Dear Bunda!
Hari ini saya akan membagikan ilmu tentang metode Montessori. Sebenarnya ilmu ini sudah lama sekali saya dapatkan dari sebuah seminar online. Tetapi, belum sempat juga saya bagikan. Jadi, hari ini saya bagikan untuk para Bunda semua yang ingin berkenalan dengan montessori ini. Siapa tahu, Bunda tertarik juga untuk menerapkan metode montessori ini untuk menstimulus tumbuh kembang anaknya di rumah.
Apa ada Bunda yang belum pernah atau tidak tahu sama sekali tentang montessori ini? Hampir kebanyakan kita orangtua pernah denger ya, Bun metode pendidikan baru ini. Walau pun metode ini sedang tren saat ini. Tetapi sebenarnya metode ini sudah lama, lho Bunda ada di dunia.
Nah, hari ini saya ingin mengajak para Bunda semuanya untuk menyimak langsung penjelasan dari narasumber kita yaitu Bunda Nafila.
Profil Narasumber
Sumber: Ig Nafila Rahmawati |
Nama: Nafila Rahmawati
TTL: Surabaya, 19 Agustus 1990
Anak: 1
Nama Suami: Aldy Reza Pambudi
Pendidikan: S1 Hukum UI
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Book Advisor, dan Praktisi Montessori di rumah
Wah subhanallah ya, Bun profil beliau. Beliau itu seorang ibu sangat produktif sekali, lho. Dan saya sangat suka membaca tulisan-tulisan parenting beliau di media sosialnya 😍. Kalau gitu, langsung aja kita simak pemaparan beliau ya, Bun 😉
Montessori, Apa dan Kenapa?
Oleh: Nafila RahmawatiMendengar kata Montessori, ada beberapa hal yang biasanya langsung terbersit di pemikiran awam kita. Mahal? Atau permainan dan peralatan yang banyak?
Sejatinya yang demikian hanya beberapa definisi prematur untuk Montessori.
Jujur sebelum mengikuti workshop, saya juga sempat terjebak pada batasan definisi sepihak seperti ini. Sempat mendengar satu tagline yang menyatakan bahwa Montessori is a lifestyle. Lucu awalnya, benar nyatanya.
Apa itu Montessori?
Pixabay |
Montessori adalah metode pengembangan kemampuan anak yang meliputi lima area kemahiran, dengan memfokuskan pada kemandirian anak, sikap menghargai anak dan mempelajari hal yang konkrit.
Menerapkan Montessori pada kepribadian anak memerlukan konsistensi dan kontinuitas, sehingga Montessori bukan sekedar games melainkan cara kita mengenalkan anak pada kehidupan.
Dr. Maria Montessori awalnya menerapkan metode Montessori untuk anak berkebutuhan khusus (sekitar abad 19), ternyata metode ini pun aplikatif dan solutif untuk diterapkan hingga sekarang.
Mengapa Perlu Belajar Montessori?
Pixabay |
Mengapa Montessori yang ditemukan di era lama masih kompatibel dengan kebutuhan anak-anak zaman now?
Terjadi perubahan ritme dan percepatan kehidupan dari generasi pasca Perang Dunia II ke generasi Alpha. Kecenderungan manusia untuk mendatangkan perbaikan pada hidupnya secara finansial, mengarah ke pertumbuhan angkatan kerja sehingga banyak dari orang tua lebih fokus bekerja dan menggunakan energi "sisa" yang sekedarnya ketika membersamai anak.
Energi sisa ini seringkali kita jumpai dalam bentuk orangtua yang memberikan stimulan atau media edukasi instan sebagai kompensasi ketiadaan mereka mengejawantahkan fungsi orang tua.
Gadget, televisi, atau bahkan baby sitter yang selalu siap sedia melayani segala kebutuhan anak.
Sehingga anak tumbuh terakselerasi, namun masih berlubang kemampuan dasar mereka sebagai pondasi pembelajaran lebih lanjut.
Kita menyediakan fasilitas calistung, tapi lupa mengenalkan asyiknya bekerja dengan huruf dan angka tanpa rasa terpaksa. Kita memberikan banyak mainan atau buku mahal, tapi lupa membekalkan olah motorik halus terlebih dulu dan menyalahkan anak-anak kita untuk mainan atau buku yang rusak.
Dunia menginginkan kita melakukan segalanya dengan cepat, dan kita merantaikan anak kita agar berlari dengan kecepatan kita.
Montessori membuat saya berkaca, bahwa anak-anak berhak untuk mendapat porsi kecepatannya sendiri. Filosofi dasar Montessori adalah penawar bagi ketergesaan kita sebagai orang tua yang diburu ritme duniawi.
-Cont'd-
Filosofi dasar tersebut di antaranya:
1. Absorbent Mind
2. Sensitive Periods
3. Law of Development
4. Directress
5. Learning Areas
6. 3PL (Three Period Lessons)
Penjelasannya sebagai berikut
1. Absorbent Mind
Pikiran yang mudah menyerap adalah kekuatan utama anak-anak mempelajari informasi di sekeliling mereka. Otak manusia berkembang hingga 90% pada umur 0-6 th. Pembelajaran yang mudah diserap anak adalah saat dimana mereka mengeksplor dan mengalami sendiri dengan inderawi.
Pada masa ini anak menyerap semua informasi dengan memprosesnya agar bergabung secara terpadu. Namun, mereka belum memiliki filter sehingga belum mampu membenahi dirinya sendiri.
Jika kita sebagai orangtua tidak tercerahkan, bisa jadi kitalah yang menjadi penghambat kemajuan anak.
Usia 0-3 th anak akan mengalami periode Unconscious Mind. Anak memposisikan diri mereka sebagai pencipta secara tak sadar, menirukan apa yang ia terima dan mereproduksi ulang dengan tambahan citra dan metamorfosa karakter bawannya.
Sementara usia 3-6 th anak mengalami periode Conscious Mind. Mereka mulai mampu memecahkan teka-teki lingkungannya secara sengaja dan sadar.
Misal:
Usia 0-3 anak belajar mengkonstruksi bahasa dan berbicara. Mereka memproduksi kata-kata, menirukan apa yang dicontohkan
Usia 3-6 anak belajar penyempurnaan konstruktif, menambah pengayaan kata dan kalimat secara gramatikal
Pengalaman selama Absorbent Mind ini didapat bukan dari sekedar bermain atau serangkaian aktivitas acak, namun merupakan kerja yang dilakukan dengan menggunakan benda yang memberi motif bagi aktivitasnya.
Pada usia ini anak perlu menyentuh dan membawa semua jenis benda untuk rangsangan yang berbeda. Yang dibutuhkan anak adalah pengelaman nyata dan ikut serta dalam aktivitas yang berlangsung di sekelilingnya.
Ketika orang tua mencuci piring, ajak anak untuk melakukan hal yang sama meskipun kadang membutuhkan waktu yang lebih lama. Tindakan meniru yang dilakukan anak ditujukan untuk mempersiapkan dirinya sendiri sebagai bagian dari dunia.
2. Sensitive Periods
Anak genius adalah anak yang mendapat stimulasi yang tepat dan proporsional ketika memasuki Sensitive Periods-nya. Bukan berarti mereka terlahir genius atau tidak henti dibombardir dengan latihan khusus
Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Cacat karakter yang terbentuk pada tahap perkembangan awal akan mempengaruhi perkembangan di tahap selanjutnya.
Selama rentang waktu ini, anak menyerap karakteristik tertentu dari lingkungan mereka.
Beberapa jenis Sensitive Period:
a. Sensitivity to Order
b. Sensitivity to Refinement of The Senses
c. Sensitivity to Small Objects
d. Sensitivity to Walking
e. Sensitivity to Language
f. Sensitivity to Social Interest
Absorbent Mind dan Sensitive Period yang diperhatikan akan menjadi sarana mental bagi anak untuk menunjukkan minat secara sadar. Anak akan merasakan dan menunjukkan preferensi pada tipe rangsangan tertentu untuk mengasah dan memadukan kemampuan dasar mereka.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Dari penjelasan beliau di atas memberikan kita ilmu baru ya, Bun tentang apa itu montessori dan mengapa kita perlu belajar tentang montessori itu sendiri. Sebenarnya waktu dulu saya masih mengajar, konsep mengajar saya itu sama dengan montessori. Hanya saja dulu saya tidak tahu namanya 😂😂.
Menurut saya metode montessori ini ramah anak dan sesuai dengan kematangan anak. Dan saya pun suka dengan metode ini dan menerapkan metode ini dalam kegiatan sehari-hari Erysha, kecuali kalau saya sedang malas menstimulus Erysha (2y) ya *Plakkkk 🙈. Oh iya, buat Bunda yang ingin mengajarkan anaknya membaca dengan metode montessori bisa klik di sini
Nah, apa di sini ada para Bunda yang sudah menerapkan montessori ini di rumahnya? Atau jadi tertarik dan ingin belajar juga metode ini? Yuk, kita belajar sama-sama ya 😍. Buat para Bunda yang ingin tahu gimana sih cara nerapin montessori ini di rumah? Boleh bangettttt kepoin aja instagramnya Bunda Nafila di (@khayli_montesstory), klik aja ya Bun 😉
Sumber
1. Modul Workshop Montessori At Home, Rumah Aruna
2. The Absorbent Mind, Maria Montessori
3. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar, David Gettman
Nafila Rahmawati:
Montessori, Apa dan Kenapa
Beberapa kali dengar istilah montessori, kayaknya kok susah banget ya hehehe...
ReplyDeletePadahal kalau ditelisik lagi, metode ini sebenarnya sudah tanpa sadar dilakukan, kala kita menerima dan mengembangkan fitrah anak.
Bener banget bun. Aktivitas sehari-hari banget ya
DeleteMakasih infonya bun btw saya belum paham praktiknya nanti harus terus gali ilmu lagi nih😍
ReplyDeleteSemangat bunda. Kalau sudah paham, sebenarnya montessori ini kegiatan kita sehari2 dg mengikutsertakan anak di dalammnya seperti menuangkan air, bermain pasir dll
DeleteWaktu anak sulung saya mau TK..metode ini ngetrend sekali ditawarkan oleh TK-TK ternama di Jakarta. Dan jangan tanya biaya masuk dan SPPnya...mahal gila!. Syukurlah kini bisa dipelajari sendiri oleh orang tua, sehingga bisa diterapkan sendiri ke buah hati metode Montessori ini. :)
ReplyDeleteBener bun masih mahalll banget dulu. Sekarang mah bisa kita pelajari sendiri ya di rumah hahah
DeleteSaya juga sudah mengenalkan montessori ke anak saya, bun. Anak-anak memang lebih cepat belajar dengan menyentuh, mengeskplore. Walaupun setelah itu rumah kayak kapal pecah, haha.
ReplyDeleteHahaha sama bun 😂
DeleteMengasuh dengan model montessori ini memang sepertinya menyenangkan sekali. Cuma masalahnya saya ini suka kurang telaten. JAdi modelnya spontan-spontan aja kalau menstimulus anak. Hehehe, PR banget ini terutama buat batita saya
ReplyDeleteIya bun. Masih PR juga ink kurang konsisten
DeleteIni lagi ngetrend ya mba beberapa teman sedang menerapkan montesorri dirumah, sayangnya kau ga konsist n ga komit wkwkwk duh emaknya emang males tapi suka kepengen kalau lihat pada upload foto2nya di IG :)
ReplyDeleteHahaha sama2 bun 😂
DeleteSaya juga mau nerapin Montessori ni ke anak saya mbak, walaupun kadang kadang masih seadanya hehe tapi setelah tau manfaatnya jadi semangat lagi hihi makasih infonya mbaak
ReplyDeleteSama2 bun ☺️
DeleteSebenernya simple aja ya metode monte ini mba, dari pagi bahkan sampai malam hari kita sebenernya ngajarin monte secara nggak langsung tapi nggak kita sadari :D
ReplyDeleteBener banget bun asal kita aktif ya mengikutsertakan anak dalam kegiatan itu
DeleteDulu sedikit2 praktikin montessori jg... Follow ig-nya ah... Makasih sharingnya ya :)
ReplyDeleteSama2 bunda. Iya bun Follow aja ☺️
DeleteSebelum menerapkan pengajaran Montessori, orang tua paling penting dan wajib harus memahami filosofi Montessori. Buku Bu Vidya tentang filosofi Montessori itu katanya bagus. Kalau saya baru belajar juga sih lewat workshop jadi enak langsung tanya jawab dengan ahlinya.
ReplyDeleteIya bun ortunya harus paham dulu ya konsep montessori itu. Soalnya nanti bingung cara ngajarinnya k anak klo konsepnya belum paham
ReplyDeletelagi lagi TOP banget isinya. alhamdulilah sy sudah menerapkan ini pd akhdan. saya setuju bagt sama poin sisa energi untuknedukasi anak, memaksakan anak belajar, tdk memberi kebebasan alami seorang anak,dan cara penjelasan yg masuk bgt. tengkiu ke depannya semoga lebih baik lagi ilmu parenting saya.
ReplyDeleteAaaminnn. Kita sama2 belajar ya Bun
DeleteDalem banget nih ilmunya mba yenny...saya merasa belum bisa mempraktekkan tapi saya akan berusaha..
ReplyDeleteIya Bun akan lbh baik jika kita ikut seminarnya agar paham dengan konsepnya Bun. Klo pham jd lbh mudah utk mempraktekkannya
Deletesaya baru dengar ttg montessori ini,kalau untuk anak autis bisa diterapkan jg g ya bun?
ReplyDeleteBisa Bun. Saran saya sebelum menerapkannya akan lbh baik kita pernah mengikuti seminarnya secara langsung agar kita paham konsepnya. Kalau udah paham jadi kita lebih mudah untuk menerapkannya.
Delete