Perempuan Itu Wajib Berpenghasilan. Yes or No? Hari ini aku mau bahas tentang wajib nggak sih istri itu berpenghasilan? Aku mu bahas ini berangkat dari rasa kekhawatiranku ketika banyak ku temukan tulisan-tulisan yang menyatakan perempuan itu wajib berpenghasilan, terutama ketika berita duka Bunga Citra Lestari yang langsung ditinggal mendadak oleh suaminya Ashraf Sinclair.
Ini pasti akan menambah kegalauan untuk sebagian ibu yang nggak berpenghasilan. Termasuk untuk ibu rumah tangga yang nggak berpenghasilan dari rumah dan aku takut rasa itu akan membuat sebagian ibu itu merasa ketakutan, tertekan, terintimidasi, jadi kurang bersyukur hingga akhirnya bahagia itu hilang dari hati. Terus kalau nanti suami pergi, gimana caranya kita membesarkan anak-anak kita? Aku jawab di sini ya
Benarkah Wanita Wajib Berpenghasilan?
Begini Teman-teman. Sependek pemahamanku, istri itu nggak wajib berpenghasilan. Mengapa? Karena kewajiban berpenghasilan dan soal nafkah itu dalam agama sudah jelas dijatuhkan pada suami. Sebagai muslim udah jelas dong, apa-apa dalam kehidupan kita, kita pakai nilai agama dan aturaNya, kan? Kalau kita bisa berpenghasilan nggak apa-apa. Klo nggak bisa juga nggak apa-apa. Dari situ kita tahu bahwa perempuan itu nggak wajib berpenghasilan dan karena setiap ibu punya sikon yang berbeda-beda, jadi nggak bisa disamaratakan semuanya
Baca juga: Bagaimana Cara Menjadi Ibu yang Bersyukur?
Baca juga: Jangan Katakan 9 Hal Ini pada Ibu Rumah Tangga
Bisa saja karena harus mengurus orang tua yang sedang sakit, atau jumlah anak yang banyak, atau anak-anak yang masih pada kecil atau seorang ibu yang ingin fokus mendidik anak-anaknya di rumah jadi bikin dia nggak bisa nyambi-nyambi gitu untuk bisa berpnghsilan dari rumah. Kenapa? Ya ampun boro-boro ada waktu mau ngerjain pekerjaan yang berbayar, kadang mereka juga kehilangan waktu untuk diri mereka sendiri. Karena saking terlalu lelahnya mengurus rumah, anak suami dan tanpa dibantu asisten rumah tangga
Dan aku tahuuuuuu banget rasanya ini. Aku baru punya anak 1 masih kecil tanpa ART. Itu semua memang melelahkan, bahkan buat bisa menulis aja aku sampai ngorbanin jam tidur, me time aku dan rasanya itu lelahhhh banget. Terus nyambi-nyambi gtu, bkin aku ga fokus dalam membersamai anak. Serius. Aku jadi sring pegang hp di depan Erysha karena memang pekerjaan aku di dunia maya. Tapi satu sisi ini jadi ga baik ke anak karena bonding kami jadi kurang dll. Ini masih jadi PR aku. Makanya aku ngerti kenapa ibu rumah tangga itu wajar sekali ga ada waktu untuk berpenghasilan
Terus kalau suami kita nanti pergi, gimana cara kita membesarkan anak-anak kita kalau kita ga berpenghasilan?
Nah, walaupun kita belum bisa berpenghasilan, kita harus tetap punya skill dan terus mengasah skill kita dari rumah. Skill inilah yang akan kita jadikan akses ketika dalam keadaan darurat. Skill inilah yang akan kita pakai atau jual keluar suatu hari nti. Skill ini bisa dimulai dari hobby kita atau kegiatan terdekat sehari-hari kita yang kita lakukan.
Misalnya skill memasak, skill membuat cemilan anak, skill mengajar anak, skill menjahit, skill menulis, dan lain-lain. Ketika suami pergi, kita bisa buka catering kek, toko kue kek, ngajar kek, jd penulis kek, berpenghasilan dari youtube kek, atau jadi Blogger Profesional kayak aku *uhuk dari skill kita yang kita punya ini. Bahkan skill ini akan terus terasah dengan sendirinya karena kita praktekin sehari-hari, asal kita mau terus belajar buat ningkatin skill kita ini. Makanya walau jadi ibu rumah tangga itu, kita harus tetap cerdas. Banyak baca buku, sering ikut seminar, coba resep ini itu buat yang hobinya masak dan lain-lain. Itu semua bisa meningkatkan skill dan wawasan kita
Baca juga: Stop Nyinyir pada Ibu Bekerja
Kalian pasti pernah denger cerita Nabi Ibrahim waktu terpaksa ninggalin Siti Hajar dan Ismail di gurun yang gersang tanpa tanda-tanda kehidupan? Waktu itu Ismali kecil menangis kehausan. Lalu, Siti Hajar berlari ke sana kemari, bolak balik mencari sumber air. Tapi lihat Allah langsung kan memberikan sumber air di gurun yang dipkir-pikir mana mungkin ada air di gurun yang sangat panas.
Apa yg bisa dipelajari dari cerita di atas? Dari cerita di atas mengajarkan kita bahwa perempuan itu sebenarnya sungguh kuat dan begitu tangguh. Lalu, mengapa kita harus meragukan ketangguhan diri kita? Bagi seorang ibu sejati, apapun akan ia lakukan demi anaknya. Kita juga yakin kan, akan melakukan itu pada anak kita?
Percayalah dengan konsep rezeki dariNya. Allah itu, nggak pernah lupa kasih rezeki pada makhluknya. Allah aja nggak lupa kan kasih makan seekor semut, apalagi ini anak manusia. Selama kita berusaha selama itu pula Allah akan selalu memberikan jalannya. Lalu, kenapa kita harus takut? Kenapa kita harus khawatir? Kita itu punya Allah, lho. Jadi yakinlah padaNya dan teruslah belajar meningkatkan skill kita dari rumah dan pakailah skill ini ketika kondisinya memang mendesak suatu hari nanti.
Aku nulis ini bukan hanya berdasarkan teori aja ya, tapi juga berdasarkan pengalaman hidupku yang ketika kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala, hingga akhirnya bisa berdiri tegak dengan stabil. Karena memang beginilah hidup, karena hasil itu tergantung sejauh apa kita berusaha asalkan selalu libatkan Dia dalam setiap langkah, maka tak akan ada lagi yang bisa kita takuti
Setuju, mba. Ga semua IRT bisa berpenghasilan krn kondisi tertentu. Kata wajib itu pun bikin beban buat IRT yang ga bisa ini. Biar para ibu mengurus rumah tangganya dengan kebijakannya sendiri, sesuai kondisinya. Segala macam pandangan2nya sepatutnya hanyalah sebagai edukasi yang mencerahkan bukan malah jadi beban tambahan dan intimidasi.
ReplyDeleteNah bener banget mba. Tapi tahu sendiri kan emak2 mah baperan wkwkwk 😂
DeleteSaya sangat setuju dengan uraian artikel diatas.
ReplyDeleteIntinya jangan disamaratakan. Lihat kondisi keluarganya.
Bener kang. Jadi nanti jangan wajibin istrinya berpenghasilan ya hihihi 😂
DeleteSetuju mba... Banyak wanita sekarang begitu, dengan alasan ingin punya penghasilan sendiri tapi maaf jadi mengorbankan kewajibannya .
ReplyDeleteSiapa sih yang enggak mau punya uang sendiri bebas ngapa ngapain.
Tapi percaya deh. Kalau kita tawakkal, suami istri bekerja atau suami bekerja kalau Allah kasih rizqinya segitu ya segitu.. jadi deketin aja yg punya Rizqi dan jalanin kewajiban sebaik baiknya.
Jangan takut jadi ibu rumah tangga.. 😊
Bener banget bunsay. Jangan lupa sampai lupa ama kewajiban kitab sbg ibu ya
Deletesemua sesuai dengan pendapatanya masing2, aku sih diijinkan kerja karena suamiku ingin aku bisa berkembang dan aku memang ingin membantu suami juga . dan setelah anak mentas , malah aku resign kerja dan bikin banyak kegiatan sosial dan itu juga didukung suami dan menambah banyak ilmu lewat banyak pelatihan
ReplyDeleteIya bener bun. Semua harus ada ridha suami ya. Biar tenang menjalaninya 🙂
DeleteTerima kasihkbuat sharingnya. Akupun punya pemikiran ya sama dgn mba yeni ��
ReplyDeleteAsyikkkkk😍
Deletesaya juga begitu mengasah kembali bakat menulis yang sudah lama terkubur ini hahaha
ReplyDeleteHahaha aku malah nggak tahu aku punya bakat nulis atau nggak. Soalnya yang aku suka yang penting bisa ngeluarin unek-unek aku hahaha 😂
DeletePertimbanganku juga sama Yen untuk nggak ngantor buat cari uang. Cuma menurutku tetap wajib memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar selain keluarga. Kaya kita sebagai blogger begini salah satunya.
ReplyDeleteLebih sehat buat mental juga kalau perempuan lebih berdaya dan mandiri.
Setuju mba. Sebaiknya perempuannya juga walau di rumah tetap punya konstribusi di masyarakat.
Deletekalo saya amati memang perempuan itu tangguhnya luar biasa mbak, sya perhatikan kk saya sasih bisa nyari uang dirumah karena pintar menjahit gorden, terus dikirim ke luar kota. tanpa ART segala urusan rumah tangga juga diurus
ReplyDelete