Hai-hai Ayah Bunda, hari Jumat, 7 Desember 2018. Saya beruntung sekali bisa mengikuti kajian parenting oleh salah satu ahli parenting yang terkenal itu lho yaitu dengan Ustad Bendri Jaisyurrahman. Apa Ayah Bunda juga kenal beliau? Kalau belum hari ini saya akan merangkum ilmu yang saya dapatkan dari beliau tentang "Bagaimana Cara Mendidik Anak agar Tangguh di Zamannya".
Baca juga: REVIEW BUKU PANDUAN MEMILIH SEKOLAH UNTUK ANAK ZAMAN NOW
Saya tertarik sekali dengan judulnya. Karena memang hidup ini keras ya Ayah Bunda dan saya tahu sekali bagaimana kerasnya hidup ini. Jadi, kita perlu mempersiapkan anak kita nih agar tangguh menghadapi kerasnya hidup ini. Artinya kita harus membentuk dan mempersiapkan karakter anak yang positif dan mental pejuang.
Jangan sedikit-dikit cengeng, sedikit-dikit ngeluh, sedikit-dikit galau, sedikit-dikit baper, maunya apa langsung ada, instan tanpa tahu artinya sebuah perjuangan, menginginkan sesuatu tapi tanpa tahu caranya menghargai sebuah proses.
"Menangis itu bentuk kelembutan hati sedangkan cengeng itu bentuk dari kepengecutan dan keputusasaan"
Aduhhhhh jangan kita besarkan anak-anak kita dengan cara begini ya Ayah Bunda. Percayalah dia akan tertinggal dan terlindas oleh zamannya
Tapi sayangnya tanpa di sadari banyak orang tua yang membesarkan anaknya hingga terbentuk karakter yang seperti itu. Karena bagaimanapun juga, anak itu tergantung bagaimana orang tuanya yang membentuknya. Jadi sebelum mengajarkan anak, kitalah yang perlu mengajari diri kita sendiri *ceritanya lagi ngingetin diri sendiri
Belajar Mendidik Anak Tangguh dari Cerita Nabi Yusuf As
Ayah Bunda, didiklah anak kita seperti Nabi Yakub yang mampu mendidik Nabi Yusuf menjadi anak yang tangguh bahkan telah tangguh dan menjadi anak yang kuat di usianya yang begitu dini.
Nabi Yusuf telah kehilangan ibunya di usianya yang sangat kecil, tumbuh menjadi anak-anak di saat para kakak-kakaknya beda ibu begitu sangat membencinya, hingga ia dibuang ke dalam sumur. Lalu ditemukan oleh orang lain dan ia dijual di pasar.
Apakah itu selesai? Tidak. Ketika sudah mulai beranjak dewasa ia pun difitnah telah melakukan pemerkosaan sehingga ia dijebloskan ke dalam penjara selama bertahun-tahun.
Dari sana kita sudah bisa melihat bahwa karakter Nabi Yusuf ini memang telah dididik begitu tangguhnya dari kecil oleh ayahnya. Lalu, mengapa kita tidak meneladani kisah Nabi Yusuf ini untuk mendidik anak-anak kita untuk setangguh itu?
Tapi kan itu Nabi, jadi wajar dong dia tangguh? Eiitssss, jangan salah. Bukankah nabi itu juga seorang manusia. Sama seperti kita. Oleh karena itulah, Allah mengutus utusannya seorang manusia biasa agar bisa kita teladani. Malah bukankah kita memang seharusnya meneladani seorang nabi yang jelas-jelas utusan Allah daripada meneladani yang lain yang belum tentu baik, kan?
Indikator Anak yang Tangguh
Ayah Bunda, indikator anak yang tangguh itu bisa melewati 3 hal ini:
1. Bisa melewati ujian kesulitan
2. Bisa melewati ujian syahwat
3. Bisa melewati ujian emosional.
Cara Mendidik Anak yang Tangguh di Zamannya
Pixabay |
Anak yang tangguh itu terdapat 3 unsur di dalam dirinya. Ketika satu unsur tidak terpenuhi maka akan terjadi kepincangan atau mati
1. Akal
Penuhi asupan akal anak kita seperti memberinya pengetahuan, mengajaknya belajar, membacakan buku untuknya dan lain-lain yang kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akal ini
2. Jasad
Pemenuhan jasad ini seperti makan dan minumnya
3. Ruh
Penuhi, arahkan dan biasakan anak untuk memenuhi asupan ruhnya seperti ibadah, dzikir, pergi ke majlis taklim, dan lain-lain yang berkaitan kepada Tuhannya. Hingga anak tahu kemana ia akan mencari kebutuhan dan ketenangan untuk ruh atau jiwanya.
"Seseorang yang jarang ngaji, fisiknya kuat tapi di dalamnya rapuh"
Ngaji di sini maksudnya bukan hanya sekedar membaca Al-Quran saja ya Ayah Bunda, tapi juga perlu membersihkan hati dengan pergi belajar ke majelis-majelis taklim, karena pergi ke majelis-majelis taklim tersebut sama untuk kita mengecas hati kita dan sebagai penguat jiwa kita karena selalu diingatkan kepadaNya
Oleh karena itu, kenalkan anak pada Allah dari sejak dini dengan cara yang menyenangkan. Untuk mendidik anak yang tangguh, siapkan anak tali di dalam dirinya yaitu tali penghubung antara dirinya dengan Allah, Tuhannya. Agar hatinya selalu tertaut pada Tuhannya
2⃣. Anak yang tangguh adalah anak yg terpenuhi kebutuhannya di masa kecil
Penuhi kebutuhan anak semasa kecilnya seperti kebutuhan cinta, kasih sayang, perhatian, dipahami, dan waktu yang banyak juga berkualitas bersama orang tuanya
3⃣. Ketangguhan anak ketika ada kadarnya dan ada keterbatasan usianya.
Jadi ajarkan ketangguhan pada anak sesuai dengan usia dan tumbuh kembangnya. Jangan selalu menuruti semua keinginan atau memanjakannya. Anak harus belajar membedakan mana kebutuhan dan keinginan.
Misalnya:
Anak menginginkan sepatu futsal baru, padahal sepatu futsalnya masih ada dan masih bisa dipakai.
Ini adalah keinginan bukan kebutuhan. Jadi tidak perlu kita mengikuti keinginannya. Bukan karena kita tidak mampu untuk membelikannya yang baru tapi agar anak pun belajar bahwa tidak semua keinginannya harus terpenuhi dan itu bukan sesuatu yang ia butuhkan
4⃣ Anak butuh role model / kekuatan dari ayahnya
Pixabay |
Ayah harus ikut terlibat di dalam pendidikan dan pengasuhan anak-anaknya. Karena dari seorang ayahlah seorang anak bisa belajar arti ketangguhan
"Cinta ibu mendamaikan dan cinta ayah itu menguatkan"
Jangan sampai Ayah hanya sibuk memberikan vitamin fisik pada anaknya tetapi di dalam jiwa anaknya kerdil, tampang TNI tapi di dalamnya Hello Kitty, otot six pack tapi di dalamnya ngondek
Anak yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung baperan, galau dan tidak tahu konsep laki-laki sejati itu seperti apa.
Lalu, bagaimana jika ayahnya sudah meninggal? Gantikan peran ayah itu pada pamannya, kakeknya agar anak tetap belajar bagaimana tentang lelaki itu. Bagi anak perempuan dia akan belajar bagaimana memilih laki-laki yang baik untuk imamnya ke depannya.
5⃣ Anak tangguh bisa mencapai kemandirian sesuai usia
Jadi latih kemandirian anak dari sejak dini.
Misalnya anak yang seharusnya sudah bisa berjalan karena sering digendong oleh kita akhirnya anaknya menjadi malas belajar jalan. Karena ada fase-fase atau usia anak dimana anak sangat butuh digendong dan ada juga fase gendongan itu perlu dikurangi untuk menstimulasi motorik dan kemandiriannya
Atau
Anak usia 4 tahun yang seharusnya sudah bisa makan sendiri. Tapi makannya masih disuapi oleh kita. Kalau begitu kapan anak bisa belajar mandiri dan menjadi anak yang tangguh kalau semuanya harus dilayani di usianya yang seharusnya sudah mandiri?
Baca juga: AYAH BUNDA! YUK, KITA AJARKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK SEJAK DINI
Ayah Bunda, menurut saya walau hidup ini keras, tetap kita tanamkan pada pemahaman anak bahwa hidup ini indah agar anak tetap memandang hidup ini dengan konsep dan pikiran yang positif. Yang keras itu hanya tantangan di dalamnya. Oleh sebab itu, kita perlu mempersiapkan dan mendidik anak kita agar menjadi anak yang tangguh menghadapi tantangan di zamannya
Baca juga: BAGAIMANA CARA MENDIDIK GENERASI AQIL BALIGH?
Bagaimana Ayah Bunda, materi kajian parentingnya kembali membuat kita menengok pola asuh kita selama ini atau sudahkah kita mendidik anak-anak kita untuk menjadi anak yang tangguh selama ini? Share yuk ceritanya di sini
Soal makan disuapi, aih aku masih suka begitu saat hari libur tiba. Gimana ya, bagian dari memanjakan anak karena sehari-hari aku sibuk dengan aktivitas pekerjaan. Kalau begitu gimana, ya? Hahaha, jadi galau.
ReplyDeleteKalau sehari-harinya disuapi juga gak Bun?
DeleteAkal, jasad, ruh...bakal sy ingat2 terus itu... makasih mbak...
ReplyDeleteSama-sama bunda 😘
Deletenah ini nih, anak-anak masih sering aku suapin walau sebenarnya mereka udah bisa makan sendiri.. lebih ke gregetan sih aku, lamaaaa makannya hehehe
ReplyDeleteNeyna juga aku latih makan sendiri, mandi hingga siap2 ke sekolah sejak usia 4 tahun sejak ada calon adiknya diperut meski suka ada drama tapi akhirnya jadi good habit :)
ReplyDeleteAnakku usianya sudah 5 tahun hiks dan masih disuapi, gimana ya caranya, mana makannya diemut. Termasuk juga klo meminta sesuatu nih, cara ngeremnya gmn ya?
ReplyDeleteMenjadi orang tua memang tidak mudah ya bun, setuju sekali bun anak-anak harus dibekali akal, jasad dan ruh :) semoga saya bisa membawa anak-anak menjadi anak yang tangguh
ReplyDeleteCinta Ibu mendamaikan, cinta Ayah menguatkan. Masya Allah
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya.
Memang perjuangan mengasuh anak itu ya Mbak..Penuh tantangan. Semoga kita bisa mendidik anak-anak menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Aamiin
Makasih sharingnya bun, saya sering banget nih diskusi ama pak suami, agar kita bersama-sama berjuang agar jadi role model yang baik buat anak.
ReplyDeleteAgak complicated juga, secara suami sibuk mulu kerja, dan anak saya laki keduanya, huhuhu.
Mau gak mau, saya kudu menyesuaikan agar anak bisa jadi lelaki yang tangguh :)
Otot six pack aslinya ngondek 🤣 bagus mbaa materi kajiannya, makasi sharingnya. Betul ngaji itu ga cuma baca al-qura'an ya, perlu rutin dateng ke majelis taklim
ReplyDeleteAku belum pernah ikut kajian tentang parenting. Tapi untungnya aku kenal Bunda Yeni yang seorang blogger parenting jadi tambah ilmu deh setelah mampir ke blog ini dan baca tulisan ini.
ReplyDeleteAnakku sejak bayi banyak sekali ku ajarkan masalah ketangguhan yang selama ini ku dapat ketika melihat ibuku mendidik adikku. Alhmdulilah responnya baik. Ya sekalipun hasilnya belum kelihatan. Aku yakin banget usaha kita sebagai Ibu pasti akan ada hasil positifnya nanti. Terlebih untuk kebaikan 🙏🏻
ReplyDeleteBener banget dan setuju mba. Aku tertarik dengan kata role model. Karena sejak anak kecil kita harus mengetahui karakter siapa yang diikuti si anak.
ReplyDeleteHarus seimbang lahir dan batin supaya tetap tanggu sesuai zaman ya, Mbak.
ReplyDeleteBun kalo ada acara parenting seperti ini boleh dicolek juga dong bun. Lagi butuh supervisi banget nih. Makasi utk sharing nya y bunda yeni, meskipun gak hadir jadi bisa dapet insight dari acara tsb. Memang mempersiaok anak jaman skrg sulit nya masya allah, tapi kalo inget ganjaran dunia akheratnya, insya allah jadi lebih sabar.
ReplyDelete