Pixabay |
Hai-hai Ayah Bunda 😃. Hari ini saya ingin berbagi materi parenting yang sudah lamaaaa sekali saya dapatkan tentang "Mendidik Generasi Aqil-baligh" tetapi baru sempat saya tuliskan ulang di hari ini. Materi ini saya dapatkan dari Kulwap Parenting Sygma Daya Insani dimana narasumbernya adalah Pak Adriano Rusfi, Psikolog. Siapa sih yang tidak kenal dengan salah satu tokoh parenting ini
Jujur, ketika membaca materi ini membuat saya merasa merinding sekali dengan isinya. Karena ini memang masa yang menakutkan bagi dunia anak-anak kita. Apa Ayah Bunda pernah bertanya mengapa remaja itu bisa identik dengan seks bebas narkoba, tawuran dan hal-hal negatif lainnya? Kalau belum tahu, yuk kita simak langsung penjelasannya dari ahlinya
Profil Narasumber
Nama: Drs. Adriano Rusfi, Psi
Tempat Tanggal Lahir: Bukit Tinggi, 4 Maret 1964
Agama: Islam
Pendidikan Terakhir: Profesi Psikologi
Pekerjaan: Pembicara, Konsultan SDM dan Pendidikan
Status: Menikah
Anak: 4
Facebook: Adriano Rusfi
Bagaimana Cara Mendidik Generasi Aqil-baligh?
(Tulisan di materi ini langsung ditulis oleh Pak Adriano Rusfi)
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ayah Bunda sekalian, belakangan kita sering menghadapi permasalahan-permasalahan yang melingkupi para remaja kita. Diantara permasalahan yang sering kita dapati terkait dengan remaja adalah seks bebas, penyalahgunaan narkoba, tawuran, geng motor dan perilaku-perilaku negatif lainnya. Seakan-akan kata "kenakalan" dan kata "remaja" menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Betapa berbedanya kenyataan saat ini dengan masa lalu. Di masa lalu, Bung Karno berani mengatakan :
_"Berikan aku 10 pemuda, akan kuguncang dunia"_
Sang proklamator berani menyatakan hal semacam itu, karena pada zaman tersebut para pemuda adalah anasir-anasir positif, konstruktif, kreatif dari bangsa ini.
Kita mengenal sosok sosok seperti HOS Cokroaminoto yang mampu mendirikan Syarikat Islam pada usia 16 tahun. Bung Karno sendiri mampu berpidato secara memukau di depan parlemen Belanda pada saat berusia 21 tahun.
Pada zaman itu pemuda-pemuda berusaha berusia 15 tahun telah menjadi manusia yang sangat mandiri, telah bisa membantu orang tuanya secara ekonomi, dan telah menjadi tonggak-tonggak bagi tegaknya sebuah bangsa.
Dapat dikatakan telah terjadi degradasi yang sedemikian pesat antara kualitas pemuda zaman dulu dengan remaja zaman sekarang.
Pertanyaannya adalah :
*Kenapa itu semua bisa terjadi ???*
Pixabay |
Ayah Bunda sekalian, itu semua bermula dari akhir abad ke-19, karena sebelum abad ke-19 literatur literatur psikologi belum mengenal remaja. Remaja baru muncul sejak awal abad ke-19, yang ditandai dengan fenomena bahwa mereka sudah bukan anak-anak tapi dewasa pun masih belum.
Dalam bahasa Inggris mereka disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa Yunani _adolescere_ yang artinya ada belum dewasa
Dalam bahasa anak kekinian, generasi ini disebut ABG : Anak Baru Gede. Dibilang anak sudah gede, tapi dibilang gede masih anak.
Kenapa lahir generasi remaja sejak lahir abad ke-19 atau awal abad ke-20?
Karena sejak saat itu telah muncul satu generasi dimana baligh atau kedewasaan fisiknya tumbuh makin cepat, sementara Aqil atau kedewasaan mentalnya justru makin melambat.
Apa yang menyebabkan hal itu semua terjadi ?
Hal itu semua terjadi karena revolusi industri. Sejak revolusi industri para orang tua telah disibukkan untuk mencari nafkah : 8 jam sehari, 40 jam seminggu, dan 2000 jam setahun. Tak ada waktu lagi untuk mendidik anak-anak, sehingga anak-anak dititipkan ke institusi yang bernama sekolah.
Institusi sekolah memang mampu untuk mendidik pengetahuan dan keterampilan, tapi tak mampu untuk mendidik karakter. Yang mampu mendidik karakter adalah orang tuanya di rumah.
Itulah sebabnya kemudian lahir generasi yang secara karakter semakin melemah dari waktu ke waktu. Kedewasaan mental alias aqil menjadi semakin tertunda dan tertunda.
Di sisi lain, ketidakhadiran orang tua dalam mendidik anak-anaknya, yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan, telah menyebabkan mereka menutupi rasa bersalahnya lewat makanan berlebihan. Akibatnya anak-anak itu menjadi over nutrisi : over karbohidrat, over protein, over lemak, over vitamin dsb. Sehingga dengan demikian kedewasaan fisiknya pun terstimulasi semakin lama semakin cepat.
Alhasil di saat kedewasaan mental alias Aqil melambat, kedewasaan fisik justru semakin lama semakin cepat. Lalu lahirlah generasi yang dewasa fisik tak dewasa mental. Dan mereka disebut sebagai remaja. Istilah remaja sendiri dalam perbendaharaan kata Indonesia baru muncul di tahun 60-an.
Nah Ayah Bunda sekalian, jika kita terus-menerus membiarkan bahkan membenarkan hal ini berlarut-larut, kita akan menghadapi malapetaka generasi yang luar biasa. Dalam waktu yang tak lama lagi akan lahir generasi dimana hawa nafsunya begitu bergejolak, sementara akal sebagai alat pengendali hawa nafsu itu belum terbentuk, dan sama sekali belum matang.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh para orang tua agar musibah kemanusiaan yang bernama remaja ini dapat kita akhiri sesegera mungkin ?
Cara Mendidik Remaja (Aqil Baligh)
Pixabay |
Pertama pendidikan Harus dikembalikan ke rumah. Rumah adalah tempat mendidik, sedangkan sekolah adalah tempat mengajar. Rumah adalah institusi pertama dan utama dalam pendidikan anak-anak kita, sedangkan sekolah adalah institusi yang membantu kita dalam mendidik anak-anak kita, khususnya pengetahuan dan keterampilan.
Kedua, didiklah anak-anak kita di kehidupan nyata, karena hanya kehidupan yang akan mendewasakannya, yang menguatkannya, yang membuatnya tangguh, yang membuatnya mandiri, yang membuatnya berdaya juang, yang membuatnya mampu berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Ketiga, pendidikan yang berani dan tega, pendidikan yang dengan tegas konsisten tak dihanyutkan oleh rasa kasihan yang berlebihan, dalam rangka menegakkan prinsip-prinsip pendidikan menuju kemandirian dan kedewasaan. Tega tak sama dengan kejam. Tega justru berangkat dari kasih sayang.
Kemudian yang keempat, didiklah anak-anak kita sejak berusia 7 tahun untuk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri . Tegakkan prinsip "tangan mencencang bahu memikul". saat dia berusia 7 sampai 10 tahun, didik dia untuk bertanggung jawab secara pribadi. Pada saat dia berusia 10 sampai 12 tahun, didik dia untuk bertanggung jawab secara sosial.
Yang kelima, ajari anak-anak kita menalar, berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan memikul resiko atas keputusan yang ia buat.
Kemampuan untuk memecahkan masalah selain akan mematangkan dan mendewasakan anak-anak kita, ia pun mampu menekan baligh yang terlalu cepat. Jangan pernah menganggap anak kita terlalu kecil untuk memikul masalah di usia 7 tahun. Rasa kasihan yang berlebihan itu yang menyebabkan dia tidak kunjung dewasa.
Yang keenam, ajari anak-anak kita berorganisasi, karena dalam organisasi Terdapat banyak hal yang mereka butuhkan untuk hidup. Dalam organisasi ada kepemimpinan, ada manajemen, ada kerjasama, ada komunikasi ada pengelolaan konflik dan seterusnya.
Kemudian yang ketujuh didik anak kita, khususnya laki-laki, untuk belajar mencari nafkah. Mencari nafkah adalah upaya yang sangat efektif untuk mematangkan dan mendewasakan anak-anak kita. Seberapa pun kayanya kita, seberapapun mapannya kita, tetap didik anak-anak kita mampu memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri
Dan yang terakhir, yang kedelapan, kembalikan peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya. Anak yang terlalu cepat baligh itu memang kesalahan dari Bunda yang overnutrisi terhadap anak-anaknya. Namun aqil yang terlambat itu disebabkan oleh tak hadirnya ayah dalam pendidikan anak. Padahal Islam penanggung jawab utama dan pelaku utama dalam pendidikan anak adalah ayahnya. sedangkan Bunda adalah pelaksana hariannya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Itulah Ayah Bunda penjelasan dari Pak Adriano Rusfi tentang mendidik generasi aqil baligh ini. MasyAllah ilmunya luas sekali ya Ayah Bunda, walau begitu jadi meninggalkan PR besar pada kita, bahwa pendidikan anak itu dimulai dan terpenting adalah dari rumahnya dan dilakukan oleh orangtuanya bukan oleh orang lain.
saya masih sering enggak konsisten 'tega' dalam ngasih tanggung jawab buat anak. Duh, kalo masih kayak begini, nanti besarnya jadi agak susah anak buat tanggung jawab sendiri..huhu
ReplyDeletemakasih sharing artikelnya mbak..
Sama-sama bunda 😉
DeleteTega itu bukan berarti kasar kan, tega dalam artian tegas terhadap prinsip / nilai nilai yang dianut.
ReplyDeleteIya betul pak
DeleteMaterinya bagus, Mbak. Aku juga pernah baca buku Pak Munif, anak-anak mulai usia 7 tahun itu ibaratnya "pembantu" orangtua. Dia harus dilibatkan dalam mengurusi segala hal terkait keperluannya.
ReplyDeleteMakasih mba. Semoga kita bisa mendidik anak kita dengan benar ya sesuai tahapan tumbuh kembangnya 🙏
DeleteEmang bener banget, keluarga adalah pondasi bagi pendidikan anak.Dengan pendidikan yang tepat dari keluarga maka gempuran pengaruh negatif dari luar tidak mudah ngefek pada anak.
ReplyDeleteSetuju. Keluarga adalah bentengnya ya
DeleteSetuju sekali, pendidikan anak dimulai dari rumah dan dilakukan sendiri oleh orang tuanya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mengingatkan ini Bunda...Pas banget anak saya sedang akil baligh ini
Sama-sama mba 😉
DeleteBnr banget pendidikan utama dimulai df rumah ya mb. Trus, didik anak sesuai zamannya jg.. Noted. Ak jg tmsk yg tega n krs dlm ngasih warning sm anak. Krn umit buat dy jg sih.
ReplyDeleteIya bun tega mendidik anak demi kebaikannya dan mendidik dengan cinta 😍
DeletePembahasan yang bagus mbak, sering lihat saudara saya kayanya mendidik anak akil baliq zaman sekarang memang susah-susah gampang ya.
ReplyDeleteIya bun. Penuh tantangan ya 🙈
DeleteMakasih sharingnya bun, haduuhhh, saya mah apa atuhhh, kadang mikir bisa ga sih anak jangan cepat gede, tapi kan itu ga normal, hiks
ReplyDeleteTantangan banget deh mendidik anak yang makin beranjak gede.
Di sisi lain, anak saya laki dua-duanya, saya gak punya sodara laki, jadi blank banget masalah anak laki.
Seharusnya, peran ayah bunda itu harus hadir dan seimbang dalam kehidupan anak, masalahnya kadang merealisasikan teori itu tidak semudah membalikan tangan.
Pak suami sibuk yang mana gak ada pilihan lain, selain harus sibuk.
Jadi ya sebisa mungkin saya selalu mencari cara yang realistis dalam mendidik anak, semoga Allah selalu membimbing para orang tua dalam membesarkan anak-anaknya :)
Aaaminnn bun. Semangat kita. Semoga dimudahkan ga 😍😍
DeleteSetuju sekali, mendidik itu berawal dari rumah, sekalipun anak sudah sekolah semahal apapun biayanya.
ReplyDeleteJika pondasinya sudah kuat, pasti kedepannya akan jauh lebih mudah.
Selalu suka mampir ke sini karena akan dapat banyak ilmu seputar dunia parenting. Betul banget ini kalau pendidikan anak berawal dari rumah.
ReplyDeleteSetuju banget mba. Terutama agar anak laki laki berusaha untuk mencari nafkah karena kelak mereka juga harus kerja keras membiayai diri sendiri dan keluarga :)
ReplyDeletekudu belajar bener2 ya mbak soal mendidik anak ini ya.. smiga kita dimudahkan jalannya ya mbak
ReplyDeletemakasih sharingnya, mbak. berguna banget nih buat aku yang anaknya masih balita. jadi kepikiran nih soal organisasi secara aku pas sekolah dulu nggak terlalu aktif berorganisasi padahal ternyata penting juga ya buat anak
ReplyDeleteSebenarnya anak muda sekarang harus lebih open minded. Khususnya terbuka pada orangtua dalam segala hal. Orangtua bisa menjadi tempat curhat yang nyaman. Dan perlu ditanamkan juga untuk saling bersosialisasi.
ReplyDeleteMakasih mbak ilmu barunya. Aku bookmark yaaa siapa tau nanti di masa depan perlu lagi ini. Pasti sih
ReplyDelete