Pixabay |
Aku lahir di kota Padang dan besar di Bandung. Bagiku, Padang adalah cinta pertamaku dan akan selalu di hati, tetapi Bandung adalah cinta terakhirku, tempatku untuk pulang setelah kemanapun kakiku membawaku pergi
Jangan tanya betapa aku sangat mencintai kota tempatku dibesarkan itu. Aku menyukai orang-orangnya, menyukai setiap sudut kotanya, menyukai alamnya. Dan ada banyak yang lebih penting dari itu. Bagiku, Bandung selalu punya cerita. Kota itu, kota pertama kali aku berhijrah, berjilbab, memiliki banyak sahabat, dan mengenal orang-orang hebat dalam hidupku.
Bukan hanya itu, Bandung pula kota tempat pertama kali ku dihina, diremehkan, dianggap sebelah mata, dan bahkan tempat pertama yang membuatku tak berarti apa-apa. Dan aku benar-benar menikmati itu semua, bahkan berterima kasih pada mereka karena telah membuatku merasakan itu semua. Karena tanpa mereka, tak mungkin aku bisa sekuat ini dan tanpa mereka juga tak mungkin aku berada di posisi saat ini. Satu yang pasti
"Sesuatu yang menyakitkan itu, jika itu tidak membunuhmu maka itu akan menguatkanmu"
Dan aku benar-benar bahagia dengan Bandungku. Lalu, tiba-tiba kini aku terdampar di sini bersama keluarga kecilku. Kota asing yang tak pernah ku singgahi, bahkan membayangkannya pun tak pernah. Lalu aku tinggalkan Bandung dengan segala rasa di hati dan air mata yang tak tertahankan meninggalkan semuanya, keluarga, sahabat, cerita dan Bandungku.
Dan kota tempat keluarga kecilku terdampar ini, bernama Tangerang Selatan. Dan ini menjadi kota pertama yang kami singgahi untuk menetap.
Setelah ini, kami tidak tahu akan berpindah-pindah kemana lagi. Yang aku tahu, kami akan hidup berpindah-pindah terus dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, dan dari satu pulau ke pulau yang lain. Yup, karena aku adalah seorang istri dari abdi negara yang harus siap dipindahkan kemana pun dan kapan pun demi memberikan yang terbaik untuk negara ini. Karena aku adalah seorang istri pegawai pajak.
Baca juga: MENGAPA PENTINGNYA MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK MENJADI SEORANG SUAMI DAN ISTRI YANG BAIK DIKEMUDIAN HARI PERLU DIKENALKAN SEDINI MUNGKIN?
Dulu, bahkan sampai sekarang kalau ditanya orang-orang, pekerjaan suamiku apa? Aku selalu menjawab "hanya PNS" nggak berani lebih dari itu. Karena jika aku menjawab pekerjaan suamiku adalah seorang pegawai pajak, orang-orang suka memandang sebelah mata, mencibir dan menganggap pekerjaan suamiku penuh dengan korupsi. Hanya karena satu oknum yang korupsi, jadi menyamaratakan kami semua. Adilkah itu? Bukankah itu menjadi fitnah untuk kami semua?
Atau terkadang pekerjaan suamiku suka dibentur-benturkan dengan agama bahwa "Tak apa-apa nggak bayar pajak, yang penting bayar zakat". Padahal dalam Al-Quran, pajak itu ada. Tapi rasanya ingin sekali ku berkata pada mereka "kalau gitu jangan pakai fasilitas umum dan fasilitas negara ya, soalnya semua itu kan pakai uang pajak!".
Pixabay |
Meskipun negara kita mayoritas penduduknya muslim, tetapi tidak bisa disamakan dengan sistem perekonomian negara Islam lain seperti Arab Saudi yang dikarenakan negara kita beraneka ragam agama di dalamnya. Apalah aku ini yang masih dangkal ilmu agamanya. Walau begitu, yang ku tahu suamiku bersama para pegawai pajak yang lain, bekerja untuk membangun negeri ini dan untuk kepentingan hidup banyak orang
Dan orang-orang yang begitu mudahnya menyakiti, berprasangka buruk, anti pajak dan nyinyir pada kami soal pajak ini. Ada yang mereka lupakan bahwa ketika:
Baca juga: YAKIN NGGAK NYINYIR? YUK, KITA CEK DIRI KITA BUNDA!
1. Mereka dan keluarga mereka sakit lalu pergi berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Mereka lupa bahwa lembaga kesehatan tempat mereka dan keluarga mereka berobat itu dibangun oleh uang pajak.
2. Ketika mereka dan keluarga mereka ke sekolah untuk menuntut ilmu, mereka lupa bahwa uang dibangun untuk sekolah bahkan gratis itu, berasal dari uang pajak
3. Buat mereka yang selama ini sekolah sampai perguruan tinggi untuk menuntut ilmu, mereka lupa bahwa gaji guru dan pendidik mereka itu, pada umumnya di bayar dari pendapatan pajak,
4. Bagi mereka atau keluarga mereka yang kemana-mana suka menggunakan jalan umum untuk bepergian, mereka lupa bahwa jalan yang mereka lewati itu dibangun dari uang pajak,
5. Bagi mereka yang menikmati fasilitas umum dan pemerintah, mereka lupa bahwa fasilitas yang mereka nikmati itu berasal dari uang pajak
6 bagi mereka atau keluarga mereka yang suka berbelanja ke pasar tradisional. Mereka lupa, bahwa tempat mereka belanja sehari-hari dan murah itu, itu semua dibangun oleh uang pajak
7. Semua fasilitas umum, SDM, bantuan, program pemerintah, rencana anggaran belanja di setiap daerah dan pengadaan untuk rakyat. Lagi-lagi mereka lupa bahwa itu semua dananya berasal dari uang pajak.
Pixabay |
Setelah semua fasilitas itu digunakan dan dinikmati oleh mereka sehari-hari. Mengapa membuat mereka lupa bahwa itu semua berasal dari pajak? Apakah kita benar-benar tidak tahu ataukah hati kita yang tertutupi dengan kebencian kita pada pajak, sehingga kita lupa dari mana sumber fasilitas yang kita dan keluarga kita gunakan selama ini. Lalu mencibir dan berkoar-koar nggak suka pajak dengan sok ngeshare ini itu, tapi fasilitasnya mereka nikmati. "Kok kamu gitu sih? *nyanyi lagu intra bekti dulu ya 😂. "Ughhh, abis manis sepah dibuang. Teganyaaaa
Banyak orang yang menganggap menjadi istri pegawai pajak itu enak. liburan mahal, baju bermerk semua dan semua diinginkan ada. Pokoknya istri pejabat banget deh dan hidup dengan segala kemewahan
Rasanyaaaaa ingin sekali aku menarik orang-orang yang berbicara seperti itu ke duniaku. Istri-istri orang pajak itu tidak semuanya bergaya hidup tinggi, hanya segelintir dari kami yang begitu. Tetapi, kenapa hanya karena segelintir itu yang mereka sorot dan menyamakan kami semua begitu. Ingin sekali ku bilang "Maenmu kurang jauhhhhh sayanggggg"
Atau ketika orang pajak akan membeli rumah, suka ada yang nyinyir "wah dia udah beli rumah, pasti itu uangnya dari hasil korupsi deh".
Ya Allahhhh betapa jahat dan penuh prasangka buruknya mereka terhadap kami. Setelah suami kami bekerja keras untuk memenuhi target negara, potongan gaji yang besar ketika suami kami telat walau hanya semenit, setelah kami kehilangan orang-orang terdekat kami karena harus siap dipindahkan kapan saja dan dimana saja hanya untuk negara ini. Mereka tak tahu betapa kami kehilangan dan kesepiannya. Kami masih saja dicibir, dilukai, dan difitnah. Padahal suami kami telah bekerka keras untuk mereka dan negara ini
Dan aku hanya bisa terdiam, membisu lalu memberi senyum pada mereka. Tersenyum karena mereka berbicara hal-hal yang tidak mereka pahami, tersenyum karena mereka tidak bisa berempati dan sibuk mengikuti prasangkanya, tersenyum karena mereka berbicara seolah-olah sudah tahu di dalamnya, padahal sebenarnya tidak. Tersenyum karena mereka berbicara sesuatu yang tanpa ilmu.
Yang pada akhirnya, hanya menunjukkan betapa bangganya mereka dan merasa benar sendiri padahal sesungguhnya mereka telah menyakiti, menfitnah dan melakukan dosa yang tidak mereka sadari atas prasangka buruk mereka terhadap kami.
Kita boleh membenci pajak tetapi jangan pernah lupa bahwa negara ini dibangun oleh pajak dan pajak adalah salah satu kunci penting berputarnya roda perekonomian di suatu negara. Karena segala sesuatu itu membutuhkan dana. Jika memang sistem pajak di negara kita masih ada yang kurang, daripada kita saling nyinyir dan komen, lebih baik kita saling kasih solusi dan membantu. Iya kan?
Dan satu yang pasti, jika semua orang baik tidak mau berada di kursi pemerintahan. Lalu, tamat sudahlah negara ini jika para pemikul amanah tak lagi memegang amanahnya. Hancur sudah seketika semuanya, jika tak ada lagi orang baik mau mengurusi keperluan hajat hidup orang banyak. Untuk itu, aku mohon doanya agar suami-suami kami tetap terjaga, terlindungi, dan dapat memikul amanah dengan sebaik-baiknya
Hal di atas hanya sedikit dari perasaan kami dan dari apa yang kami rasakan. Lalu, aku bergabung dengan persatuan istri pegawai pajak memutuskan menuliskan sebuah buku yang berjudul "Secarik Hikmah, Meracik Sakinah". Buku ini tentang pernikahan, tentang suka duka kami dalam menguatkan suami dan anak-anak kami, tentang kesederhanaan, tentang keikhlasan dan tentang kehidupan yang dikemas dengan sarat makna dan hikmah agar bisa diambil pelajarannya oleh banyak orang.
Dan setelah ini, aku tidak tahu Allah akan membawaku dan keluarga kecilku kemana lagi setelah kota ini. Tapi satu yang pasti yang aku tahu
"Kemana pun kaki kami akan melangkah, Bandung akan selalu menjadi tempat kami untuk pulang"
Karena setiap orang akan selalu punya rumah untuk pulang. Begitu juga dengan kami. Walau kami tidak tahu, entah kapan kami akan benar-benar bisa pulang
Tangerang Selatan, 1 Juli 2018
Catatan:
Jika ada yang ingin pesan bukunya boleh ke aku ya 😍
Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Sukses selalu mbak, semoga karya-karya nya terus menginspirasi.
ReplyDeleteAaminnn. Mksh ya bun 😘
DeleteSaya pun pernah beberapa kali mendengar pendapat miring tentang pajak. Misalnya, "Paling malas deh bayar pajak. Abis cuma buat dikorupsi." Korupsi memang masih jadi pr besar di negara kita. Tetapi, yang melakukannya adalah oknum. Jadi saya juga gak sepakat kalau pajak dihilangkan karena ada yang melakukan korupsi. Termasuk juga kalau digeneralisir bahwa semua pegawai pajak atau keluarganya juga pasti korupsi.
ReplyDeleteSabar ya, Mbak. Sukses juga untuk bukunya :)
Mksh ya Bun 😘
Deleteah suka banget dengan gaya penyampaiannya kak yeni, love love love... by the way, hal-hal semacam ini memang terjadi dengan nyata di banyak bidang ya kak dan mungkin itu adalah bagian dari ujian atau sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk menyelamatkan hambanya. nice sharing kak
ReplyDeleteWah makasih Bun. Muach 😘
DeleteSerius Bandung itu bagus banget. Banyak tempat - tempat yang belum dieksplor nih karena saya kebetulan main cuma 10 hari aja . Kumpul keluarga.
ReplyDeleteKeren ya perkumpulan istri pegawai pajak bisa menghasilkan karya sebuah buku. Salut deh.
I love bandung hahah
DeleteWah ternyata bisa dipanggil dengan Uni Yeni yo, 😁😁.
ReplyDeleteKeren Uni, bisa diterbitkan di Stiletto Book. Semoga laris manis bukunya dan menginspirasi banyak orang.
Masuk penerbit stilleto mydah kok Mba. Beneran 😃
DeleteWah bun, antaloginya bikin aku ngiri abis nih. Kmrn jg sempat mau bikin antalogi. Semua draft udh kami kumpulkan tp prosesnya msh nunggu. Hihi. Ini brp lama proses editing n bla blanya sampai diterbitkan bun?
ReplyDeleteBerapa lamanya aku lupa Bun. Tapi menurut aku prosesnya cepet kalau di stilleto
DeleteAku lahir & sampe SD kelas 3 tinggal di bandung trus pindah ke Padang, trus ke bogor & ke Bandung lagi hihihihi, dulu kurang suka tinggal di Padang karena panas, beda sama Bandung & sempet di bully sama temen2 disana hihihihi. Etapi ternyata malah sekarang punya suami orang Padang :D
ReplyDeleteMasih mending suaminya jadi PNS mba, suamiku dosen & penah ada yg ngomong kalau dosen itu bukan pekerjaan, daripada jadi dosen mending jadi pns huakakakkaka... pekerjaan buatku sama aja, mo jadi apapun asal halal dan keluarga tercukupi sandang, pangan, papannya :)
Hahaha aku malah dapat jodohnya orang sunda bun hahaha. Iya bun orang mah senengnya ngomeninnn aja ya
DeleteMasya Allah mbak yeni, tulisan dirimuuu. Pasti terinspirasi dari postingan pesbuk eyke yah? wakakakakaka. Aku jadi engak sabar untuk baca buku ini secara keseluruhan loh, pasti bagus-bagus banget. Yihaaa
ReplyDeleteHahaha iya mba ajeng terinspirasi dari mba ajeng. Klo nggak,aku nggak berani nulis soal ini wkwkkw
DeleteBandung emang juara ya Mba Yeni :)
ReplyDeleteJangan Hiraukan yg nyinyir mba..Karena memang kadang Rumput Tetangga lebih Hijau, padahal bisa hijau karena disiramin terus. Sementara halaman yg Tidak Hijau karena tidak pernah disiramin rumputan nya, sebab waktu nya ngga ada krn sibuk liatin rumput tetangga ehehe
Ikh bunda aku suka ama kata-katanya 😍
DeleteKrn nila setitik rusa susu sebelangga, gara2 ada oknum korup semua kena, hehe yg sabar aja ya mbak.
ReplyDeleteWah seru banget sampai bisa jd sebuah buku. Msh PO aja atau udah bisa dibeli di toko buku mbak?
Masih PO bun 😍
DeleteAnjing menggonggong kafilah berlalu, mba. Mereka nyinyir karena meraka enggak tahu. Biarkanlah. Untuk apa kita memikirkan hal yang nyatanya enggak benar. Semangaaattt mba.. dan semoga bisa segera “pulang” ya mba.
ReplyDeleteAaaminnn Bun. Makasih ya 😘
DeleteKetat dan harus patuh peraturan. Itu juga yang dialami kakak sepupu Mpo. Tugas negara ya di jalani saja
ReplyDeleteTak kirain mbak asli jawa loh, bukan Padang. Gak nyangka perjalanan mbak udah jauh nyampai ke Bandung. Yg nyinyir dianggap sebagai obat pahit aja mbak, obat yg menambah stamina kita untuk meraih kesuksesan
ReplyDeleteMukanya kayak orang jawa ya mba hahaha
DeleteOomku kerja di kantor Pajak juga, baru aja dipindahkan dari Surabaya, balik ke Jakarta, sempet terpaksa pisah sementara sama istri dan anak2nya karena sang anak saat tu kelas 6 SD, nanggung. Nantinya Yeni akan begitu juga ya, musti siap2 dipindah kapan pun
ReplyDeleteAaaminn Bun. Semoga kami semua selalu bersama ya
DeleteWah jauh ya mba merantau nya. Segala manis pahit kehidupan kayaknya udah mba rasain nih haha suamiku jg dari padang dan kerja di perpajakan juga
ReplyDeleteWah suami bunda kerja di pajak juga ya. Dunia kita sempit ya 😃
Deleteah, menarik sekali tulisan ini Uni Yeni :)
ReplyDeletesenang ada kesempatan membacanya. sukses selalu untuk bukunya ya.
mari kita menikmati rumah dan setiap kesempatan yang ada sebelum kita benar-benar pulang. semangat terus ya uni! :)
Ya Allah Bunda, terima kasih sekali semangatnya 😘
Deletesama-sama, Uni :)
DeleteWah selamat ya mbak, dan dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Barakallah atas buku antologi ya ya. Moga berkah. Salam kenal mbak Yeni.
ReplyDeleteTrima ksh Bunda. Salam kenal juga ya 😘
DeleteGaya menulisnya saya suka. Sukses terus ya.
ReplyDeleteWah makasih ya 🙏
DeleteMasya allah kak. Saya suka sekali cara bertuturnkakak. Semoga disehatkan terus sekeluarga ya kak. Kadang memang orang hanya bisa berprasangka.
ReplyDeleteWah makasih ya. Doa yang sama untukmu 😘
Deleteada orang yang ngomong gitu pengen tak gigit aja hahaha terus kerja yang bijimane lagi? hadeh...pusing orang sekarang lebih mudah menjudgement daripada menganalisa terlebih dahulu.
ReplyDelete