Pixabay |
Halo Ayah Bunda!
Hari ini aku mau berbagi gimana sih caranya jadi istri yang baik untuk pasangan kita atau sebaliknya? Sebenarnya ketika aku nulis ini bukan berarti aku udah ngerasa jadi istri yang baik ya. Belummmmm. Masih banyak PR diri yang harus aku kerjain dari peranku ini sebagai istri. Tapi
"Menjadi istri yang baik atau sebaliknya awal menjadi orang tua yang bahagia untuk membesarkan anak yang bahagia"
Karena minggu ini ada tulisan collab dengan blogger-bloger luar biasa seperti Teh Nurul dan Mba Dian dengan tema ini. Akhirnya, aku menulis ini. Aku masih berharap semoga tulisanku dan pemahamanku ini masih bisa memberi manfaat untuk orang lain
Ayah Bunda, salah satu yang paling ku syukuri dalam hidupku adalah karena Allah memberikanku suami yang begitu baik padaku. Suami yang penyayang dan pengertian padaku. Itu semua membuat kami hampir 5 tahun pernikahan kami tidak pernah bertengkar adut mulut, berkata kasar, membentak, meneriaki apalagi sampai ada piring-piring melayang. Tidak pernah dan kami pun jarang bertengkar
Tapi juga tidak memendam kemarahan yang dalam atau lama juga. Karena kami tahu, sebuah kemarahan yang dipendam dengan sangat lama bagaikan sebuah bom waktu yang akan meledak kapan saja dan bisa melahap apa saja. Dan kami tak mau itu terjadi.
Apa sih yang membuat kami bisa menjalani pernikahan seperti itu dan bagaimana cara kami menyelesaikan permasalahan kami? Aku cerita sedikit di sini ya berdasarkan pemahamanku dan sekaligus untuk mengingatkanku
Ayah Bunda menjadi seseorang yang baik untuk orang yang kita cintai itu pasti keinginan semua orang ya, begitu juga denganku. Bagiku menjadi pasangan yang baik itu proses belajar seumur hidup, tiada henti. Selama Allah masih mengijinkan kita untuk saling bersama selama itu kita harus terus belajar untuk lebih baik dengan peran kita sebagai istri begitu pun sebaliknya
Bagaimana kita belajar untuk saling mengenal, saling memahami dan tetap bersama ketika cinta yang begitu menggebu-gebu seperti dulu awal pernikahan tak lagi terasa dan ketika badai dengan kuatnya menerjang pernikahan kita. Karena
"Indahnya cinta itu bukan dimulai di awal-awal pernikahan kita tapi ketika kita tetap saling bergandengan tangan ketika cinta itu diuji dan kita masih bisa melaluinya bersama dengan rasa yang semakin kuat"
Dan kita pun tak perlu mencari orang yang sempurna untuk bisa mendampingi kita seumur hidup kita. Ketika kita menemukan orang yang mau untuk terus belajar memahami kita, bukankah itu lebih dari kata cukup? Begitu sebaliknya dengan diri kita dan begini caraku menjalani pernikahanku
Cara Menjadi Istri yang Baik untuk Pasangan
Pixabay |
1. Taat
Ketika kita ingin menjadi istri yang baik, tentu kita harus punya standart istri yang baik itu yang kayak apa sih? Nah, karena aku agamanya Islam ya. Otomatis aku ingin dong menjadi istri yang baik menurut Islam. Yaitu berpatokan kepada Al-Quran dan Hadist
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” [1]
Dari hadist di atas aku tahu bahwa betapa dalam Islam posisi suami itu begitu tinggi jadi perlu kita taati, turuti dan ikuti. Tinggi di sini bukan berarti suami jadinya seenaknya dan menginjak-injak hak istri atau harga diri kita sebagai perempuan menjadi turun. Nggaklah ya.
Selama yang diminta suami adalah hal baik. Ya harus kita ikuti. Untungnya Ayahnya Erysha itu bukan tipe yang suka nyuruh ini itu. Ya akunya juga harus sadar diri juga sih ama tugasku 😂
2. Nggak banyak menuntut pada pasangan
Dulu awal pernikahan kita, aku itu suka berantem ama ayahnya Erysha wkwkwkwk 😂. Maklum namanya juga pengantin baru, jadi masih proses adaptasi apalagi kita beneran ga kenal sama sekali dan kenalnya lewat proses taaruf aja dan itu hanya sebentar. Tapi berantemnya ga sampai adu mulut. Cuma akunya aja yang suka manyun dan ngambek 😂.
Tau nggak kenapa aku suka berantem? Karena dulu tanpa aku sadari, aku banyak nuntut ama ayahnya Erysha. Untung akunya cepet sadar. Kalau nggak, aku hanya menyakiti diriku sendiri karena ekspektasiku yang begitu tinggi dan menyakiti orang yang ku cintai. Sejak itu, aku berubah pelan-pelan hingga tuntutan itu jadi jauh berkurang hingga hari ini.
Aku pun belajar bahwa cinta itu "memberi" bukan meminta apalagi menuntut. Karena jika kita mencintainya, kita akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai dan alangkah indahnya bukan jika semua orang bisa begini dalam mencinta? Ini masih jadi proses belajar aku juga
Prinsip aku "aku harus bahagia dengan pernikahanku". Dan tidak banyak menuntut pada pasangan dan melihatnya dari banyak kebaikannya adalah salah satu caraku untuk bahagia di dalam pernikahanku dan kita bisa juga lho belajar bahagia dari anak. Lihat di sini ya "Belajar Bahagia dari Anak"
3. Sering-seringlah melihat kebaikan suami
Ayah Bunda aku mu lanjut cerita di atas ya. Kan dulu itu sebelum nikah aku sering nonton drama korea. Gara-gara kebanyakan nonton drama korea, aku sangka semua cowok itu kayak cowok drama korea gitu, romantis.
Eh ternyata dapetin Ayah Erysha yang boro-boro romantis. Kayaknya itu buat katakan cinta ama istrinya aja dulu, geli 🤣. Mungkin karena nggak biasa kali ya 😂. Tapi jangan tanya kalau sekarang ya. Kalau sekarang-sekarang mah, dikit-dikit langsung jari tangannya ngebentuk lope sambil bilang "Sarange Bunda" wkwkwkw 😂. Malah aku yang geli jadinya sekarang 😂. Tapi aku seneng wkwkwk 😂
Kalau dulu itu beneran aku suka sedih ternyata dia nggak romantis seperti yang aku bayangin. Tapi sejak itu aku belajar sesuatu. Mungkin dia memang bukan laki-laki yang pandai merangkai kata untuk berkata cinta, tapi aku bisa lihat setiap cintanya dibuktikan lewat perbuatannya padaku.
Dia seorang laki-laki yang baik, suami yang baik, ayah yang baik untuk Erysha. Seseorang yang bertanggung jawab, seseorang yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya, seseorang laki-laki yang tak suka mengeluh padaku, walau ku tahu dia sedang sakit.
Laki-laki yang selalu menatapku dengan cintanya, kasih sayangnya dan ku bisa rasakan itu semua di setiap kebaikannya yang ia lakukan untukku dan keluargaku. Aih nulis ini jadi bikin aku nangis. Karena betapa aku sangat beruntung memilikinya. Terima kasih ya Allah.
Jadi, kalau Ayahnya Erysha melakukan kesalahan atau aku menemukan kekurangannya. Selama itu sifatnya bukan prinsip ya, aku berusaha memakluminya. Karena aku ingat
"Bahwa laki-laki yang kita nikahi ini hanyalah manusia biasa. Bukan malaikat tanpa cela. Jad hal wajar jika ia memiliki kekurangan dan melakukan kesalahan. Layaknya kita yang tak sempurna pula bukan untuknya?"
Jadi, ketika aku marah dan sudah tenang. Aku suka ingat-ingat lagi kebaikan suami. Bahwa kebaikannya jauh lebih banyak daripada salahnya. Apalagi perempuan itu konon katanya suka melupakan kebaikan suami. Aduh semoga kita nggak gitu ya *lagi ngomong ama diri sendiri.
4. Bertanya pada diri
Jadi aku itu ya kalau mau marah sama Ayahnya Erysha, aku itu suka nanya dulu ama diri aku
"Layakkah aku marah karena hal ini?"
Jadi aku suka menganalisa dulu permasalahannya. Ini masalah kecil atau besar? Ini hal penting atau nggak? Terus layak nggak sih karena hal ini kita berantem?
Karena ngapain juga kan kita ngabisin energi kita, menjauhkan kita dengan pasangan hanya untuk meributkan hal-hal nggak penting? Kan sayang banget gitu. Bukan berarti meremehkan masalah ya Ayah Bunda. Bukan. Cuma harus belajar bijak menganalisa masalah *ngomong ama diri sendiri.
Misalnya kalau suami kita sehabis mandi suka lupa matiin lampu. Ya tinggal bilang aja baik-baik. Jangan sampai kita berantem hanya untuk hal kecil. Yang penting sering diingetin aja, dari sering diingetin itu, suami kan jadi belajar juga mana yang kita sukai atau tidak.
Jangan sampai suami sedang kelelahan baru pulang kerja malem, lapar, terus sehabis dia mandi kita ngomelin dia panjang lebar hanya gara-gara lupa matiin lampu. Akhirnya, dia tersulut emosi juga karena sedang lelah. Lalu apa yang terjadi. Ya perang besar dong hanya gara-gara hal sepele. Buat apa coba?
Aku dapet pemahaman ini waktu aku baca buku best seller terjemahan luar yang judulnya "Berpikir Positif dan Berjiwa Besar". Salah satu intinya bahwa
"Orang-orang yang berjiwa besar itu, tidak akan menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan nggak penting"
5. Melihatlah dari dua sisi
Perempuan itu kan suka baperan ya. Jadi, kalau perasaannya udah merajai hatinya itu, semua yang ia pikirkan itu hanya tentangnya...tentangnya...tentangnnya. Semua hanya tentang kebutuhannya saja hingga ia lupa melihat sisi yang lain. Siapa yang suka begitu aku 🙈.
Yup, perempuan itu kalau sudah emosian jadi nggak objektif lagi jadi berpikir dan menilainya suka subjektif. Suka ngerasa nggak sih kita itu suka gitu? Kalau aku sih ngerasa. Kalau udah tenang baru deh berpikir dan udah gitu nyesel deh hihihi.
Jadi, sebaiknya kalau lagi marah jangan dikeluarkan kata-kata kita. Lebih baik tenangkan diri dulu agar kita bisa melihat dari sudut pandang kita dan sudut pandangnya.
6. Terbuka
Pixabay |
Ini penting banget. Jangan sampai kita merasa tertekan dengan perasaan kita sendiri yang tertutup dan tertahan. Ini nggak baik dikemudian harinya dan berbahaya. Jadi, sebaiknya ungkapkan. Tapi kalau aku suka nggak langsung diungkapkan ketika marah. Jadi suka tenangkan diri dulu
7. Tenangkan diri ketika marah
Ketika marah aku suka tenangkan diri dulu. Karena aku nggak pengen ngomong kasar ke suami, nggak pengen neriakin suami, karena bagiku saling berteriak itu menjauhkan hati. Kenapa harus berteriak jika pasangan itu ada di samping kita? Bukannya kita itu saling mencintai? Lalu kenapa harus jadinya saling menyakiti?
Kenapa aku bisa begitu? Karena aku belajar dari ayahnya Erysha. Ayah Erysha itu sekalipun marah dia nggak pernah meninggikan suaranya ke aku. Marahnya diam untuk menenangkan diri dan itu hanya sebentar. Jadi akunya malu atuh kalau marah-marah ama dia, sedangkan dia marahnya kalem gitu. Tapi marah yang diam ini yang bikin kita udah ngerasa bersalah duluan ama dia wkwkwkw 😂
Aku jadi inget juga. kalau Erysha lagi marah, aku suka minta dia tenangkan diri dulu baru bicara. Ternyata itu juga harus ku tujukan pada diriku sendiri ketika marah wkwkwk 😂. Karena
"Bagaimana kita akan mengajarkan anak untuk mengendalikan emosinya ketika marah, jika kita pun tak belajar mengendalikan emosi kita"
Baca juga: CARA MENGELOLA EMOSI DALAM PENGASUHAN ANAK
Iya kan?
Jadi tenangkan diri dulu, kalau sudah tenang cari waktu yang tepat untuk bicara atau terkadang selain bicara langsung aku suka lewat WA. Layani dulu semua kebutuhan suami. Ini berat ya ketika kita sedang marah padanya tapi harus tetap berbuat baik padanya wkwkwk 😂. Tapi ini salah satu tantangannya lho. Kalau aku suka malem ngobrolnya pas suami udah santai, udah makan dan udah tenang juga.
Aku suka pijitin suami terus curhat ke suami tentang apa yang aku rasain. Tapi nggak pakai kata "kamu" misalnya ikh ayah mah gtu bla...bla...bla. Nggak gitu. Itu namanya nyerang dan bisa berantem lagi hahaha.
Jadi aku suka pakai kata "aku". Misalnya
"Ayah, Bunda marah pas ayah gini. Bunda jadinya sedih, maksud bunda bla...bla..bla".
Mengungpkan dengan hati-hati, bahasa yang dikemas, bicara dari hati ke hati ngalir begitu aja. Tapi bukan mencari siapa yang salah atau siapa yang benar. Jangan saling menyalahkan. Kalau saling menyalahkan yang ada nanti bertengkar lagi.
Setelah itu dengarkan uneg-uneg suami agar kita bisa melihat dari sudut pandang dia juga. Setelah itu suka maafan deh kita dan kalau udah abis marahan itu ya. Jadi makin cinta aku mah hahahah
Pixabay |
Jadi kalau ada masalah itu ya. Ingat musuh kita itu bukan pasangan kita. Tapi masalah itu sendiri. So, bergandengan tanganlah menghadapi musuh itu bukannya saling menyalahkan. Nanti nggak beres-beres *lagi ngomong ama diri sendiri.
Oh ya dalam Islam kalau marahan nggak boleh lebih dari 3 hari ya. Karena memang masalah itu harus cepat diselesaikan biar nggak berlanjut terus
Jadi intinya belajar komunikasi positif dengan pasangan itu penting banget, cara menyampaikannya dan waktu penyampaiannya juga harus kita pelajari juga. Biar sama-sama enak bicaranya ya
7. Jangan pernah berhenti belajar
Teruslah belajar menjadi istri yang baik sampai maut memisahkan kita dari yang terkasih. Belajar untuk terus memahaminya, mengenalnya, tahu apa yang ia sukai dan tidak ia sukai. Belajar untuk mengisi apa yang ia butuhkan. Jangan pernah merasa kalau kita itu sudah menjadi istri yang baik untuknya. Karena
"Ketika ketika kita sudah merasa diri kita itu baik, ketika itu kita sudah berhenti belajar untuk lebih baik lagi"
Dan ingatlah
"Ketika kita merasa diri kita telah banyak bersabar pada pasangan kita, ketika itu pula sesungguhnya pasangan kita pun pasti telah banyak bersabar pula dengan kita"
Lagi-lagi ngomong ama diri sendiri aku.
Dulu awal menikah, aku sangka di dalam pernikahan itu udah langsung indah, udah langsung romantis, penuh cinta dan begitu bahagia. Tapi ternyata aku salah. Pernikahan itu ibarat seperti kita sedang menanam. Jadi jika kita ingin pernikahan kita bahagia, romantis dan penuh cinta. Ya harus kita tanam dulu, dipupuk, disirami, dijaga, dirawat baru setelah itu kita bisa memanen hasilnya.
Nggak ada pernikahan yang bahagia itu langsung instan. Di dalamnya pasti ada proses, ada usaha, ada waktu dan ada perjuangan. Baru kita bisa memetik manisnya kebahagiaan dari sebuah pernikahan itu.
8. Doa
Jangan lupa banyak berdoa untuk pasangan kita, untuk pernikahan kita dan untuk keluarga kecilku. Karena kita mah apa atuh tanpa Dia mah
Nah, itu dia Ayah Bunda caraku menjadi istri yang baik untuk pasanganku. Buat Ayah Bunda yang pengen tahu juga bagaimana cara menjadi pasangan yang bahagia untuk membesarkan anak yang bahagia, boleh cus aja langsung ke tulisannya ya, klik aja yang warna merah ya.
Semoga kita terus semangat belajar jadi istri yang baik untuk pasangan kita ya dan teruntukmu para perempuan di luar sana. Jika kalian merasa bahwa pasangan kalian bukan laki-laki yang baik dan tidak bertanggung jawab. Tetap tersenyumlah. Tetap mainkan peranmu dengan baik. Bukan untuk dirinya tapi untukNya, untuk anak-anakmu, dan untuk dirimu sendiri.
Baca juga: Menjadi istri yang ideal demi restu suami
Hapuslah air mata itu dan tersenyumlah. Lepaskan semua rasa dan beban itu. Engkau harus bahagia untuk membesarkan anak yang bahagia pula. Letakkan kebahagiaamu padaNya bukan kepada makhluknya. Setelah itu Kau rasakan bahwa beban itu akan berkurang sedikit demi sedikit.
Semangat ya untuk menjadi istri yang baik, semoga Allah menguatkanmu dan memudahkanmu. Tulisan ini ku tulis untuk mengingatkan diriku sendiri dan semoga bisa bermanfaat pula untuk yang lain. Baca juga tulisan dari Mba Dian tentang cara menjadi istri yang menyenangkan
waa.. aku masih jauh dari sempurna nih menjadi istri yang baik..
ReplyDeleteemang sih kadang agak susah ya melihat kebaikan suami, apalagi kalo lagi kesel, yang diinget yang buruk-buruknya terus. hehehe..
makasih mba tips nya, bermanfaat banget ini :)
Hahaha sama bun. Klo lagi kesel aku jg inget keburukan suami aja. Inget kebaikannya klo udh tenang wkwkwk 😂
DeleteSubhanallah makasih mba tipsnya btw harus bersyukur dan berbuat yang terbaik pada suami terus ya❤️
ReplyDeleteSama2 mami 😘
DeleteBaca tulisan Mbak ini, saya kayak berada diruangan AC, adem dan bikin nyaman.#serius loh....
ReplyDeleteDuhhhhh...pengertian sekali Mbak ini, sebab tahu gimana harus bersikap dengan suami. Kalau hidup kayak gini, rumah tangga biasanya bakal berkah dan rahmat mudah turun, soalnya drama peperangan jarang terjadi....
Saya berharapa bakal banyak wanita - wanita yang seperti istri Baginda Nabi Muhammad SAW, yaitu Khadijah. Seorang Istri yang termasuk kategori wanita mulia di muka bumi.
coba dech pelajari gimana sikap Khadijah Istri Nabi Muhammad SAW... #kok saya jadi merintah gitu yach,hahahah....maafin dech.... :)
Kang bukannya ari AC mah dingin wkwkwk 😂
Deletesaya kalau dah marah nyerocos kemana pakai nangis langsung dipeluk suami pasti reda. Sebenernya sepele sih karena masalah gak ada uang kadang. tp saya belajar sendiri gimana biar masalah uang gak dikit2 saya bahas. Saya mulai beranikan diri saya yg ngatur saya yg batasi kalau lagi gak ada uang beli rokok ya saya gak beli sih. kadang suami minta tp saya jelaskan lg gak ada kalau dulu2 awal2 saya malah marah sekarang dah nggak lagi. termasuk sama anak2 saya berusaha tegas apalagi anak2 dah pada gede2. ya maklum nikah langsung bawa anak dari suami.
ReplyDeleteHahaha bener bun kalau udah dipeluk suami langsung reda ya. Bener pelukan itu menenangkan hihihi
DeleteTulisannya bikin aku senyum-senyum sendiri. Suamiku jugak gak romantis tapi kalau lihat dia kerja keras buat keluarga gantengnya jadi keluar, apalagi habis sholat awal waktu 😀😀
ReplyDeleteMasya allah......menenangkan sekali. Boleh ga mbk bahas tentang sikap wanita dalam menghadapi orangtua dan suami agar selaras, dan tidak ada ketimpangan. Tks
ReplyDelete