Pixabay |
Aku itu ya suka bingung menjawab pertanyaan yang bertanya ke aku bagaimana caranya agar anaknya 5 tahun nggak suka pukul-pukul kalau penyebabnya ya dari orang tua itu sendiri juga. Penyebab anak memukul itu ada banyak. Setelah ditelusuri di kasus ini bagimana anaknya nggak pukul-pukul atuh kalau orang tuanya sendiri juga main tangan sama anaknya, bagaimana anaknya nggak suka pukul-pukul atuh kalau anaknya tontonannya aja kekerasan, sinetron, terus bagaimana anaknya ga suka pukul-pukul dan nggak bisa berempati kalau anaknya saja mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya. Kan aku bingung jadinya. Soalnya yang pertama harus diedukasi ini sebenarnya orang tuanya bukan anaknya.
Mendidik anak dengan memberikannya rasa takut itu bukanlah pendidikan. Rasa takut hanya memberikan efek sementara pada anak. Tapi tidak selamanya. Yang ada anak hanya belajar kekerasan dari orang tuanya dan terbentuklah karakter keras pada jiwanya kelak. Lalu, bagaimana dong cara kita mendidik anak? Pakai iman, pakai ilmu dan pakai cinta. Caranya? Makanya kitanya harus belajar *nunjuk diri sendiri
Ayah Bunda, banyak orang tua dan bahkan kita kebingungan ketika mendapati anak-anak kita suka memukul. Oleh sebab itu, kita harus cari dulu penyebab mengapa anak kita suka memukul. Berikut gambaran apa saja penyebab anak suka memukul:
Penyebab Anak Suka Memukul
Pixabay |
1. Anak masih berusia di bawah 3 tahun
Ayah Bunda, menurut ahli parenting Abah Ihsan. Anak berusia di bawah 3 tahun masih memukul, itu wajar. Karena usia segitu anak masih belum bisa mengendalikan emosi marahnya dan belum bisa mengendalikan kekuatannya. Jadi, anak nggak tahu kalau kekuatannya itu bisa menyakiti teman-temannya atau orang lain.
Walau anak usia di bawah 3 tahun ini belum bisa mengendalikan emosinya, tetap anak diajarkan pengendalian emosi marah dari sejak dininya dan tetap berikan konsekuensi sesuai usia anak. Diharapkan ketika anak berusia 3 tahun ke atas, jadi tidak suka memukul orang lain lagi. Walau bukan berarti proses belajar pengendalian diri ini selesai tidak. Sama saja kayak kita, kita saja masih belajar terus kan ya mengendalikan emosi kita apalagi emosi pada anak-anak kan hahaha. Begitu juga dengan fase belajar pengendalian emosi pada anak
Semakin tinggi usia anak maka tantangan pengendalian emosi ini akan besar. Jadi paling tidak, mengajarkan pengendalian emosi pada anak sejak dini tidak membuat anak mudah marah pada orang lain dan tidak menyalurkannya ke hal negatif
2. Anak belum bisa mengungkapkan perasaannya
Nah, karena anak belum bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Jadi, ketika keinginannya tidak terpenuhi maka membuat anak mudah marah seperti menjerit, berteriak, dan memukul orang terdekatnya.
Oleh sebab itu, penting sekali mengajarkan anak mengungkapkan perasaannya. Seperti mendengarkan anak, berbicara dari hati ke hati dengan anak, peka menangkap pesan emosi anak agar kita bisa membantu anak untuk menjelaskan perasaannya
3. Cari perhatian
Ini masih kelanjutan dari ketidak mampuan anak mengungkapkan perasaannya dan ketidak pekaan kita sebagai orang tua melihat perasaan anak, maka memukul itu bisa anak jadikan sebagai caranya untuk mencari perhatian. Seperti memukul saudaranya atau teman-temannya.
4. Ada kebutuhan fisik anak yang tidak terpenuhi
Misalkan anak sedang sakit, atau sedang lelah, lapar, ngantuk dan lain-lain yang membuat anak mudah marah dan dalam marahnya ia memukul
5. Dari apa yang anak lihat
Misalkan anak suka memukul karena melihat orang terdekatnya pun suka memukul atau melakukan kekerasan fisik maupun verbal baik padanya atau pada orang lain. Selain melihat dari orang terdekatnya, biasanya anak semakin agresif ketika anak menonton film kekerasan, komik, bully atau games kekerasan
6. Anak belum diajarkan tentang emosi dan pengelendalian diri sejak dini
Ayah Bunda pernah lihat orang dewasa kok berantem adu fisik, anak SMA/SMK melakukan tawuran atau bahkan pejabat negara main jotos? Itu semua karena di waktu kecil anak tidak belajar pengendalian diri dengan baik. Lalu, bagaimana cara mengajarkan pengendalian emosi pada anak?
Baca juga: 6 Cara Mempertahankan Diri dari Bully
Cara Mengajarkan Pengendalian Emosi pada Anak
Pixabay |
a. Orang tuanya yang harus belajar dulu
Bagaimana mau mengajarkan anak untuk mengendalikan emosinya kalau kitanya sendiri orang tua masih sulit mengendalikan emosi kita terhadap anak. Iya kan? *nunjuk diri sendiri Nggak mungkin kan kita bilang pada anak kalau ngomong yang baik, nggak pakai marah-marah, nggak pakai teriak-teriak dan nggak pakai pukul-pukul. Kalau kita sendiri masih sering melakukan itu pada anak dan orang lain atau mungkin pada pasangan. Karena
"Salah satu proses belajar anak adalah meniru"
Baca juga: Cara Mengendalikan Emosi Ibu pada Anak
b. Labeli emosi anak
Ketika anak senang, sedih, marah, takut, kecewa, dan lain-lain. Labeli setiap emosi anak itu sesuai apa yang anak rasakan. Misalkan
"Wah, Ade lagi seneng ya? Kenapa?"
"Ade lagi marah ya? Kenapa? Sini Bunda peluk"
Menamai emosi anak ini penting agar anak tahu apa yang sedang ia rasakan. Ajak anak berdiskusi tentang perasaannya. Ini membantu anak belajar mengungkapkan perasaannya dengan cara yang baik. Ketika anak dari kecil dilatih mengungkapkan perasaannya dengan baik, ini akan membentuk pengendalian diri yang matang pada anak kelak ketika ia telah dewasa karena ia jadi belajar memahami dirinya sendiri
c. Dengarkan cerita anak
Pixabay |
Namai emosi anak dan dengarkan perasaan anak. Biarkan anak bercerita dan tarik semua emosinya keluar bahkan emosi negatifnya jika anak sedang marah
Dengarkan tanpa menyelanya dan menyalahkannya. Setelah anak tenang peluk anak dan minta maaf pada anak. Setelah anak mengungkapkan perasaannya, giliran kita mengungkapkan perasaan kita pada anak dan sampaikan pesan positif pada anak. Katakan dengan kata yang sederhana dan singkat pada anak sesuai usia anak. Misalkan
"Bunda kesakitan kalau Ade pukul-pukul, nanti kalau Ade mau sesuatu tinggal bilang baik-baik aja ke Bunda ya. Kalau Ade marah, Ade tenangkan diri ya, duduk, istigfar atau minum"
Terakhir bisa katakan pada anak bahwa kita menyayanginya. Ini penting agar anak tetap merasa dicintai oleh kita.
Baca juga: Begini Cara Menjadi Pendengar yang Baik untuk Anak
7. Kenalkan emosi lewat buku cerita
Pixabay |
Kita bisa pula mengenalkan anak emosi melalui buku cerita atau berdongeng. Ini juga salah satu cara kita menanamkan anak untuk menyukai buku sejak dini. Ketika anak sudah menyukai buku sejak dini, ini jadi memudahkan kita untuk menyampaikan pesan positif dengan cara menyenangkan pada anak
8. Sering lakukan sounding pada anak
Sering lakukan sounding pada anak bahwa memukul itu tidak baik dan menyakiti orang lain dan jika anak memukul temannya di luar, berikan anak konsekuensi seperti tidak boleh bermain saat itu juga. Misalnya dengan cara langsung menggendong anak ke dalam rumah dan biarkan anak menenangkan dirinya di dalam rumah. Jadi, ketika nanti anak hendak bermain dengan temannya atau sebelum tidur malam, disounding lagi
9. Dan lain-lain
Tapi, bagaimana jika anak nangis dan teriak-teriak di dalam rumah karena tidak diizinkan bermain? Biarkan saja. Kita harus tega demi kebaikan anak ke depannya. Setelah anak tenang, baru kita ajak anak ngobrol. Berikan anak konsekuensi ini secara konsisten setiap anak memukul. Agar anak pun belajar tentang konsekuensi atas perbuatan tidak baiknya. Konsekuensi ya Ayah Bunda bukan menghukum anak dengan membentaknya atau memarahinya. Karena konsekuensi dan hukuman itu sesuatu yang berbeda
Nah, itu Bunda cara mengenalkan emosi pada anak agar anak bisa belajar mengendalikan emosinya. Jadi, jika ingin anak-anaknya tidak pukul-pukul, telusuri dulu penyebabnya apa, baru kita bisa menemukan solusinya. Tapi ingat ya, tidak semua keinginan anak itu baik kita penuhi. Jadi ketika anak tantrum. Biarkan saja yang penting jangan lupa tawarkan peluka, setelahnya diajak ngobrol dari hati hati. Kita harus tega demi kebaikannya ke depannya. Lebih baik sulit sekarang daripada sulit nanti
Dengarkan cerita anak
ReplyDeleteHal yang jarang sekali orang tua mau mendengarkannya.
Bener banget. Semoga tulisan ini banyak yang menemukannya ya 😊
DeleteAnak saya yang nomer 2 nih bun, ampun tangannya bikin gregetan.
ReplyDeleteKakaknya lagi diam eh dia datang tabok kepala kakaknya, kadang dia tabok pakai mobil2an besi.
Papinya juga suka digitukan, cuman saya yang dia ga berani tabok, takut dipelototin.
Mungkin dia liat kakaknya juga sih, suka banget bercanda main pukul-pukulan gitu.
Sebel deh, makanya saya selalu awasin banget kalau dia sama orang lain, takut dia tabok anaknya orang hahaha.
PR jadi ortu itu memang buanyaaaaakkk banget, semoga Allah selalu memberikan kekuatan aamiin :)
Bener banget Bun. Banyak banget ya PR kita. Semoga kita dikuatkan dan dimudahkan memikul amanah besar ini ya
DeleteNah, masalah banget kalau ada anak yang suka mukul temannya. Seperti teman si bungsu. Aduh, anaknya ini gampang banget tersulut emosinya. Kalau diingatkan marah, tambah ngamuk. Wali kelas sampai memberi catatan sendiri. Udah gitu, orang tuanya terus-menerus membela anaknya.
ReplyDeleteBener banget klo ada temen anak suka memukul. Yang pertama harus diedukasi ortunya dlu ya. Biar dia bisa mendidik anaknya juga
DeleteDuh beratnya tuh sbg ortu adalah menjadi contoh disemua hal termasuk dalam mengendalikan emosi.
ReplyDeleteMendidik anak emg sepanjang hayat, gak ada lulusnya
Bener bang. Harus terus belajar kita ya
Deleteiya mba hehehe
DeleteKebiasaan anak memang suka meniru orang-orang di sekitarnya. Lha kalo anak-anak di sekitarnya suka pukul-pukul gimana nggak meniru?
ReplyDeleteTernyata jadi orang tua itu nggak mudah ya? terima kasih untuk tips-tipsnya ya mbak
ReplyDeleteKalau ada tingkah anak yg negatif, seperti suka memukul, yg harus introspeksi pertama adalah orangtua ya Bunda.
ReplyDelete