Adakah yang lagi bingung, gimana sih caranya mengajarkan anak membaca? Apa aja, sih tahapan yang harus dilewati anak ketika belajar membaca itu? Terus gimana, sih caranya mengajarkan anak membaca tanpa perlu membuat anak merasa terbani? Nah, yuk kita berkenalan dengan belajar membaca melalui Metode Montessori. Siapa tahu, bisa jadi pilihan Bunda 😉.
Materi ini saya dapatkan dari seminar parenting yang saya ikuti. Nah, sebelum kita ke materinya. Alangkah lebih baiknya kita berkenalan dengan nara sumber hebat yang satu ini, yaitu Ibu Julia Sarah 😃
Biodata Nara Sumber
Sumber: phonicquran.com |
Nama : Julia Sarah
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 7 Juli
Status : Menikah
Anak : 2
Riwayat Pendidikan
Sarjana Universitas Indonesia
Diploma Montessori
Mengikuti Program Parenting Nabawiyah
Aktivitas
Ibu Rumah Tangga
Menulis Buku
Menerapkan home education untuk buah hatinya
Profesi
Penulis
Pembicara
Beliau ini penulis buku best seller lho, Bun. Saya ngeceng banget nih sama buku karangan beliau. Pengen beli untuk membantu saya dalam menstimulus Erysha di rumah. Nah, kalau begitu, yuk kita simak langsung materi dari beliau, ya Bun 😃
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Belajar Membaca dengan Metode Montessori
Oleh: Julia Sarah Rangkuti
Editor: Yeni Sovia
Bunda, tema "calistung untuk anak usia dini" saat ini masih menuai prokontra di kalangan orangtua. Beberapa pakar parenting berpendapat bahwa kegiatan calistung ini sebaiknya dikenalkan saat anak sudah mencapai tingkat intelektual di atas 6 tahun. Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa kegiatan membaca dan menulis dapat distimulasi sejak anak usia dini. Saya pribadi menyetujui pendapat kedua, bahwasanya anak usia dini boleh distimulasi dengan kegiatan membaca dan menulis asalkan orangtua memperhatikan 2 hal: *kesiapan anak dan metode yang diberikan*.
Menurut Leonhardt, anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Dengan demikian, kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini. Sedangkan Montessori dan Hainstock mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat diajarkan menulis dan membaca, bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.
Baca juga: Mengapa Membaca Buku Perlu Diperkenalkan Pada Anak Sejak Dini?
Membaca sendiri merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif, sehingga kegiatan ini termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. *Membaca merupakan proses untuk memahami makna suatu tulisan*. Proses yang dialami dalam kegiatan membaca adalah: mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, mengenali makna, menyimpulkan bacaan sesuai konteks wacana.
Bunda, sebelum anak diperkenalkan dengan proses belajar membaca, tentunya perlu kita sepakati bersama bahwa *menumbuhkan anak menyukai kegiatan membaca jauh lebih penting daripada anak dapat cepat membaca*. Kita ingin anak-anak kita cinta belajar bukan hanya sekadar bisa membaca. Dengan demikian, stimulasi dengan membacakan buku kepada anak sebaiknya dilakukan jauh lebih dulu daripada mengajarkan anak membaca dan mengenal huruf.
Baca juga: Caraku Mengenalkan dan Membuat Anak Menyukai Buku
Tahapan Perkembangan Membaca Anak
Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikuti Brewer perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya.
b. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Pada tahap ini anak terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh, juga menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan.
c. Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.
d. Tahap pengenalan bacaan (take off reader stage)
Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dll.
e. Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Baca juga: 20 Manfaat Membacakan Buku Cerita Pada Anak Dari Usia Dini
Tahap Anak Sudah Dapat Membaca Tulisan dengan Lancar
Bunda, sebelum mengajarkan anak membaca ada baiknya kemampuan pramembaca (prereading skills) anak dipupuk jaaauuh sebelum anak-anak kita harapkan bisa membaca. Kemampuan tersebut antara lain:
1. Kaya Kosa Kata
Sejak bayi sering-seringlah berdialog dengan anak kita. Meski mereka belum bisa menanggapi, tapi mereka mendengar-merekam dalam memorinya. Saat memandikan, memakaikan baju, menyusui, menyuapi makan, dll berdialoglah.
2. Kesadaran akan Tulisan Cetak
Membacakan buku pada anak ternyata merupakan salah satu prereading skill yg hubungannya adalah: anak jadi tahu dan paham bahwasanya huruf-huruf itu bisa dilisankan. Anak mengetahui cara membalik halaman buku, arah membaca tulisan yang benar, dll.
3. Kegemaran akan Bacaan
Kegemaran atau motivasi membaca adalah keinginan dan kesediaan anak untuk membaca. Salah satu upaya yg dapat kita lakukan agar minat baca mereka tinggi adalah dengan men-display buku-buku mereka di rak buku yg mudah diambil. Kemudahan anak untuk dekat dan mudah dengan "penampakan buku" akan lebih memungkinkan mereka mengambil dan membaca buku-bukunya, bukan 😊
4. Keterampilan Mendengar (menyimak) dan Bernarasi
Anak-anak yang memiliki keterampilan menyimak yang baik akan lebih mudah menceritakan kembali apa yang ia alami/lihat/dengar. Pada kemampuan ini, diharapkan anak-anak mampu bercerita banyak hal tentang apa yang mereka alami dengan bahasanya sendiri.
5. Kesadaran Fonologis
Kesadaran fonologis adalah kemampuan untuk mendengar dan mengidentifikasi berbagai bunyi dalam kata-kata yang diucapkan. Misalnya, anak akan tahu bahwasanya 'kata' dengan 'mata' itu berbeda; 'sate' dengan 'satu' itu berbeda, dll.
6. Pengenalan Huruf
Kesiapan pramembaca ini memungkinkan seorang anak untuk mengenali huruf dan bunyinya, termasuk juga mengenali perbedaan huruf kapital dengan huruf kecil.
Selain itu, sebelum anak diajarkan membaca, tentunya kita perlu melihat kesiapan pada anak. Kemampuan-kemampuan kesiapan membaca pada anak yang harus dikembangkan ialah:
a. Kemampuan membedakan auditorial
Dalam hal ini, anak dapat memahami konsep volume (keras-pelan), tempo, tekanan, membedakan suara dalam alfabet, misal bunyi ‘d’ dan ‘t’.
b. Kemampuan diskriminasi visual
Dalam hal ini, anak dapat mengidentifikasi warna dasar, bentuk geometris, dan mampu menggabungkan objek berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran.
c. Kemampuan membuat hubungan suara dan simbol
Dalam hal ini, anak mampu mengaitkan bahwa huruf ‘b’ berbunyi ‘beh’ dan digunakan pada kata beruang, burung, dll.
d. Kemampuan perseptual motoris
Dalam hal ini, perkembangan motorik halus serta koordinasi mata dan tangan diharapkan sudah berkembang dengan baik.
e. Kemampuan bahasa lisan
Dalam hal ini, anak-anak juga harus dikembangkan kemampuan mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, serta memahami ide.
f. Interpretasi gambar
Dalam hal ini, anak dapat menceritakan sebuah gambar dengan bahasanya sendiri.
g. Progresi dari kiri ke kanan
Dalam hal ini, anak diperkenalkan bahwa kegiatan membaca dilakukan dari arah kiri ke kanan.
h. Kemampuan merangkai
Dalam hal ini, anak mampu mengulang cerita yang baru saja ia dengar atau merangkai sebuah potongan gambar dengan tepat.
i. Penggunaan bahasa verbal
Dalam hal ini anak mampu terlibat dalam sebuah percakapan, juga bermain peran.
j. Lateralisasi
Anak mampu membedakan tangan kanan dan tangan kiri serta kaki kanan dan kaki kiri.
Bunda, selain memperhatikan kemampuan kesiapan anak dalam proses membaca, tentunya kita perlu memperhatikan pula metode yang digunakan dalam mengajarkan anak membaca. Tentu sulit bagi anak mengenal sesuatu yang bersifat abstrak tersebut. Dalam hal ini, saya pribadi menyukai Metode Montessori dalam mengajarkan anak membaca.
Perbedaan Metode Membaca Montessori dengan Metode Membaca yang Lain
Metode ini memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya:
a. Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku, namun dikenalkan dengan paparan prewriting dan prereading skills terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.
b. Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll, bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.
c. Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak.
d. Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’ sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu. Contoh, jika kita mengenalkan dengan bunyi a-be-ce-de-e-ef-ge maka ‘b-a-t-u’ harusnya ditulis anak menjadi be-a-te-u (beateu).
Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori
1. Kegiatan prewriting dan prereading melalui permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.
Contoh permainan 1 spy |
Contoh permainan 1 spy |
Buku Phonic Song's |
2. Menggunakan material metal inset (gambar terlampir) untuk mengembangkan kontrol dan gerakan tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan berlawanan arah jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dll.
Metal Inset (Julia Sarah) |
3. Menggunakan material sandpaper letter (gambar terlampir)
untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap (3 huruf dikenalkan setelah ingat baru berpindah ke 3 huruf lainnya). Huruf yang dikenalkan boleh secara acak. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.
sandpaper letter (Julia Sarah) |
4. Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA (gambar terlampir) untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai sarana untuk membangun kata.
Large Moveable Alfabet (Julia Sarah) |
Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar.
Contoh, anak diberi miniatur hewan sapi, dan tanyalah pada anak:
Orangtua: “apa ini?”
Anak: “sapi”
Orangtua “oke..ayo kita buat kata sapi, sssss (pinta anak mendengarkan phonics dan mengambil huruf tersebut lalu letakkan di sebelah miniatur sapi), dst
5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata (caranya seperti pada no.4). Penggunaan kartu baca ini sebagai 'jembatan' bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa 'objek' sapi sama dengan 'gambar' sapi dan tulisannya adalah 'sapi'.
6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.
7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).
8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.
Dalam Metode Montessori masih banyak lagi hal yang diajarkan di area bahasa ini, seperti pengenalan kata benda, kata sifat, diftong, dll. Semangat belajar ✊🏽
👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏
Wah, sekarang kita jadi tahu, ya Bun bagaimana cara belajar membaca melalui Metode Montessori ini. Bagaimana Bunda, tertarik jugakah untuk mencoba metode ini untuk buah hatinya di rumah?
Selamat belajar, ya 😉
Sumber:
Broemley, K.D. 1992. Languange Arts: Exploring Connections. Boston: Allyn and Bacon.
Wolfgang, C.H., and Wolfgang M.E. 1999. School for young children: developmentally approriate practice. Boston: Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurdiana, dkk. 2013. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Seminar Parenting Belajar Membaca Untuk Anak usia Dini dengan Metode Montessori oleh Juliah Sarah Rangkuti
Kereeeenn Kak Yeniii.. Saya lagi cari iniiii. Thank you infonya lengkappp
ReplyDeleteSamaw bun 😘
Deleteinfonya lengkap banget, saya juga suka buku2nya Beliau
ReplyDeleteTos bun. Kita sama 😃
DeleteMbaaaa ini berasa pas banget baca ini makasi infonya, mau skedar sharing ni mba baru saja tadi malam mencoba untuk mendampingi Neyna belajar baca dan kemampuan neyna uda bisa spell per-huruf sayangnya pas ditanya ini apa masih liatin gambar seperti tadi malam l-o-b-a-k dibaca brokoli krn liat gambar k-e-j-u dibaca kue wkwkwk
ReplyDeletenest pengen coba cara ini supaya neyna juga ga terbebani dan ada variasi belajarnya :)
Iya Bun. Sama2. Met belajar juga ya 🙏
DeleteWahh bunda luar biasa banget ini metodenya, nanti bisa di coba kalau sudah punya anak nih haha..
ReplyDeleteHahaha boleh-boleh
DeletePas banget krn memang lg cara ngajarin anak. Thanks for sharing mbak
ReplyDeleteSama-sama bunda
Deletewahhh cukup menambah pengetahuan artikel diatas, berbobot dan penuh pengetahuan. :)
ReplyDeleteTerima kasih 🙏
DeleteKeren Montessori, nggak membebani anak..cara belajar yang menyenangkan :)
ReplyDeleteMetodenya kekinian ya bun 😃
DeleteSama ky metode di sekolah jav, tp br diajarin di tk b semester 2
ReplyDeleteSwkolahnya sekolah khusus montessori bun?
DeleteMontessori ini lagi ngetrend dan banyak dibahas dimana2 ya :)
ReplyDeleteIya bun metodenya kekinian ya 😃
DeleteMasyaAllah.. Lengkap banget mbak..... Saya memang lagi butuh banget artikel tentang elajar membaca dengan metode montessori ini. Anak saya usianya hampir 3 tahun. Semoga pelan-pelan bisa dipraktekkan 😀
ReplyDeleteAaminnn bunda. Selamat belajar ya 😃
DeleteBisa diterapkan untuk usia berapapun. Menarik dan bermanfaat
ReplyDeleteKalau dalam montessori tidak ditentukan usia anaknya bun. Harus dilihat dari kesiapan dan kematangan anaknya. Jadi beda2. Nah utk melihat anak sudah siap atai blum bisa dilihat dari persiapan pra membaca di atas. Karena kita ga mungkin langsung mengajarkan anak membaca tetapi kita tidak mempersiapkan anak terlebih dulu seperti sering membacakan buku cerita pada anak dll.
Delete