Menjadi seorang ibu beranak kecil itu seperti tidur dan nggak tidur di malam hari dan shubuh harus terbangun dengan badan yang terasa remuk semuanya. Lalu, memaksakan diri untuk mengerjakan semuanya sendiri dari shubuh hingga kembali malam. Begitu seterusnya. Hingga rasanya begitu lelahhhhhh sekali. Tak jarang, membuat diri berkali-kali menangis sendiri dan berkata "Aku Lelah dan aku kehilangan waktu untuk diriku sendiri". Dan ketika malam hari, ketika itulah rasanya kita sebagai perempuan tak mampu lagi berdaya karena waktu dan tenaga kita telah habis untuk mengerjakan dan mengurus semuanya sendiri, rumah, anak dan suami dari shubuh sampai malam
Baca juga: Ketika Engkau Merasa Lelah Menjadi Seorang Ibu
Benarkah Kodrat Perempuan itu di Sumur, Dapur, dan Kasur? Lalu Apa?
Kita sebagai perempuan begitu disibukkan mengerjakan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Mengurus anak dari pagi sampai malam dan juga harus mengurus suami. Lalu terselip pertanyaan "kapan ku punya waktu untuk diriku sendiri?". Iya kan? Terkadang aku berpikir, gara-gara sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, gara-gara tenaga kita banyak dihabiskan untuk mengurus rumah. Membuat kita lupa membersamai anak dengan cinta.Bagaimana bisa kita membersamai, mendidik dan menstimulasi anak dengan cinta, wong kita sudah lelah dengan semuanya 😭. Padahal prioritas dan kodrat kita sebagai wanita adalah mendidik anak-anak kita. Bukannya mengerjakan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Tapi di satu sisi kita dilemma, siapa yang akan mengerjakan pekerjaan rumah kalau bukan kita? Kita nggak punya ART dan suami juga ga bisa diandalkan untuk bekerja sama mengerjakan pekerjaan.
Baca juga: Bekerja di Rumah tanpa ART. Yes or NO?
Dan ketika perempuan itu berkata "Lelah", bukannya berempati langsung ia dihakimi suka mengeluhlah, nggak bersyukurlah, nggak pengen masuk syurgalah, diceramahi dan ditambah dalil-dalil agama yang ga sesuai pada tempatnya yang dilemparkan oleh orang2 sekitar. Mereka lupa bahwa seorang ibu adalah manusia biasa yang bisa juga merasa lelah dan itu manusiawi sekali. Mereka bukanlah robot atau Tuhan yang sempurna. Tapi mereka sering dituntut sempurna oleh orang-orang sekitar bahkan diserang oleh sesama ibu. Dimanakah empati itu? Padahal yang diminta oleh seorang ibu hanya sederharna diberikan sedikit ruang untuk ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan kembali untuk menguatkan diri karena sungguh perjalanan seorang ibu itu tidaklah mudah. Tapi seolah-olah seorang ibu itu tidak diperbolehkan untuk merasa lelah sejenak hiks *sedih
Akhirnya, para perempuan itu harus mengerjakan dan mengurus semuanya sendirian dan melewatkan banyak waktu untuk mendidik anak-anaknya dengan cinta. Yang ada tergantikan dengan sebuah rasa amarah, uring-uringan, ngantuk, kurang istirahat dan tanpa sadar melampiaskan semuanya pada anak. Astagfigrulloh. Semoga kita selalu sadar ya ibu-ibu. Apalagi kalau perempuan itu dikasih masalah perekonomian dan suami yang nggak pengertian plus ga perhatian. Lengkap sudah ketidakbahagiaan ibu itu
Jadi, teruntukmu wahai para suami. Kasihanilah istrimu. Jika ada rezeki lebih, jangan sungkan beri mereka ART. Biar mereka bisa fokus untuk mengurusmu dan anak-anakmu saja. Jika engkau tak mampu, bekerja samalah dengannya untuk mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah. Karena tangannya hanya dua. Ia tak mampu harus mengerjakan semuanya sendirian. Jika ia paksakan, pasti akan ada yang terkorbankan dan itu seringnya anak.
Coba engkau lihat. Betapa banyak para ibu itu waktu dan tenaganya dihabiskan dengan pekerjaan rumah. Tapi tak dihabiskan untuk menstimulasi anaknya, tak dihabiskan untuk belajar ilmu dan tak membersamai anak dengan hati. Tak jarang, alasan seorang ibu buru-buru memaksukkan anaknya yang masih kecil sekolah, karena mereka memang tak sempat untuk menstimulasi anaknya di rumah. Bukannya ga mau. Tapi mereka nggak punya waktu untuk itu dan nggak tahu cara bagaimana menstimulasi anaknya di rumah karena mereka sudah terlalu lelah dan tak ada waktu untuk belajar itu
Coba lihat, para ibu itu lebih tahu bagaimana caranya memasak daripada tahu caranya menstimulasi anak dan ilmu mendidik anak. Kenapa bisa begitu? Lagi-lagi karena mereka telah lelah dan tak punya waktu untuk belajar. Padahal kodrat utamanya perempuan dan seorang ibu itu mendidik anak kan bukan memasak atau sibuk mengurus rumah?
Coba pula engkau lihat, betapa banyak para ibu yang memperlakukan anaknya dengan kasar. Sering meneriaki anaknya, membentak-bentak, melabeli anaknya dengan label negatif dan tak jarang memukul anaknya. Menurutmu kenapa mereka begitu? Salah satu alasannyaa karena mereka telah terlalu lelah hingga stock sabar membersamai anak itu habis begitu saja
Baca juga: Mengapa Pentingnya Mempersiapkan Anak untuk Menjadi Suami dan Istri yang Baik Perlu Dikenalkan Sedini Mungkin?
Teruntuk itu wahai para suami. Bekerja samalah dengan mereka mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah semampumu. Tetap berikan ruang untuk istrimu merasa berharga. Berikan mereka ruang untuk dirinya sendiri dan jadi dirinya sendiri. Berikan mereka ruang untuk bisa belajar banyak hal termasuk belajar apa yang mereka sukai. Berikan mereka ruang untuk terus berdaya dan tumbuh dan terakhir berikan mereka ruang untuk aktualisasi diri mereka hingga mereka tetap merasa bahwa mereka begitu berharga sekalipun dari rumah. Agar mereka percaya bahwa kodrat mereka itu bukan sumur, dapur dan kasur seperti pandangan masyarakat. Tapi hamil, melahirkan, menyusui dan mendidik anak-anaknya dan generasi selanjutnya dengan cinta dan ilmu sesuai dengan kodrat mereka yang sebenarnya dan kodrat perempuan dalam Islam ❤
betul aku suka gemes kalau ibu2 gak mau memberdayakan dirinya dengan banyak wawasan karena suaminya gak mau mendukung. semua hrs dilayani , semau hrs beres, kapan ibu bisa me time, mendidik anaknay dg baik
ReplyDeleteSedih juga kalo banyak yang menghakimi ibu rumah tangga, padahal pekerjaan nya banyak banget ya, dari subuh sampai isya selalu ada pekerjaan.😃
ReplyDeleteKodrat wanita didapur & disumur lalu dikasur.🤣🤣🤣 Kaya lagu dangdut saja.🤣🤣
ReplyDeleteYaa Sebutan Dapur,Sumur,Kasur Mungkin hanya kiasan meski terkadang ada juga wanita yang merasa mencap dirinya seperti itu, Dan mungkin zaman dahulu karena era sekarang belum tentu wanita mau pasrah seperti itu...Versi orang lelaki mungkin begitu.🤣🤣
Tetapi menanggapi hal ini saya percaya terkadang ada wanita yang telah menikah sudah tidak mengurus dirinya lagi karena harus menghidupi anaknya serta mengurus rumah tangga. Ditambah harus mencari nafkah juga demi memenuhi kebutuhan keluarga karena penghasilan suami minim.😊
Mungkin apa yang dijabarkan diatas tentang disumur dan didapur serta kasur..kalau wanita dulu bisa sanggup menjalankannya berbeda dengan wanita era sekarang mending gw minta cerai dah..🤣🤣🤣 Yee nggak???
Membaca artikel ini Saya justru bersyukur sebelum nikah pernah baca kisah yang hampir sama seperti diatas.
Jadi saya pribadi juga tak ingin istri tercinta mengalami kelelahan dalam hal urusan rumah tangga yang mungkin sepele bagi seorang pria tetapi sebenarnya itu sangat menguras waktu dan tenaga.
Solusinya sebenarnya ada pada Pasutri itu sendiri. Selain membuka hati diantara keduanya. Lalu memahami perasaan serta keinginan masing2. Tanpa harus ditutup-tutupi.
Karena jika tanpa ada keterbukaan yang merana wanita itu sendiri.
Dan banyaknya angka perceraian mungkin bisa terjadi dengan hal seperti itu. Jika saling memendam masalah. Akhirnya timbul Emosi yang tak terkontrol cuma masalah sepele.
Intinya dapur,Sumur,Kasur. Mungkin untuk wanita era dulu kali.
Kalau sekarang banyakan ogah kalau saya bilang. Kenapa, Contoh wanita karier mampu tak menikah dengan alasan takut seperti itu atau tak mau calon pasangannya dibawah dirinya.😊😊😊
hehe saling mengerti antara suami istri dalam mengurus rumah tangga itu hal baik utk pilihan.
ReplyDelete