu dan gak sesuai, dalam hati ngedumel bahwa mereka itu pamer. Sekarang udah gak lagi. Ada banyak alasan yang tidak kita ketahui. Contohnya Mbak yang niatnya buat bersyukur. Tapi memang gak semua orang mikir sama sih ya
ReplyDeleteIya, Jia...
DeleteIni yang bikin aku kalau buka FB, terutama...nulis-hapus-nulis-hapus.
Endingnya,
Ga usa nulis deeh...cuma begini dooank.
huhuu...seretjeh itu akutu...
Tapi kalau aku memang bikin medsos, khususnya instagram ini untuk sebagai journal aku. Dan yang aku post ya memang apa yang aku lakukan, dari awal emang cuek aja gak mau terlalu gimana di instagram. Pengen jadi aku yang sesungguhnya aja, karena kalau kita menuntut sempurna bakalan capek.
ReplyDeleteTerus semangat berbagi hal positif ya mbak, yang nerimanya negatif mah cuekin aja...
ReplyDeleteKetika masuk ke dunia sosial media memang butuh mental baja, karena di sana banyak yang berpikir kesempurnaan itu penting. Tapi balik lagi ke diri kita mau berniat apa. Karena orang memandang dari sisinya buka dari sudut pandang kita
ReplyDeleteWah, kalo dengerin semua komentar netizen, bakal bikin susah makan Mbaaa :)
ReplyDeletecuekin aja Yang penting kita berada di koridor yg baik sesuai ajaran Islam
Risiko mainan medsos, kadang kita nyetatus A, org ngiranya maksudnya B :D
ReplyDeleteWah Oredoo ada paketan baru inet kah mbak? Emang butuh bangt ya apalagi kalau di rumah aja butuh jaringan inet buat kerjaan, sekolah dll :D
**senyum-senyum sendiri aku bacanya, teh...
ReplyDeleteMemang jadi artis itu berat yaa...makanya banyak artis Kowea yang gakkuat lalu bunuh diri doonk..
Looh...
kok jadi ngeghibah?
Aku suka banget, teteh akhirnya mendapat hikmah dari kesedihan teteh yaa..
Semoga yang berkomentar paham maksud teteh. Bukan untuk riya dan pamer.
Tapi semata-mata untuk bersyukur dan berbagi kebahagiaan.
Sepakat banget Mbk menjadi bahagia dengan tidak banyak sibuk urusan orang lain, fokus memperbaiki diri sendiri dan tentunya ingin bahagia.
ReplyDeleteMenulis aja mbak yang diinginkan pasti akan memberikan manfaat untuk yang membaca. Fokus untuk memperbaiki diri dan apa adanya ya
ReplyDeleteBerprasangka baik lebih menenangkan
ReplyDeleteJika tak suka lebih baik ya diam tak mau terlibat dalam debat atau konflik.
Untuk saat ini, unggah photo makanan dikira tak punya empati. Sekali lagi, ya berpikir positif saja