Waktu kecil, saya memang bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Tetapi, saya tidak pernah terpikirkan sekalipun untuk menjadi seorang guru anak berkebutuhan khusus. Perjalananlah yang membawa saya berada di posisi ini dan itu sangat saya syukuri
Baca juga: Anak Berkebutuhan Khusus
Sebagai seseorang yang memang berlatar belakang Pendidikan Luar Biasa. Membuat saya memiliki banyak penggalan cerita tentang anak berkebutuhan khusus. Dari semua anak berkebutuhan, ada seorang anak yang paling berat saya tangani. Sebut saja namanya Dimas.
Dimas adalah seorang anak berkebutuhan khusus dengan jenis autis dan termasuk klasifikasi berat. Saat itu, Dimas belum bisa berkontak mata dengan siapapun, bahkan dia belum mampu mengeluarkan emosinya. Dia datar seperti robot dan tampak tak menggunakan emosi dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu Dimas belum mampu berbicara, jangankan untuk berbicara, Dimas belum mampu mengeluarkan kata sekalipun
Terbayang betapa beratnya kondisinya. Walau begitu, Dimas seorang anak berkebutuhan khusus yang berparas tampan bahkan tampan sekali, dia mewarisi kerupawanan ibunya. Setiap orang yang mengagumi ketampanan Dimas sekilas, pasti tidak menyangka bahwa Dimas seorang anak berkebutuhan khusus dengan kondisi berat. Banyak orang yang menyayangkan itu. Tetapi, tidak bagi saya. Karena bagi saya
"Tak ada ciptaannya yang sia-sia begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus. Karena saya percaya bahwa tak ada produkNya yang tercipta gagal untuk kita"
Baca juga: Tak Ada CiptaanNya Yang Sia-Sia, Begitu Juga Dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Dimas pun rajin mengikuti terapi dan berkonsultasi dengan dokter ahlinya. Ibunya begitu baik dan kooperatif dengan saya. Setiap apa yang dipelajari di tempat terapi, selalu dibagikan dengan saya. Agar saya memiliki program yang sama untuk membantu proses terapinya. Karena memang begitu seharusnya, ada kerjasama dari tim ahli baik dari tempat terapinya, di sekolah dan juga di rumah. Agar kami sama-sama bisa membantu mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus
Saat itu, pertama kali saya bertemu dan mendampingi Dimas adalah ketika Dimas berusia 3 tahun. Kondisinya yang seperti itu, membuat saya punya PR besar untuk membantu Dimas. Saya ingat sekali setiap bertemu Dimas di pagi hari dan berinteraksinya dengannya. Saya suka memegang kedua pelipisnya dan mengarahkan wajah saya dan sejajar dengan wajahnya sambil berkata padanya "Lihat". Agar mata kami saling melihat. Begitulah cara saya untuk berinteraksi dengan Dimas dan salah satu cara saya untuk menstimulus kontak matanya.
Baca juga: 5 Cara Melatih Kontak Mata Anak Autis
Selain itu, setiap temannya yang datang, saya suka meminta mereka untuk menyapa dan menyentuh Dimas. Selain untuk melatih kontak mata, saya ingin Dimas pelan-pelan bisa merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya. Begitu seterusnya.
Sedangkan untuk menstimulus emosinya. Saya menggunakan banyak cara dari gambar orang yang sedang emosi (marah, senang, sedih, dan takut), saya yang suka beracting emosi di depan Dimas, sampai menggunakan cermin besar yang dihadapkan ke Dimas.
Baca juga: Empat Tips Cara Mengendalikan Emosi Anak
Sedangkan untuk menstimulus kemampuan bicaranya. Saya suka memegang pelipisnya, dan memberikan instruksi atau kata yang pendek pada dimas. Misalnya ketika Dimas menginginkan bola. Saya langsung bilang "Bola" pada Dimas dengan memegang pelipis matanya dengan kedua tangan saya.
Baca juga: 10 Cara Menstimulus Anak Terlambat Bicara
Baca juga: Pijat Wajah Untuk Anak Terlambat Bicara
Di atas hanya sedikit cara saya dalam menstimulus Dimas. Banyak cara yang saya lakukan untuk Dimas dan itu perlu kekonsistenan serta rasa sabar tanpa harus menutut pada anak. Karena yang paling penting tidak selalu tentang hasil. Tetapi,
"Bagaimana kita bisa membersamai anak dalam proses belajarnya dan membuat anak menyukai belajarnya"
Waktu silih berganti dan berlalu dengan cepat. Tak terasa sudah 3 tahun saya mendampingi Dimas. Hingga suatu hari, saya dibuat terharu oleh Dimas, ketika Dimas mau menatap mata saya beberapa detik. Dan saya pun langsung memeluk Dimas. Saya begitu bahagia. Bukan hanya itu, perlahan-lahan Dimas pun mulai menyadari kehadiran teman-temannya. Jika temannya menyentuhnya, dimas sudah bisa langsung berbalik memandang temannya dan tersenyum bahkan dimas pernah berlari hanya untuk memeluk temannya dari belakang
Dimas bahkan sudah bisa mengeluarkan ekspresi sedih ketika ditinggal ibunya pulang dari setelah mengantarnya ke sekolah. Dimas pun bahkan pernah marah dan tantrum lalu menggigit bahu saya sampai biru. Tetapi, saya bahagia melihatnya sudah bisa mengeluarkan emosinya. Dimas kini bukan lagi, Dimas yang seperti robot yang dulu saya kenal
Dan dengan kesekian kalinya pula saya begitu terharu, ketika ia pertama kali mengeluarkan kata pertamanya untuk saya "Bobo" sambil menyuruh saya tidur ketika bermain dengannya. Tak terasa ada gumpalan air mata menggenangi mata saya, yang berusaha saya tahan dan tersenyum sambil memeluknya. Semakin lama, Dimas semakin bisa duduk tenang di kursinya yang biasanya ketika belajar, Dimas suka kabur keluar kelas dan semakin lama Dimas semakin banyak mengerti kata dan instruksi. Saya takjub dan saya percaya
"Proses tidak akan pernah membohongi sebuah hasil"
Sederhana bukan, itu hanya kemajuan kecil untuk anak pada umumnya. Tetapi, tidak bagi kami para pendidik dan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus. Itu sungguh kemajuan yang berarti bagi kami.
Saking berartinya membuat kami begitu mudah menangis dan semakin sederhananya standar kebahagian kami. Saya menangis dan saya benar-benar menangis hanya untuk sesuatu yang sederhana seperti itu. Saya belajar banyak hal dari setiap anak berkebutuhan khusus yang saya pegang. Saya benar-benar belajar kebahagian yang teramat sederhana dari mereka.
Sedangkan kita yang memiliki anak terlahir umum masih suka membanding-bandingkan anak kita dengan anak orang lain. Masih suka melabeli anak kita dengan kata-kata negatif "Masa ini saja nggak bisa sih" atau kamu "nakal" dll. Atau menuntut anak dengan berlebihan "Nilai kamu harus bagus" tetapi lupa mengajarkannya berusaha. Bahkan kita tidak tahu, jangankan untuk sebuah nilai, untuk beberapa anak berkebutuhan khuhus bisa memegang pensil dengan benar saja. Itu sesuatu yang teramat disyukuri.
Kita suka mengeluh anak saya yang bawel dan suka minta ini itu. Tetapi, kita tidak tahu untuk sebagian anak berkebutuhan khusus, jangan kan untuk bawel mereka bisa mengeluarkan beberapa patah kata saja. Itu sesuatu yang amat luar biasa bagi kami
Lalu mengapa kita tidak belajar dari kondisi anak berkebutuhan. Hanya karena anak kita terlahir tanpa kekurangan apa pun di mata kita membuat kita lupa mensyukuri banyak hal
"Kita begitu fokus dengan kekurangan anak kita, sehingga melupakan banyak kelebihannya"
Kita lupa belajar dari banyak hal dan dari kondisi yang ada di sekitar kita. Dan teruntukmu wahai Ibu dengan anak berkebutuhan khusus.
Apa Engkau percaya bahwa tak ada produkNya yang gagal? Apa Engkau percaya bahwa semua ciptaannya itu sempurna? Jadi, janganlah Engkau berlarut-larut dalam kesedihan untuk seorang anak yang sedikit berbeda di mata manusia tetapi sesungguhnya dia sempurna di mataNya. Fokuslah pada kelebihannnya, bukan kekurangannya. Ketika Engkau bisa melihatnya dengan segala kelebihannya, Engkau akan melihat betapa istimewa dan polosnya dirinya. Dia sungguh suci tak ternoda
Janganlah bersedih. Anakmu adalah anugerah karena ia begitu istimewa. Percayalah padaNya...percayalah padaNya....dan Percayakanlah semua padaNya. Karena Engkau tidaklah sendiri
Betul sekali, Mbak, fokus pada kelebihannya. Makasih banyak ya, Mbak, ini postingan yang sangat bermanfaat.
ReplyDeleteSyukurlah. Sama2 pak
Deletesaya pernah nonton aca kick Andi mbak, yang di undang "mantan" autis, karena saat itu setelah dewasa dia sembuh.
ReplyDeleteSewaktu kecil orangtuanya sudah paham dengan beliau, makanya langsung sigap ditangani oleh ahlinya, akhirnya bisa seperti orang normal pada umumnya,
semoga saja Dimas begitu ya mbak, kini sudah menunjukkan kemanjuan yang baik
Sbenernya autis itu ABK permanen. Jadi sekali pun dia bisa normal, ga akan benar2 sama seperti anak normal lainnya. Pasti msh akan ada yg membuatnya sedikit berbeda.
DeleteDimas beruntung sekali bertemu Mbak Yeni sebagai gurunya. saya tidak bisa membayangkan jika guru Dimas tidak mampu memahaminya dengan begitu mendalam. Luar biasa, Mbak. Dan infonya sangat bermanfaat, kebetulan teman anak saya ada diduga memiliki kecenderungana utis, sayangnya minim stimulasi. Semoga penjelasan mbak Yeni bisa membantu.
ReplyDeleteAllhamdulillah bun. Karena mendidik itu harus dengan hati ya 😉
DeleteBaca ini jadi banyak2 bersyukur.
ReplyDeleteKadang kita yang punya anak Alhamdulillah sehat, tapi aktif.
Langsung ngeluuhh dan merasa capek banget
Bener bun. Harus bkin kita harus banyak2 merenung ya
DeleteSalut untuk para orang tua yang dianugerahi anak yang begitu istimewa. Juga pada kesabaran para pendidik yang membersamai anak ABK ini.
ReplyDeleteSemoga semua dimudahkan dan diberi kekuatan..dan saya setuju dengan Bunda, tak ada produk-Nya yang gagal..:)
Aaaminnn Bun 🙏
DeleteMba Yen, aku jadi inget waktu masih mahasiswa magang di TK dimana salah satu muridnya adalah ABK dengan kondisi Autis sama seperti Dimas. Tugasku emang hanya observasi tapi aku sungguh kasih jempol buat guru-gurunya sama seperti mb Yeni bagaimana memberikan treatment agar si anak bisa peka. Dan yang paling bikin saya haru adalah saat menggambar percaya atau tidak gambarnya seperti gambar orang yg sdh dewasa bagussssss banget.
ReplyDeletesemoga banyak orang yang aware dan berempati dengan keadaan anak2 abk spt Dimas y mba
Aaaminnn ya bun 🙏
DeleteSemangat terus bun. Org2 berkebutuhan khusus tidak membutuhkan rasa iba dr org2 di sekitarnya. Yg mereka butuhkan adalah sebuah kesempatan dan kepercayaan bhw mrk juga bisa utk melakukan hal yg org normal lakukan.
ReplyDeleteBener banget bun. Makasih ya 😘
DeleteBisa dibayangkan Bunda Yeni yang sangat sabaaar ☺ Terima kasih sudah berbagi semangat dan kepedulian 💕
ReplyDeleteSama2 bunda. Terima kasih juga ya 😘
DeleteBagai ditampar muka saya setelah membaca artikel ini, terima kasih bunda sudah mengingatkan saya untuk terus bersabar, ikhlas, dan lihat kelebihannya. Jazakillah khoiron katsiran 😢😊
ReplyDeleteWaiiyaki bunda 😘
DeleteSaya dulu juga pernah bekerja di tempat theraphy anak berkebutuhan khusus, melihat mereka saya patut bersyukur dengan kehidupan saya yg sekarang
ReplyDeleteSetelah baca ini, saya semakin sadar kalau setiap anak adalah spesial, punya kelebihan masing-masing. :)
ReplyDeleteSemoga kelak saya bisa jadi orang tua yang baik bagi anak-anak saya. :')
Aaminnn mas dan harus ☺️
DeleteJadi ingat waktu masih ngajar full time di course, saya dikasih tukar kelas yg salah 1 muridnya itu anak autis. Sehari saya ngajar, langsung saya bilang sama SPV, mohon jangan saya yg pegang kelas itu. Ini karena saya belum punya ilmunya untuk mengajar anak autis. Makanya luar biasa untuk pak dan bu guru yg mengajar anak2 istimewa ini. Masya Allah juga stok sabarnya.
ReplyDeleteWah iya bun latihan kesabaran ☺️
DeleteMasya allah bun, nangis saya baca tulisan bunda....bagus bangeeeet..
ReplyDeleteSalam buat Dimas dan bundanya...semangaaaat
Trima ksh bun 😘
Deleteperlu kesabaran dan K bisa punay prestasi krn dia mendaptkan banyak dukungan dari orang sekitarnya
ReplyDeleteIya benar bun. Prestasi yang ga bisa disamakan dengan sudut pandang kebanyakan org ya ☺️
DeleteTerharuu mba. Aku jg pny anak berkebutuhan khusus tp bkn autis, anakku memiliki gamgguan pendengaran. Jd aku bs merasakan bagaimana perasaan haru mba thd dimas.. Terinakasih tulisannya yg sangat menggungah sekali ya..
ReplyDeleteSama2 Bunda. Terima kasih juga ya 😘
DeleteBacanya terharu mbk. Tulisan ini mengajarkan banyak hal. Trimakasih udh sharing mbk. Semoga Dimas dan mbak selalu sehat yaa. Trimakasih juga sudah mengingatkan agar tdk membanding2kan. Salam, muthihauradotcom
ReplyDeleteTerima kasih ya De 😘
DeleteDari PLB ya mom? Luar biasa perjuangan para guru di sini. Dulu waktu sy praktik sebentar di mata kuliah ABK ini ikut merasakan pengalaman yg menakjubkan. Guru2nya benar2 pilihan, ekstra sabar & telaten. Sy aja baru berhadapan dg anak2 macem ini uda grogi loh. Gak kebayang kalo tiap hari harus berinteraksi dg mereka.
ReplyDeleteBener banget bun saya dari PLB 😃
DeleteMaksudnya SLB untuk anaknya atau pendidikan luar biasa (PLB) untuk Bunda belajar? Kalau jurusan PLB di Bandung ada UPI klo negerinya dan kalau swastanya ada UNINUS. Klo swasta ada kelas karyawannya Bun. Hanya saja saya kurang menyarankan klo ke UNINUS karena kurang ya.smga membantu bunda 😊
DeleteJadi teringat masa kuliah dulu, aku salah masuk kelas akibat terlambat. Ternyata aku masuk kelas prodi pendidikan luar biasa dan sdg membahas ttg emosional anak berkebutuhan khusus. Disitu saya terdiam menyimak penjelasan dosennya, ternyata abk itu punya dunia yg sangat indah jika kita memahaminya. Dan beberapa diantara mrk punya rasa menyayangi yg tinggi. Bangga nya lagi sekolah formal sdh mulai memberikan fasilitas yg sama dgn anak lainnya, mrk membuka kelas inklusi.
ReplyDeleteWah iya Bunda 😍
DeleteYa Allah mba tiba-tiba merasa bersalah kadang sebagai orang tua saya juga refleks aja bandingan si kecil dengan temannya. Padahal kalau kita eh saya mau merunduk sedikit saja akan ada banyak alasan untuk bersyukur. Dan setuju Allah Swt tidak mungkin menciptakan produk gagal, melainkan itu merupakan amanat untuk orang tua istimewa.
ReplyDeleteBener banhettt bun. Tulisan ini juga u/ mengingatkan diri saya sendiri
Deletekebetulan saya punya saudara autis.. dulu aku mikir kenapa ya orang-orang memandang dia beda.. padahal bagi kita mereka sama saja seperti orang lainnya.. seiring dengan berjalannya waktu saya paham soal autis ini.. tapi bagi saya mereka samasaja.. mereka perlu disayang tapi mungkin memang perhatiannya lebih ekstra
ReplyDeleteIya bener bun sama aja. Cuma butuh perhatian lebih
DeleteAnak kebutuhan khusus perlu peran orangtua, anak lain dan guru. Semangat terus dan sabar memdidik anak kebutuhan khusus
ReplyDeleteMasya Allah, salut sama mbak Yeni. Kudu sabar dan telaten ya jd guru, apalagi guru ABK. Anak ABK itu sebenarnya bisa sukses kalau lingkungannya jg mendukung ya mbak, tujuannya agar di masa mendatang mereka bisa hidup lbh mandiri TFS ceritanya :D
ReplyDeleteGak pernah bisa ngomonv deh klo debger cerita ttg anak ABK,di tambah orang tua dan guru nya yang luar bias...TOP
ReplyDeleteMbaaaaaa aku terharu, kamu hebat!!! Menjadi guru biasa aja menurut aku bukanlah hal yang mudah, apalagi guru untuk anak berkebutuhab khusus seperti dimas. Berarti itu di kelas campur dengan anak biasa atau semuanya anak berkebutuhan khusus, mba?
ReplyDeleteSungguh besar pahala nya memiliki anak berkebutuhan khusus ya mbak. Sabar dan tawakal adalah kuncinya. Kalo aku yang mengalami sendiri mungkin aku gak akan sanggup sabar, soalnya aku orangnya emosional banget. Huhuhu. Ibu ibu dengan anak berkebutuhan khusus adalah ibu ibu yang hebatt
ReplyDeleteSangat menginspirasi, terimakasih sudah berbagi mba. Saya sangat terbantu dengan artikel cara mengatasi emosi anak, kebetulan anak saya super aktif dan emosinya sangat menggebu-gebu. Banyak ilmu parenting yang saya dapat di sini.
ReplyDelete