Tadi sepulang liqo (ngaji). Tiba-tiba temen liqo aku nanya pas kita lagi di motor berdua
"Teh, kisah hidup Teteh itu bagus. Dengan pekerjaan suami Teteh dan pendapatannya kita semua tahulah ya. Tapi gaya hidup Teteh tetap sederhana. Kok bisa sih Teteh begitu? Aku kagum lho ama Teteh dan belajar ama orang-orang kayak teteh"
Lalu, ku jawab
"Teteh say, bagi aku dan ayahnya Erysha. Kaya dengan hidup bermewah-mewahan itu biasa. Tapi kaya dengan hidup yang sederhana dan bersahaja itu baru luar biasa. Dan kami ingin memantaskan diri untuk menjadi orang luar biasa seperti itu"
Pertanyaan itu tiba-tiba menghadirkan haru di dalam hatiku. Dulu, aku hidup miskin dan dibesarkan dengan kemiskinan. Aku tahu rasanya dipandang sebelah mata karena tidak memiliki apa-apa. Dari sana, aku jadi belajar bagaimana memperlakukan orang lain dan tidak menilai orang lain dari sebanyak apa yang mereka miliki atau tentang seberapa bermerek apa yang mereka pakai. Bukan
Cara Mengajarkan Hidup Sederhana pada Anak
Dan aku pun belajar bagaimana tetap hidup sederhana di saat lapang dan hal ini yang akan aku ajarkan juga pada anak-anakku kelak bahkan sudah dimulai dari Erysha. Bahwa jika dia ingin mendapatkan sesuatu dia harus berusaha dulu, dia harus nabung dulu misalnya. Agar dia belajar untuk menghargai sebuah proses dan segala sesuatunya. Membeli juga sesuai apa yang dibutuhkan.
Kali-kali beli sesuai keinginan dan memanjakan diri nggak apa-apalah ya, yang penting jangan jadi gaya hidup. Anakku harus tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik tanpa pandang bulu, memberikannya pengertian dan pemahaman mengapa kita perlu belajar kesederhanaan dan sering mengajaknya untuk melihat orang-orang yang berada di bawahnya agar ia selalu menjadi orang yang bersyukur dan bahagia dan serta memiliki empati yang tinggi pada orang lain dll (Baca juga: Tentang Empati / Kecerdasan Emosi ). Nah, kalau aku pengen anakku belajar kesederhanaan. Yaa akunya harusnya memberi teladan dong. Karena
"Salah satu proses belajar anak adalah dengan meneladaninya" (Yeni Sovia)
Baca juga: Belajar Bahagia dari Anak
Pixabay |
Baca juga: Yuk Ajarkan Kemandirian Anak Sejak Dini
Walau karena kesederhanaan ini kebanyakan orang tetap memandang kita sebelah mata. Kita sederhana bukan karena kita tidak mampu membeli, bukan. Tapi hidup sederhana itu jauh lebih menenangkan hati dan menyeleksi mana orang-orang tulus yang berhak hadir dalam hidup kita. Bukan dekat dengan kita karena apa yang kita miliki. Bukan. Walau kesederhanaan ini kebanyakan dipandang sebelah mata, tetapi tidak apa-apa yang penting bukan Allah yang memandang kita rendah, bukan?
Baca juga tulisanku selanjutnya di sini (ketika kesederhanaan dipandang sebalah mata). waktu aku disangka pencuri dan pernah disangka orang miskin gara-gara penampilanku yang sederhana ini dan disangka nggak mampu beli coba *nyesek tahu 😂
Ubah ya cara berpikir kita. Bahwa elegan itu nggak selalu soal penampilan, tapi sikappun harus elegan dong.
"Kalau kita menghormati dan memperlakukan orang hanya dengan apa yang mereka miliki. Itu namanya sombong" (Yeni Sovia)
Ke bos aja kita hormat, kasih senyum dan ramah. Tapi kok ke cleaning service atau orang yang kita anggap kecil suka seenaknya. Kan malu ngebeda-bedain orang. Tuhan aja nggak ngebeda-bedain orang dari materi. Terus ini siapa, Elu? *kasarnya begitu ya 😂
Eh doian ya semoga aku beneran kaya sekaya Nia Ramadani hahaha 😂. Nggak apa-apalah ya kita ngaku-ngaku kaya dulu minimal kaya hati sebelum kaya materi *eaaa 😂. Yuk, ah kita didik diri kita dan anak-anak kita tentang hidup sederhana. Karena kesederhanaan itu "Mahal" cinnnnn 💓💓
Keren, Mbak...
ReplyDeleteCan't agree more.
Hal paling berat menjadi orang tua adalah menjadi teladan/panutan. Artinya, kalau kita nyuruh dia melakukan si A, kita juga harus melakukan A, apapun kondisinya.
ReplyDeleteMasih PR juga nih buat saya ngajarin Bio hidup sederhana.