Website ini berisikan tentang ilmu parenting baik itu parenting anak umum, parenting anak berkebutuhan khusus dan keluarga
Standar apa yang Kita Gunakan dalam Hidup Kita?
Sunday, February 2, 2020
- 12 comments
Pernah nggak sih kita bertanya dalam diri kita? Standar apa sih yang kita gunakan untuk mengukur diri dan kehidupan kita? Standar kita sendiri yang kita buat untuk diri kita sendiri atau kita menggunakan standar orang lain untuk kehidupan kita?
Yaa kita seharusnya menggunakan standar kita sendiri dong untuk diri kita dan kehidupan kita. Mengapa? Yaa karena kitalah yang paling tahu diri kita dan sikon kita, bukannya menggunakan standar orang lain di kehidupan kita. Mengapa? Yaa karena setiap orang punya kehidupan dan ukuran yang berbeda-beda. Jadi, nggak bisa disama-samakan. Iya kan?
Terus ngapain juga kita seringnya pakai standar orang lain untuk menilai kehidupan kita? Capek sendiri kan jadinya? Akhirnya kita suka membanding-bandingkan diri kita dan kehidupan kita dengan orang lain. Akhirnya apa lagi? Akhirnya kita dikit-dikit baper, dikit-dikit tersinggung terus jadinya ngerasa nggak bahagia *lagi ngingetin diri sendiri ceritanya soalnya pernah ngerasa kayak gini 😂
Yuk, ah mending kita pakai standar kita sendiri di kehidupan kita. Standar dan nilai yang selalu dilandaskan pada agama tentunya ya. Karena semua tentang kebaikan dan kebenaran itu hanya berasal dariNya
Karena nilai yang kita pegang dalam hidup kita itu dapat mempengaruhi kita dalam memandang dan menyikapi suatu permasalahan dalam hidup kita
Intinya, sebenarnya kita tahu standar mana yang kita gunakan dalam kehidupan kita, yaitu standar sendiri. Tapi sayangnya pada kenyataannya tanpa kita sadari banyak dari kita yang tidak seperti itu. Apalagi buat kaum emak-emak yang gampang baperan 😂. Kita msih suka membandingkan diri kita dengan orang lain, masih suka mendengarkan semua kata orang-orang yang jelas-jelas tidak semuanya membangun. Kita sibuk hidup dengan standar orang lain, akhirnya itu semua melelahkan kita.
Baca juga: Yakin nggak Nyinyir? Yuk, Kita Cek Diri Kita?
Baca juga: Stop Nyinyir pada Ibu Bekerja
Yuk, mulai sekarang kita lepasin semua standar orang lain di kehidupan kita dan jangan pula menggunakan standar kita pada orang lain hingga kita sibuk pula mengomentari hidup orang lain tapi lupa menyibukkan untuk memperbaiki diri. Bebaskan semuanya dari pikiran dan hati kita. Karena diri kita dan orang-orang di sekitar kita berhak untuk bahagia. Karena bahagianya kita, kita yang tentukan bukan orang lain. Sulit emang tapi menurutku ini memang layak untuk diperjuangkan. Jadi sekarang siap buat pilih standar hidup sendiri? Kita belajar bareng-bareng ya ini buat aku juga 😘
12 comments
Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Semoga bisa memberi manfaat. Mohon untuk tidak meninggalkan Link Hidup, ya 😃 dan komentar Ayah Bunda bisa muncul setelah lewat persetujuan saya dan saya mohon maaaf sekali, jika ada komen tak sempat terbalas oleh saya karena keterbatasan saya. Maaf. Terima kasih 🙏
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tapi kalau dalam industri tetap harus ngacu ke standar internasional yang ISO itu. Eh gak nyambung yah :)
ReplyDeleteHahaha iya. Soalnya kita punya banyak standar dalam ukuran tertentu dan sikon tertentu ya 😂
DeleteBener banget, mbak. Makanya saat ini saya concern banget belajar mindfulness dan slow living. Pelan2 di praktikkan, alhamdulillah jadi lebih enlighten. Hihi
ReplyDeleteSamaaa ikh kita. Aku mu belajar juga. Biar lebih ringan ngehadepin hidup hahaha
DeleteMungkin maksudnya soal prinsip ya mbak? Aku sepakat sih kalo soal prinsip, kita harus banget punya sendiri. Biar jalannya lurus dan tidak mudah tergoda kiri kanan
ReplyDeleteIya biar ga baperan ya mba 😂
DeleteKalo pakai standar tetangga mah ngga bakal ada habisnya, lihat tetangga kayaknya selalu bagus terus, mungkin karena itu ada pepatah rumput tetangga selalu lebih hijau..😂
ReplyDeleteMungkin sudah waktunya kita membiasakan diri kalau akan selalu ada orang yang punya lebih dari yang kita punya.
ReplyDeletePilihannya tiggal:
1. Mau jealous sama 'kelebihan' orang lain, atau...
2. Terima kenyataan dan putuskan untuk bahagia dengan apa yang sudah kita punya
Idealnya memang memilih yang kedua, tapi by default kita cenderung milih yang pertama, apalagi saat hidup kita lagi menderitaaaa banget.
But that's life.
We are what we choose to do, and actually do.
Bukan begitu?
Bener banget pak. Ini jadi PR aku juga bagaimana caranya agar bisa selalu memilih yang ke 2 ini
Deletejangan peduliin komentar orang itu emang buat tenang bangt deh hehe
ReplyDeleteIa jadi lebih lepasin beban di hati ya 🙂
DeleteNantinya waktu akan mengajarkan sih bund, setidaknya itu yang saya alami.
ReplyDeleteSudah nyaris 10 tahun menjadi ibu, rasanya saya udah mulai sampai di tahap, yang penting itu cuman anak saya, lainnya biarlah jungkir balik sendiri hahaha.
Selama saya nggak merugikan orang, palingan saya hanya akan berbagi kisah saya, kalau bermanfaat Alhamdulillah.
Saya sama sekali udah malas ngurusin orang lain, malas juga menanggapi omongan orang.
Hanya satu yang masih saya pelajari, baper terhadap ucapan suami.
Rasanya satu-satunya orang yang bisa bikin saya kesal dan baper ya cuman suami hahaha
KAlau mengenai standar saya, yang penting saya dan anak-anak sehat, bisa makan, bisa bayar uang sekolah, nggak punya hutang, nggak memberatkan orang lain, itu saja sih.
Mungkin udah terlalu tuwah baper-baperan hal yang nggak penting
(tetiba merasa kek nenek-nenek sok bijak ya saya, hahahahahaha)