Pixabay |
"Ibu-ibuuuuu tahu nggak tadi pagi ada orang yang meninggal kecelakaan di depan Hotel Borobudur tabrakan ama bis Trans Jakarta. Sepertinya dia mau ke tempat kerjanya"
Itulah pesan singkat yang ku baca tadi pagi di WA grup komunitasnya para ibu-ibu. Lalu, berderet pesan tentang hal yang sama susul menyusul masuk di grup itu hingga malam hari. Aku tersontak kaget "kecelakaan, meninggal?" Hanya itu yang ada di hatiku. Sekelabat bayangan suami langsung muncul dalam ingatanku dan terburu-buru mengirimkan pesan dan bertanya padanya
"Ayah sayang udah sampe kantor, belum?" Dia pun menjawab sudah
Ada perasaan lega mendengar balasan itu dan ada perasaan takut mengancam akan kehilangannya. Lalu, menatap anak dan bertanya pada diri. Kehilangan itu pasti, hanya soal waktu. Lalu sudah siapkah jika sewaktu-waktu kehilangan suami atau anak atau semuanya langsung hilang sekaligus? Mungkin juga kita lebih dulu kehilangan diri sendiri" Hahhh hanya bisa menarik nafas panjang
Apa kalian pernah juga bertanya seperti itu pada diri kalian? Sanggupkah kalian menjawabnya? Atau itu semua tak pernah terbayangkan oleh kalian? Atau tak berani membayangkannya. Namun, jika kita tidak mempersiapkan diri maka itu akan jauh lebih menyakitkan nantinya. Apakah aku sendiri siap? Sama seperti kalian. Belum
Lalu, aku terhening dengan perasaan sedih "bagaimana nanti perasaan istri dan anak-anak lelaki yang meninggal tadi, jika tahu lelakinya pergi selamanya meninggalkannya dan anak-anaknya?" Ya Allah, sulit rasanya aku membayangkan rasa itu
"Setiap orang mau tidak mau, cepat atau lambat pasti akan diuji dengan kehilangan. Tugas kita adalah mempersiapkan diri tapi tanpa melupakan nikmat dari manisnya sebuah kebersamaan"
Tahukah kita Bunda, ketika suami dan ayah dari anak-anak kita itu pergi berangkat bekerja mencari nafkah untuk kita. Sesungguhnya setiap kepergian dan kepulangannya itu dia sedang berjuang dengan ganasnya jalanan yang dengan kejamnya bisa langsung menghabisinya seketika atau membuatnya cacat seumur hidupnya. Yup, dia sedang berjuang dengan nyawa taruhannya untuk kita dan anak-anak kita dalam setiap langkahnya di luar sana
Jadi, ketika ia pergi dan pulang iringi ia dengan doa penuh cinta teruntuknya dan sambut kedatangannya dengan senyum terbaik yang kita punya selalu teruntuknya.
Jangan sambut ia dengan wajah masam kita, dengan langsung menyerangnya dengan berbagai keluh kesah kita, atau langsung mendelegasikan tugas pengasuhan anak padanya. Jangannnn. Berikan ia waktu untuk sebentar saja, waktu untuk ia bisa duduk tenang menselonjorkan kakinya sebentar dari penat dan lelahnya di luar sana, berikan ia waktu dengan tenang untuk menarik nafas panjang setelah seabrek pekerjaan yang memusingkannya di tempat kerjanya. Berikan ia waktu sebentar saja untuk mandi dan makan dengan tenang.
Berikan ia pemandangan manis dengan melihat kita dan anak-anaknya menyambutnya dengan penuh senyum hangat. Sungguh senyum manis kita dan keluarga tercintanya itu sanggup merontokkan rasa lelahnya seharian bekerja di luar sana dan disambut rasa suka cita. Hingga ia selalu memiliki semangat dan alasan baru untuk apa ia berlelah-lelah di luar sana di hari esoknya
Setelah kita memberikannya waktu sebentar dan tenang. Barulah kita biarkan anak-anak itu bermain-main, bercerita dengan bahagianya dengan ayahnya, barulah kita bisa melontarkan sisa 20.000 kata untuk bercerita banyak padanya.
Dan teruntukmu yang bernama suami. Sungguh menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu itu tidaklah mudah. Terkadang di saat kebutuhannya sendiri pun belum terpenuhi tapi masih harus nemikirkan kebutuhan anggota keluarga yang lain.
Baca juga: TERUNTUKMU YANG BERNAMA SUAMI, PULANGLAH!
Tak jarang rasa lelah, bosan itu membuat matanya berkaca-kaca bukan karena mengeluh, tapi karena ia kelelahan hingga ia perlu berkali-kali menyemangati dirinya sendiri. Karena sungguh bekerja dari subuh hingga malam itu tak mudah dan tak jarang ia terpaksa terbangun di malam hari untuk mengurus anakmu yang masih balita atau yang sedang sakit karena terbangun dari tidurnya.
Canva |
Ayah Bunda, jadilah pasangan, orang tua dan seseorang yang baik untuk orang lain terutama untuk orang-orang yang kita cintai. Sering-seringlah berkata cinta pada mereka. Karena kita tidak pernah tahu apa itu akan menjadi kata cinta terakhir kita atau bukan? Peluklah mereka, karena siapa tahu itu akan menjadi pelukan terakhir kita? Sebelum kehilangan itu datang dan menghentikan dunia kita seketika dan membuak sesak itu seakan membunuh kita dengan perlahan. Untuk itu, lakukan dan berikanlah yang terbaik untuk orang-orang terkasih kita dengan CINTA 💕
Baca juga: SUDAHKAH KITA MEMBUAT ANAK MERASA DICINTAI OLEH KITA?
"Kehilangan itu tidak akan pernah bertanya pada kita. Apakah kita siap ataukah tidak? Tapi dia selalu memberikan 2 pilihan pada kita. Kehilangan karena rasa ikhlas ataukah kehilangan karena rasa terpaksa"
yupp mba yeni. saya juga sering berpikir demikian. terlebih suami saya cukup sering travelling dg perjalanan udara. Setiap kali dia terbang, pesan pendek berbunyi "landed" sungguh sangat melegakan.
ReplyDeletePernah merasakan hal yg sama. Paling sebel kalau suami pergi tanpa pamit terus lamaaa gak pulang2. Padahal yang namanya kehilangan itu pasti ya. Tapi entah mengapa kok masih aja takut.
ReplyDeleteSetiap hari aku selalu memikirkannya moms, karena aku pernah kehilangan ayah jadi aku berusaha keras menyiapkan anak ku semandiri mungkin. Karena kita gak tau apakah kita bisa mendampingi nya hingga dewasa atau bahkan harus kembali sebelum ia besar.
ReplyDeleteSaya kepikiran banget pas dulu LDM, suami harus ke tempat bekerja terbang puluhan jam. Kayaknya semalaman enggak tidur beneran..
ReplyDeleteBelum lagi kalau dia belum ngabarin karena beda waktu dengan saya.
Duh, kliyengan mikirnya.
Terima kasih sudah menuliskan ini Bunda.
Sekarang pas deketan, maksudnya mentang-mentang sama-sama di Jakarta kok keknya jadi biasa saja. waduh entar mesti disambut istimewa nih suami pas pulang kerja
Sedih aku kalau bahas tentang kehilangan. Ibuku juga sering khawatir kalau aku pulang telat dan nggak bisa tidur. Selagi masih ada semua orang yang kita sayang memang sebaiknya kita harus saling menyayangi satu sama lain ya, Mom.
ReplyDeleteNoted banget "sering2 berkata cinta". Kadang emang aktivitas sehari2 bikin lupa ya bilang hal2 kyk gtu ke anak, ke pasangan. Thanks remindernya bun :D
ReplyDeleteyang namanya kehilangan pasti menyisakan pilu di hat, apalagi sewaktu-waktu jika kita kehilangan orang-orang yang disayangi huhu
ReplyDeleteiya mba. bener banget ya. harus bgt menghargai waktu yang ada dgn orang tersayang
ReplyDeleteBaca ini mataku jadi kabur mbaa :(( sering juga memikirkan soal kehilangan ini, makanya setiap punya momen kebersamaan kami nikmati dg maksimal, banyakin foto2 juga, meski cuma disimpan di folder, karena foto2 itu yg nanti jadi alat penyambung rindu. Aah aku mewek lagi :(
ReplyDeleteKerjaan suamiku dulu itu sering banget mobile pake pesawat. Bahkan PP dalam sehari juga gak kehitung berapa kali. Rasanya dagdigdug banget tiap suami pamit. Alhamdulillah selalu dilindungi Allah SWT.
ReplyDeleteSaya biasanya kalau berangkat kerja berusaha banget biar nggak ada musibah terjadi soalnya ingat si kecil yang masih perlu banget orang tuanya. Pun kalau ayahnya dinas luar kota selalu berdoa semoga selamat sampai tujuan
ReplyDeletesuami saya bukan tipe cowok romantis
ReplyDeletega pernah ngucapkan kata2 romantis
jadi saya yang melakukannya
meski kadang dia bilang lebay
begitu juga ke anak..saya juga mengucapkan kata2 romantis
seperti sayang dan cintaku setiap hari..apalagi saat hendak pamitan
anak saya akhirnya terbiasa mengucapkan kata2 romantis ke saya dan ayahnya
kata penuh sayang dan romantis itu membuat kami sangat dekat