Hari ini di kereta, aku bertemu dengan salah satu dari banyaknya wanita-wanita perkasa yang terpaksa harus bekerja di luar sana untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Agar keluarga mereka bisa makan di hari esok, agar anak-anak mereka bisa bersekolah dengan tenang tanpa memikirkan apapun dan agar mereka masih bisa memiliki tempat tinggal sekalipun harus mengontrak rumah orang atau tinggal di rumah kumuh yang tak layak disebut rumah
Yup, mereka sedang berjuang di luar sana dan betapa beratnya perjuangan mereka harus bangun lebih shubuh untuk mempersiapkan kebutuhan anak-anaknya dan suaminya. Berjuang melawan perasaan sendiri ketika berat meninggalkan anak di rumah dengan banyaknya tangisan dan drama di rumah. Terutama menghadapi rengekan anak sambil berkata
"Mama jangan kerja. Mama di rumah aja temanin aku bermain"
Ya Allah itu sungguh terasa menyesakan ketika harus meninggalkan anak dengan harapnya begitu tinggi pada ibunya. Terutama terpaksa meninggalkan anak ketika anak sedang sakit dan sedang membutuhkan ibunya untuk ada di samping. Itu sakit sungguh sakit dan yang tahu rasanya dengan pasti itu hanya mereka yang terpaksa memecut diri di luar sana.
Apakah perjuangan mereka berhenti saat itu juga? Ternyata tidak. Mereka harus pula berjuang mengejar transportasi dan berdesak-desakkan di sana hanya untuk mencari sesuap nasi demi keluarga kecilnya dan tak kadang juga untuk orang tuanya.
Apa kalian tahu, bagaimana rasanya pergi bekerja dengan perasaan yang tidak tenang dan yang kita ingat selalu rumah...rumah...dan rumah. Anak...anak...dan anak?
Baca juga: RUMAH UNTUK PULANG
Belum lagi nyinyiran orang, orang tua dan bahkan ikut mencampuri hidupmu dan dengan sok tahunya mengomentarimu
"Kok kamu kerja? Emang nggak kasian ya ama anak kamu di rumah?"
"Kamu sibuk aja kerja, tuh liat anak kamu jadi nggak keurus"
Baca juga: YAKIN NGGAK NYINYIR? YUK, KITA CEK DIRI KITA BUNDA!
Atau nyinyiran yang menyayat hati lainnya. Padahal seandainya engkau bisa memilih, engkau pasti ingin juga di rumah, menemani anak-anakmu, bermain dengan mereka dan mengurus mereka secara langsung. Tapi kau tidak bisa untuk memilih itu. Karena jika engkau memilih itu bagaimana anak-anakmu bisa makan di hari esoknya.
Stop Nynyir pada Ibu Bekerja
Untuk kita, berhentilah nyinyir para wanita perkasa itu. Karena tidak semua kondisi orang lain itu bisa kita pahami dengan kacamata kita. Dan aku acungi jempol untuk para wanita perkasa yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Baca juga: 4 HAL INI WAJIB DIPERHATIKAN KETIKA MENITIPKAN ANAK PADA NENEKNYA
Kebutuhan yang bukan mencari uang untuk gaya atau standar tinggi yang ia inginkan melainkan bekerja untuk kebutuhan dan aku berikan tepuk tangan untuk wanita perkasa yang berjuang di luar sana untuk membantu banyak orang dan menebar manfaat. Yuk, stop nyinyir pada wanita perkasa itu. Pada wanita bekerja itu. Karena tidak semua bisa diukur dengan standar yang kita punya. Karena
"Sesama ibu itu harus saling menguatkan bukan saling menjatuhkan"
Anakku juga suka bilang begitu "bunda jangan kerja main saja, kalau bunda ga punya uang pakailah uang yang ada di celengan teteh kan teteh punya banyak uang *padahal recehan :D sedih akutu mba sebelum lebaran juga dilema keluar atau ga tapi karena ada kebutuhan akhirnya menguatkan diri lagi untuk lanjut bekerja padahal surat resign sudah aku buat..
ReplyDeleteNyinyiran itu juga sudah pernah aku dapat, sibuk aja terus anak sakit ditinggalin *perih rasanya apalagi yang bilang itu justru orang yang ada di dalam lingkaran terdekat :(
Hiks aku ikut sedih bun denger ceritanya 😭😭😭
DeletePadahal situasi setiap orang berbeda dan tidak bisa disamaka.
ReplyDeleteSedih jika pejuang tangguh itu ada saja Yang dikomentari negatif.
Iya bun sedih ya. Apalagi ibu bekerja yang terpaksa demi membantu perekonomian keluarga yang sulit
Deletepernah sih aku alami di nyinyirin orang tapi aku bekreja bukan hanay untuk mencari uang saja tp untuk aktualisasi diri dan suamiku juga gak menginginkan aku ahnay di rumah saja, dan sampai di rumah aku selalu bersama dg anak2ku, jadi anak2 juga tgak pernah kehilangan ibunya
ReplyDeleteWalau kerja tapi tetap bangun bonding dengan anak ya bun 😃
DeleteKlo memang untuk mencukupi kebutuhan keluarga kenapa tidak, tapi musti tau porsinya :)
ReplyDeleteKewajiban seorang istri tu di rumah urus suami dan anak, ngak baik juga dong sob kita banyak uang tapi anak tidak terurus terpapar pergaulan negatif karena asuh anak di bebankan pembantu,
Pertanyaan lanjutan, jadi cari uang untuk siapa? Kalau jawabanya untuk masa depan anak, tentu menjadikan anak dg berkepribadian baik lebih utama dg mengasuh sendiri anak di rumah hehe
Bener sekali pak. Semuanya ada porsinya ya. Karena pendidikan utama anak itu sesungguhnya ada di ibunya ya.
DeleteIstri saya juga bekerja, bukan karena enggak cukup bulanannya. Tapi emang punya passion, lagian kerjanya tidak malam banget pulangnya jadi pagi dan malam masih bisa main dengan anak. Salam kenal dan tetap semangat ibu ibu..
ReplyDeleteSalam kenal juga pak. Semangat ya buat para ibu2 😃
Deletenetizen itu memang susah mengerti. padahal kondisi setiap keluarga itu kan berbeda-beda, ada yang mampu dan ada yang harus banting tulang. kadang ibu yang nitipin anaknya karena kerja digosipin, ibunya gak kerja dibilang pengangguran. nyinyiran mereka itu gak ada habisnya. harusnya saling mendukung satu sama lain.
ReplyDeleteIya bener capek ya ngikutin apa kata netizen ya 😂
DeleteMohon dimaklumi netijen maha benar.
ReplyDeleteSekarang marilah kita belajar sabar sambil abai terhadap komentar nyinyir mereka. Insyaallah lebih berfaedah
Iya bener no baper ya 😂
DeleteAda banyak alasan mengapa seseorang harus bekerja. Tidak adil jika mereka yang bekerja dikomentari.
ReplyDeleteYa, benar, sesama wanita harus saling dukung.
Mau jadi ibu bekerja, atau jadi ibu rumah tangga, selalu saja ada yang nyinyirin ya Mbak. Saya sendiri j malah salut sekali sama ibuk-ibuk pekerja karana mama saya sendiri pun termasuk ibu bekerja yang meski punya kesibukan di kantor tapi tak pernah melupakan kewajiban utamanya di rumah.
ReplyDeleteAku sih belum jadi ibu Mbak. Taoi justru ada keinginan untuk menjadi ibu bekerja. Hehe. Memang sebagai sesama ibu harusnya saling mendukung, bukan malah nyinyir
ReplyDeleteDitunggu tulisan stop nyinyir sama Ibu rumah tangga ya bunda🙏
ReplyDeleteSaya juga sering di yinyirin gitu sama orang termasuk tetangga, tapi ya sudahlah dibiarin aja anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.tetap bekerja menjadi conten writer meskipun tetangga atau orang yang jauh di sana tak tahu bagaimana perjuangan menjadi conten writer itu sebenarnya berat banget.
ReplyDelete