Aku dibesarkan dengan banyak luka di dalam diriku. Luka-luka itulah yang menemaniku pada masa tumbuh kembangku sedari kecil dan itu semakin bertambah seiringku remaja. Otomatis itu menjadi inner child yang bermasalah di dalam diri. Lalu, ada seorang teman bertanya padaku
"Mba Yen, Mba Yen kan memiliki banyak luka di dalam diri Mba Yen karena pengasuhan di masa kecil. Tapi kok aku lihat Mba Yen itu sabar ngehadepin Erysha dan lembut pada anak? Kenapa luka-luka itu tidak mempengaruhi pengasuhan Mba Yen pada Erysha? Sedangkan Mba Yen malah belum pernah ikut terapi healing? Kenapa bisa begitu ya?
Jujur, itu pertanyaan sulit untuk ku jawab dan aku juga bingung menjawabnya. Memang anak yang dibesarkan dengan banyak luka, anak yang dibesarkan dengan kasar, teriakan, caci maki atau anak yang dibesarkan dengan sering mendapatkan kekerasan fisik seperti dipukul, dicubit dll cenderung akan melakukan pengasuhan yang sama sebagaimana ia dibesarkan sewaktu ia kecil.
Karena luka itu cenderung masuk ke bawah alam sadar kita. Jadi, kalau kita nggak sungguh-sungguh memutuskan rantai kegelapan dan lingkaran setan itu, itu akan terus berlanjut pada keturunan selanjutnya. Ngeriiii? Yah ngeri sekali dan ini bukan hal sepele
Caraku Berdamai dengan Inner Childku
Pixabay |
Jadi, kalau ditanya kok aku nggak begitu pada Erysha. Aku akan coba telaah lagi.
1. Janji pada diri sendiri
Dulu, ketika mendapatkan perlakuan yang itu menyakitiku, aku selalu berjanji pada diriku sendiri. Suatu hari nanti, aku nggak ingin anakku mendapatkan perlakuan yang sama sepertiku. Aku janji kalau suatu hari nanti ketika aku menjadi seorang ibu, aku ingin membesarkan anakku dengan cinta dan tak akan membiarkan mereka kekurangan cinta sedikit pun dariku
Tapi bukan berarti aku akan memanjakannya. Karena hidupku penuh perjuangan. Jadi anakku harus belajar pula apa itu perjuangan agar ia pun belajar menghargai segala sesuatu kelaknya
2. Memaafkan
Selain itu, karena aku telah memaafkan orang tuaku terutama mama. Bahkan aku hanya ingin membahagiakannya saking aku menyayangi dirinya. Aku tak menyimpan marah apalagi dendam pada mereka. Tidak. Malah aku mengasihani mereka.
Baca juga: SUDAHKAH AYAH BUNDA MENGAJARKAN KONSEP MAAF MEMAAFKAN PADA ANAK? BEGINI CARANYA!
Betapa sulitnya mereka menjalani hidup mereka yang teramat miskin. Jadi, boro-boro mereka tahu untuk belajar ilmu parenting, buat makan aja mereka susah. Ditambah harus membesarkan banyak anak sekaligus dengan usia yang masih kecil-kecil. Lagian zaman dulu, belajar ilmu nggak segampang sekarang. Yang buka internet atau beli buku aja kita bisa langsung dapet ilmu. Iya kan? Sedangkan mereka, jangankan uang buat beli buku, uang buat makan besok aja nggak tahu ada nggan tahu nggak
Terus buat apa juga aku menuntut dan marah pada mereka, mengapa aku tidak dibesarkan dengan kebahagian oleh mereka?
"Bagaimana mungkin kita meminta kebahagian pada orang yang tidak memilikinya?"
Iya kan? Walau aku dibesarkan dengan ketidakbahagian. Tapi aku sangat berterima kasih atas perjuangan mereka membesarkan dan menyekolahkanku. Aku menyayangi mereka dengan sangat bahkan mengasihani mereka, karena mereka harus memikul kesulitan melebihi orang tua yang lain dan tetap membesarkan kami tanpa selintas pun beranjak pergi untuk meninggalkan kami
Baca juga: IBU, AKU MEMAAFKANMU!
Baca juga: TERIMA KASIH MAMA TELAH MEMBESARKANKU DI ATAS KETIDAKBAHAGIAANMU
3. Mau belajar terus untuk lebih baik
Pixabay |
Zaman sekarang, rasanya nggak belajar ilmu parenting itu udah nggak ada lagi ya alasannya. Sekarang udah banyak internet, buku, seminar gratis, dan sudah banyak orang tua orang tua yang teredukasi juga untuk tempat kita belajar.
Sebenarnya, jika kita terus belajar ilmu parenting, ilmunya itu di sekitaran itu lagi-itu lagi. Tapi kan, kalau kita belajar terus, kita jadi ngerasa diingatkan terus oleh ilmu dan pelan-pelan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi, ketika ku temukan diriku mulai dalam keadaan tidak baik pada Erysha tapi masih dalam batas toleransi, aku lagi-lagi selalu berjanji pada diriku sendiri bahwa hari esok aku harus lebih baik lagi sebagai ibu. Tapi bukan berarti aku menuntut diriku harus jadi ibu yang sempurna. Nggak juga. Yang penting prinsip aku, aku harus selalu lebih baik apapun peranku. Walaupun untuk prosesnya masih belok-belok tetapi paling tidak, aku selalu tahu kemana arah tujuanku dan aku sedang berjalan ke arah sana
Kenapa bisa begitu? Karena aku khawatir jika aku tidak segera memperbaiki pengasuhanku pada anak, aku akan kebablasan seterusnya dan akan berakhir sebagaimana aku dibesarkan. Aku tidak mau itu. Jadi aku harus berdamai dengan inner childku demi anakku
4. Partner hidup yang positif
Mendidik dan membesarkan anak itu nggak bisa sendirian. Butuh kerja sama. Jika seorang ibu diibaratkan sebagai seorang guru yang mendidik langsung, maka para ayah adalah kepala sekolahnya yang membuat konsep visi misi pendidikan keluarga dan mengawasi jalannya pendidikan di rumah dengan ikut terjun langsung juga dengan pendidikan anak.
Jadi, tugas ayah itu bukan hanya mencari nafkah saja. Bukan. Dan aku bersyukur sekali memiliki partner yang mau bekerja sama dan menguatkanku agar tetap positif dalam memperlakukan Erysha
Ayah Erysha itu selain memikiki ketegasan seorang pemimpin keluarga juga sosok yang lembut. Allhamdulillah sejauh ini dan selama 5 tahun pernikahan kami, beliau tidak pernah membentakku atau berkata kasar sekalipun padaku apalagi pada Erysha dan karakternya yang positif itu membantuku untuk membersamai Erysha dengan positif pula. Pokoknya ayah erysha itu adalah bentengnya aku. Dia yang membentengi aku agar aku tidak sampai keluar dari batasannya. Kalau ibarat rumah, ayah erysha itu pondasinya. Yang menguatkan bangunan yang ada di atasnya. Makasih cinta 😘
Oh ya tegas dan galak itu sesuatu yang berbeda ya. Kalau galak itu pakai emosi marah, sedangkan tegas itu pakai ilmu. Jadi, itu sesuatu yang berbeda.
5. Berada di lingkungan positif
Aku selalu percaya lingkungan dan dengan siapa kita berteman dekat, itu akan mempengaruhi diri kita dan bagaimana cara kita bersikap. Lingkungan positif akan membantu dan menguatkan kita untuk memiliki konsep diri dan pemahaman yang positif pula
Dan aku bersyukur banget memiliki teman-teman yang teredukasi. Jadi, aku selalu melihat contoh bagaimana cara mereka memperlakukan anak mereka dengan baik. Ini jadi membentuk skema yang positif pula padi diriku.
6. Sadar
Kesadaran ini penting. Jangan sampai kelelahan kita atau ada masalah yang mengganggu pikiran kita membuat kita kehilangan kewarasan kita dan tanpa disadari melampiaskannya pada anak. Dan aku bersyukur sekali, selama ini dan sejauh ini aku selalu dalam keadaan sadar.
Jadi, ketika dalam keadaan marah pun, aku sadar. Kesadaran inilah yang membantuku untuk mengendalikan emosiku agar jangan sampai melukai Erysha. Karena ku tahu, itu akan membuatku menyesalinya dan menangis di malam hari
Baca juga: CARA MENGENDALIKAN EMOSI IBU PADA ANAK
Bagaimana caraku untuk tetap sadar sekalipun dalam keadaan marah?
Pixabay |
Ketika kita dalam keadaan terlalu lelah, ketika kita dalam keadaan sedang tidak baik-baik saja, ketika kita tiba-tiba merasa tidak bahagia dengan diri kita dan tak ada seorang pun yang bisa kita titipkan anak sebentar untuk menenangkan diri sejenak. Ketika itu pula, kita harus segera sadar bahwa kita harus berhati-hati dengan diri kita sendiri. Jangan biarkan emosi negatif kita, kita lampiaskan pada makhluk mungil tak berdosa itu yang akan membuat kita menyesal dan menangisinya di malam hari
Saat rasa itu tiba, berhentilah sejenak. Turunkan standar kita, menjauhlah dari anak beberapa menit saja, tarik nafas panjang berkali-kali, istigfar, terima perasaan kita. Oh gapapa kita lagi capek, oh nggak apa-apa kalau kita ingin menangis. Menangislah. Jika marah, terima perasaan kita lagi marah. Jangan tahan rasa itu
Setelah kita menerima perasaan kita, lalu katakan pesan positif pada diri dan pandang anak dengan konsep yang positif
"Oh Anakku begini, karena dia belum bisa berkomunikasi dengan baik, kasian. Tugasku harus membantunya berkomunikasi"
Di lain waktu kita harus menganalisa diri kita, hal apa yang membuat kita jadi kurang sabar dalam membersamai anak. Kalau aku dan pada umumnya ibu-ibu begitu karena ada masalah yang menganggu pikirannya, terlalu lelah dan dalam keadaan lapar.
Hal mudah yang aku lalukan untuk mengantisipasi rasa lapar ini dan emak juga butuh me time adalah dengan menyediakan cemilan di rumah untukku dan keluargaku. Contohnya cemilan soes crispy ini.
Beberapa varian rasa soes crispy |
Lihat nih di gambar prestasi soes crispy ini apa aja 😍 |
Makanya, aku ingin mengenalkan soes crispy ini pada teman-teman semuanya. Selain rasanya enak, ada banyak varian rasanya juga lho seperti rasa coklat, keju, green tea, udang, kepiting, pedas dan lain-lain. Kalau aku paling suka dengan rasa keju dan green teanya 😊
ini soes crispy rasa green tea. Sukaaaa 😘 |
soes crispy, cemilan enak untuk keluarga |
Yuk kita kepoin produknya di sini 😊. Teman-teman tahu, kalau bukan kita yang memajukan produk dalam negeri, siapa lagi. Dan begitulah emak-emak, kalau ada cemilan enak aja, semua jadi lupa dan seketika itu bahagiaku kembali lagi hahaha 😂. Terima kasih ya Allah untuk nikmatMu ❤️.
Bagiku, makanan adalah salah satu caraku mengendalikan emosiku agar tetap waras. Tapi jika nanti ada terapi healing untuk membantu menyembuhkan inner child dan waktunya pas, rencananya aku ingin ikut dan jika nanti pula aku temukan diriku dalam keadaan tidak baik-baik saja, aku tak akan malu untuk segera datang pada ahlinya untuk meminta bantuan menyembuhkan inner child yang bermasalahku dan ku harap kalian juga begitu 😉. Mengapa? Karena kita harus berdamai dengan inner child kita demi anak-anak kita. Jangan sampai mereka menjadi korban atas luka dimasa lalu kita. Padahal sesuatu itu jelas bukan tanggung jawab mereka tapi tanggung jawab diri kita.
Kontak
Facebook: soescrispy
Instagram: soescrispy_
hmm... aku masih terus belajar berdamai dengan inner childku mba yeni. setidaknya aku seneng tulisan ini, begitu jujur. inginku semudah itu memaafkan.. btw, tipsnya akan kucoba mba.. tq yaaa
ReplyDeleteIya Mba. Aku juga masih sedang belajar dan memaafkan itu nggak semudah itu ya. Tapi mungkin aku berkesempatan ngeliat perjuangan orang tuaku sendiri hingga ku memilih untuk memaafkan mereka 😊
DeletePartner hidup itu kunci banget ya bun, butuh banget partner hidup yang positif, berpikiran terbuka dan sabar.
ReplyDeleteBtw, saya juga sering menjadikan camilan sebagai pelarian hahaha.
Cokelat selalu jadi pilihan deh.
Nyobain soescrispy ini bakalan lebih mantap kayaknya bun :D
Iya bun bener banget. Partner itu kuncinya karena itu benteng kita ya. Boleh dicoba dulu bun soes crispynya 😊
DeleteKesadaran akan inner child ini penting banget ya mbak. Sayapun berjanji untuk tidak kasar kpada anak2 saya nantinya.karena saya tau banget rasanya dimarahin, dibentakin itu nggak enak banget. Sepertinya kuperlu nyobain soescrispy biar bisa plong #PaanSih. Ngahahah
ReplyDeleteHahaha iya Mba. Harus terus belajar kita untuk lebib baik dan berdamai 😊
DeleteDari awal membaca tulisan ini,,,saya sudah menyiapkan mimik wajah yang serius, pas baca dibagian bawah artikel, hihihihi...." ada cemilan enak ". :) langsung deh wajah serius berubah menjadi wajah sumringah. :) Soescrispy, Mantap. :)
ReplyDelete"Pengalaman Luka dalam dimasa lalu itu penting, agar kita kuat di masa akan datang. Eaaa..! Eaaa...!
Iya bener Kang dan luka itu perlu diobati dan disembuhkan agar tidak terbawa ke masa depan ya. Yuk sambil ngemil Kang bahsannya hahaha
DeleteMungkin setiap orang punya masa lalu yang suram, entah itu masa child atau sudah di masa remaja/dewasa. Dan setiap mereka berusaha untuk bangkit.
ReplyDeleteSatu yang menurut saya susah, memaafkan diri sendiri.
Bener mas. Memaafkan diri sendiri itu sulitttt sekali. Karena sulit, makanya kita harus hati-hati ya. Jangan sampai ngelakuin sesuatu yang kita sesali
DeleteI feel u Bunda, meskipun dulu Mama aku kayak gitu sekarang pahami aja dulu boro2 belajar, buat sekolahin anak sampe Sarjana aja Alhamdulillah. Yaudah deh diambil positif nya dan dibuang negatif nya. Alhamdulillah nya aku ngga pernah pukul atau cubit Gen, cuma suka gemes dia sangka cubit hahahha. Aku ingin manjadi Ibu yang pantas dimuliakan sama Gen makanya aku ingin selalu belajar lagi dan lagi ilmu Parenting menurutku paling berat huhu tfs bunda soesnya aku suka soes kayak gt
ReplyDeleteSama2 Bunsay. Kita saling ngingetin ya Bun 😘
DeleteOh gtu. Aduh makasih banyak ya masukannya. Aku senneg banget dapet masukan kayak gini sebagai sunbet belajar. Salam kenal juga 🙏
ReplyDeleteMbak yeniiiii aku kaget tiba-tiba ada cemilan di bagian bawah hahaha... Halus banget sih mbak ngiklannya 😂 anyway, mbak makasih ya udah share pengalaman mengatasi inner child. Insyaallah ini sangat bermanfaat untuk orang banyak.
ReplyDeleteHihihi makasih juga mba mel 😘
DeleteTerharu bacanya Mbak, memang pengalaman pahit masalalu jangan lagi terjadi di generasi kita, jaman dulu memang masih serba susah,
ReplyDeleteorang tua kelihatan marah, jahat pasti untuk kebaikan kita, buktinya ya kita sekarang ini menjadi pribadi yg kuat seandainya masalalu orang tua memanjakan kita belum tentu kita menjadi seperti sekarang ini :)
Iya bener pak. Semoga baiknya pengasuhan jaman dulu kita ambil ya pak dan kekurangannya bisa kita perbaiki di jaman ini
DeleteMeskipun aku belum punya anak, aku jg punya janji yang sama mbak. Tips nya keren2 semua.. tapi yang paling mengena di aku adalah di poin sadar. Aku sadari juga seringkali dikuasai kemarahan krn hal2 kecil. Harus banget belajar mengontrol dan sadar, dg cara mengenali emosi yang sedang dirasakan. Tfs mbaa
ReplyDeleteIya bener mba. Kita harus melatih diri untuk mengendalikan emosi kita sejak dini. Kalau nggak itu berbahaya
DeleteKadang juga tekanan masa lalu menjadi trauma yang kemudian tanpa sengaja suka terkompensasi ke anak2 atau org lain :(
ReplyDeleteIya bener Bang tanpa disadari juga membentuk karakter negatif kebanyakan
DeleteMaaf yah saya numpamg curcol sebenarnya hehehe
Deleteharus punya komitmen yg kuat dan usaha yg terus menerus ya
ReplyDeleteIya bener Bun harus kuat kemauannya untuk lebih baik
Deleteiya seorang ibu atau ayah yang punya luka pengasuhan harus punya keasadaran untuk tidak mewariskan luka ini ya Mbak..sehingga tidak terulang lagi luka itu pada generasi selanjutnya
ReplyDelete