"Kakak, sebentar lagi kamu itu udah masuk SD. Tapi, masa belum bisa baca juga, sih? Bunda kan capek ngajarin kamu baca. Tapi kamunya nggak bisa-bisa. Kamu sih kebanyakan maen. Besok kamu nggak boleh main lain lagi, belajar baca terus di rumah. Oke!"
Anak itu hanya terdiam sambil menangis ketika dimarahi ibunya dan terkadang oleh ayahnya. Dan tak jarang, ia mendapatkan pukulan karena belum bisa membaca atau calistung di usianya yang masih 6 tahun.
Banyak orangtua yang memperlakukan anaknya seperti itu? Banyakkkk dan mungkin salah satunya kita. Kita lupa, bahwa Dia hanyalah seorang anak yang tidak tahu apa-apa. Yang dunianya masih dunia bermain. Karena memang begitulah dunianya
Tetapi, banyaknya ekspektasi kita yang begitu tinggi pada anak dan egonya kita sebagai orangtua, tanpa kita sadari, kita merenggut dunia bermainnya, merenggut keceriaannya dengan paksa. Hingga akhirnya, dia hanya bisa menangis dan menangis oleh setiap bentakan kita, oleh setiap tingginya intonasi kita dan tak jarang dari setiap cubitan kita.
Hai lihatlah air mata yang mengalir itu di pipinya! Lihatlah wajah ketakutan itu karena amarah kita padanya. Lihatlah betapa tidak berdayanya dia menghadapi kita. Lihat mata polosnya dan tanyakan pada hati kita "Benarkah apa yang ku lakukan ini padanya?"
Hahhhh, terkadang betapa cepatnya kita menyalahkan anak, menghardiknya tetapi lupa untuk bercermin pada diri sendiri. Lupa untuk bertanya pada diri sendiri dan merasa bahwa orangtua selalu benar.
Fase Pramembaca pada Anak
Pixabay |
Hai Ayah Bunda! Bagaimana anak kita suka membaca kalau kita orangtuanya pun tidak suka membaca? Percuma kalau kita banyak bicara A, B dan C dan menyuruh mereka ini itu, untuk membuat anak-anak kita suka membaca, tetapi kita sendiri pun tidak mencontohkannya pada anak. Jangan pernah lupa Ayah Bunda, bahwa
"Satu perbuatan dapat mengalahkan seribu perkataan"
Jadi, jangan harap anak kita langsung suka baca kalau anak-anak kita tidak melihat teladan itu dari diri kita sendiri, orangtuanya.
Lalu, sudahkah kita sering mengajaknya berbicara? Mendengarkan kata-katanya? Mendengarkan ceritanya? Mendengarkan pendapatnya? Dan Memahami perasaannya? Sayangnya, lagi-lagi kita seringnya lupa bukan tentang itu?
Memangnya ada ya hubungannya sering ajak anak bicara dengan suka membaca? Oh ada dong. Bagaimana anak-anak kita suka membaca nantinya, kalau kita tidak membiasakan dan mendengarkan ia bercerita dari usia dininya
Dan sudahkah Ayah Bunda mengenalkan buku pada anak sejak dininya? Suka membacakan buku cerita pada anak? Senang memperlihatkan gambar pada anak?
Baca juga: MENGAPA MEMBACA BUKU PERLU DIPERKENALKAN PADA ANAK SEJAK DINI?
Baca juga: 20 MANFAAT MEMBACAKAN BUKU CERITA PADA ANAK DARI USIA DINI
Wahai Ayah Bunda, mengobrol dan bercerita dengan anak, mengenalkan buku sejak dininya dan memberikan contoh pada anak, itu semua adalah salah satu fase pramembaca anak yang perlu anak lalui sebelum anak memasuki fase belajar membacanya nantinya.
Kalau itu semua belum kita lakukan, lalu apa hak kita marah-marah pada anak dan tiba-tiba datang memaksanya untuk bisa membaca?
Pixabay |
Akhirnya apa yang terjadi? Betapa banyak anak bisa membaca tetapi tidak menyukai kegiatan membacanya. Betapa banyak anak bisa membaca tetapi tidak paham dengan apa yang dia baca. Lalu, muncullah para orang dewasa yang lebih mendahulukan bicaranya daripada ilmunya. Jadinya seperti apa? Seperti "Tong Kosong Nyaring Bunyinya"
Terus apa lagi? Coba kita lihat, betapa banyak orang dewasa yang merokok sembarangan seperti di rumah sakit, di tempat umum yang jelas-jelas itu ada tulisannya "Dilarang Merokok" atau orang dewasa yang buang sampah sembarangan, padahal ada jelas-jelas tulisannya "Jangan Membuang Sampah Di Sini!". Pernah lihat kan orang-orang begitu?
Mau contoh satu lagi? Lihat betapa banyak orang-orang yang tidak peduli dan membiarkan para ibu hamil, ibu menggendong anak, lansia berdiri tegak di transportasi umum, padahal sangat jelas ada gambarnya bahwa kursi-kursi prioritas itu adalah hak mereka. Tapi apa yang terjadi? Banyak orang-orang dan anak muda kita duduk tenang sambil bermain handphone, pura-pura tidur atau cuek tak peduli? Dan contoh-contoh lainnya. Membuat miris bukan?
Mereka semua itu pada bisa baca. Tetapi mengapa mereka tetap begitu? Itu semua salah satu penyebabnya adalah karena mereka-mereka itu dipaksa bisa membaca pada masa kanak-kanaknya, tetapi akhirnya membuat mereka tidak memahami dan tidak mampu memaknai apa yang telah mereka baca. Kok, bisa begitu? Bisa, karena
"Kita hanya ingin anak kita cepat bisa membaca tetapi lupa untuk menumbuhkannya"
Lalu, lihatlah apa yang terjadi!
Tahapan Belajar Membaca Pada Anak
Nah Ayah Bunda, Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikuti Brewer dan mengutip tulisan Julia Sarah Rangkuti, bahwa perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan yaitu:
a. Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya.
b. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Pada tahap ini anak terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh, juga menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan.
c. Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini, anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad dari gambar yang dia lihat dan sudah bisa membaca gambar yang dia lihat. Seperti gambar makan anak jadi mengetahui bahwa itu adalah kegiatan makan
d. Tahap pengenalan bacaan (take off reader stage)
Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dll.
e. Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Sudah bisa lancar membaca sendiri dan tanpa bantuan
Sekarang kita jadi tahu ya Ayah Bunda, beberapa tahapan yang akan anak lalui ketika dia belajar membaca dengan cara yang benar.
Ada 2 Hal Penting yang Wajib Orangtua Ketahui Sebelum Mengajarkan Anak Membaca
Ayah Bunda, mengajarkan anak membaca itu perlu ilmunya. Jadi, sebelum mengajarkan anak membaca, perhatikan 2 hal penting ini
1. Kematangan atau kesiapan anak
Perhatikan kematangan dan kesiapan anak ya Ayah Bunda. Jangan seperti kasus di atas, yang anak tidak dikenalkan dan tidak dibiasakan pada buku lewat cerita dari usia dininya, tiba-tiba kita datang memaksanya harus sudah bisa baca. Yang ada anak kaget dan tidak suka membaca pada akhirnya
2. Metode atau pendekatan belajarnya
Metode ini menjadi hal penting yang perlu orangtua perhatikan. Ajarkanlah anak membaca, menulis dan berhitung dengan metode bermain dan menyenangkan sesuai usianya. Ini akan lebih cepat anak menangkapnya dan menyukainya.
Ayah Bunda, karena membaca ini adalah sesuatu yang abstrak, ya. Jadi tetap sebaiknya kita mengawali mengajarkannya dengan sesuatu yang konkret. Contoh
Ketika kita mengenalkan suku kata "Sa" pada anak. Kita bisa dengan memberi contoh kata "Sapi" sambil diletakkan mainan sapi nya pada anak. Ini akan membuat anak lebih mudah menangkapnya. Mainan sapi ini kita jadikan sebagai alat peraga dalam mengajar bentuk konkret pada anak. Karena kita tidak mungkin kan ya Ayah Bunda, membawa binatang sapi benarannya pada anak? Hahaha.
Mengapa harus dimulai dari sesuatu yang konkret? Karena anak usia prasekolah atau sebelum usia 7 tahun, belum bisa diajak untuk berpikir abstrak. Karena kapasitas berpikir mereka masih terbatas dan sedang berkembang. Jadi, orangtua harus pintar dan kreatif nih dalam membuat alat peraga pada anaknya, ya.
Sebenarnya untuk metodenya bebas ya, Ayah Bunda yang penting menyenangkan 😍. Intinya boleh mengajarkan anak membaca asal sesuai dengan kesiapan anak dan anaknya happy dalam belajarnya
Itu dia Ayah Bunda beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebelum mengajarkan anak membaca atau menulis. Ingin saya katakan Ayah Bunda, bahwa "Sesuatu yang terbaik itu didapatkan oleh usaha yang terbaik pula"
Baca juga: BUNDA INGIN MENGAJARKAN MEMBACA PADA ANAK? BISA COBA DENGAN METODE MONTESSORI INI
Jadi, sebelum memaksa anak untuk membaca, sudahkan kita memberikan dan mengusahakan yang terbaik pula pada anak-anak kita agar dia menyukai apa yang dia baca? Karena
"Ada yang lebih penting dari sekedar membuat anak bisa membaca, yaitu bagaimana membuat anak menyukai kegiatan membacanya"
Kalau begitu, yuk kita sama-sama belajar Ayah Bunda, karena sebelum meminta anak untuk belajar, kitalah yang seharusnya lebih dulu belajar untuk mereka
So, selamat belajar ya kita ❤️
Wah, ini nih tantangan tersendiri buat aku. Ngajarin anak sulung membaca, belum 5 menit uda ambil bola sambil tarik2 bajuku ngajakin main bola aja di teras wkwkwk....
ReplyDeleteBelajar bacanya dikemas dengan permainan bola aja Bun 😉
DeleteTulisan yang bagusss, bener mbak, anak kalau cuma bisa baca tulisan tapi ga tau maknanya yaa gtu deh, di ruang publik semuanya cuek semau gue
ReplyDeleteAku jadi merasa bersalah sama anakku kalo baca ulasan mba yeni, teringat pas waktu anakku TK untuk harus bisa dan bisa baca karena persiapan dia ke SD..hiks.. hiks
ReplyDeleteKarena sistem sekolah negerinya kurang mendukung dengan kebutuhan anak ya bun
DeleteMungkin bentuk kepanikan ya, karena sekarang banyak SD yang minta siswa kelas satunya untuk harus sudah bisa membaca. Padahal aturannya memang nggak begitu.
ReplyDeleteIya bener Bun. Akhirnya anak yang menjadi korban
Deleteiya mbak?? aku ngga tau. cuma smpet pernah denger2 juga ada yg smpe kayak gt. ini anakku aja masih gamau PAUD aku pasrah aja. yang aku yakin tiap anak itu spesial dan setiap mereka itu berbeda. bismillah ya mbak smoga kita bsa jd orang tua yang baik buat mereka
ReplyDeleteMenyukai dulu kegiatannya baru mulai belajar membaca...
ReplyDeleteHhmm..setuju sekali. Jadi mereka akan berminat dan suka baca seterusnya
anak saya baru duduk di kelas 1 belum bisa baca
ReplyDeletememang sedang berproses
mau diles kan gurunya bilang tidak perlu
jadi memang perlu bertahap
cuma di rumah dilengkapi dengan bahan ajar huruf huruf dan ejaan
ya ampun soal rokok ini suami ku masih belum bisa membunuh egonya depan anak sampe aku pun sering emosi dibuatnya. mba sharing dong gimana caranya biar dia mau berhenti merokok alasanya demi kesehatan anak....
ReplyDeleteCoba sering diajak seminar parenting mba, pelan2 ksh bcaan buku mengenai anak, bikin kesepakatan ama suami misalnya klo dia mu ngerokok jng di depan anak. Khawatirnya jg klo punya anak laki2 akan cenderung jadi perokok juga nantinya krena dia melihat contoh itu dr org trdkatnya dan trakhir di doakan
DeleteThanks for sharing mba.
ReplyDeleteKebetulan aku juga lagi pengen membiasakan anak untuk rajin membaca, langkah awalnya ya membacakan buku buat dia.
Tapi ya kadang bingung apa yang harus dilakukan. Haha
Keponakanku mulai suka belajar membaca pas udah 8 tahun. Aku dan keponakanku juga belajar bersama membaca buku picbook gitu, bun. Dan alhamdulilah keponakanku seneng.
ReplyDeleteAnakku lagi di tahap no. 2 nih, pengenalan konsep diri. Whuaa, teguran banget buat aku nih sekarang agak kendor bacain bukunya, soalnya si anak lagi demen mewarnai dan menggambar mulu siih... hehee..
ReplyDeleteBener banet mba Yeni,banyak ortu lebih panik anaknya gak bisa baca daripada gak bisa ngantre. Hiks.
ReplyDeleteKuncinya saat mengajari anak2 membaca adalah kesabaran. Tapi kadang tnp sadar kita malah gk punya kesabaran. Ulasannya oke mb thx yaa
ReplyDeleteAnakku yg pertama sih udah bisa ngeja. Tadinya gak mau sy ikutin calistung, tapi malah dianya yg minta. Kalau adeknya ikut-ikutan aja sama kakaknya.
ReplyDeletebundaaaa....
ReplyDeleteaku suka semua tulisanmu bahkan yang termasuk opinimu juga. dan ini emang benr banget bun, dan biasanya orantua yang di pelosok atau kampung masih galak menerapkan harus bisa calistung bahkan aku pernah melihatnya sendiri anaknya disebut bodoh di depan khalayak. tapi gimana ya usah kalo sekedar kita memperingati atau memberi tahu rasanya seperti beda kepercayaan beda anutan kadang aku gak tega liat orantua yang seperti itu ke anaknya
Wah makasihhh Bun. Muachhh 😘
Delete