Dear Ayah Bunda
Banyak aspek tumbuh kembang anak yang perlu kita stimulus dari sejak dini. Salah satunya adalah aspek emosi. Aspek emosi ini sering terlupakan oleh orangtua dan bahkan banyak orangtua yang tidak tahu betapa pentingnya menstimulus aspek ini.
Pasti pernah ya, Ayah Bunda melihat anak-anak kita sulit mengendalikan emosinya sendiri. Misalnya yang tiba-tiba rewel, nangis mulu, tantrum, memukul orang lain dll. Suka bikin kita kesel dan mudah emosi juga ya, Ayah Bunda menghadapi anak sedang begitu. Kalau anak sedang mengeluarkan emosi positif sih kita seneng. Tapi, kalau yang keluar adalah emosi negatif kan bingung juga ngehadepinnya. Akhirnya kita ikutan marah-marah juga deh, pada anak 😞
Nah, hari ini saya mau berbagi sedikit ilmu tentang tips cara mengendalikan emosi anak. Biar kita nggak sering main drama juga ya, ama anak 😂. Sebenarnya dalam mengajarkan pengendalian emosi ini ada beberapa tahap. Hari ini saya akan jelaskan tahapan pengendalian emosi pada anak yang bisa dilakukan dari sisi orangtua. Apa saja itu?
Tips Cara Mengendalikan Emosi Anak
1. Pahami jam biologis anak
Misalnya kita harus tahu nih jam berapa anak mengantuk, jam berapa anak merasa lapar, jam berapa anak bersemangat dll. Ketika kita mengetahui jam biologis anak, membuat kita lebih mudah mengendalikan emosinya.
Kayak kita aja, terkadang kita lebih mudah marah atau sensitif ya Ayah Bunda, jika kurang tidur, atau lapar dll. Begitu juga dengan anak. Jadi, sebelum anak rewel penuhi kebutuhannya dahulu
2. Pahami bentuk respon atau ekspresi anak ketika emosi
Orangtua perlu tahu dan bisa membedakan, mana ekspresi marah, sedih, kecewa, takut, senang, dll.
Bedakan antara emosi dan ekspresi emosi. Emosi itu seperti senang, sedih, marah, takut dll. Sedangkan ekpresi emosi itu adalah respon anak ketika emosi. Misalnya ketika senang responnya tersenyum atau tertawa, marah responnya tantrum atau cemberut dll, emosi sedih respon anak menangis, merajuk dll.
Setiap anak memiliki ekpresi atau respon emosi yang berbeda. Sehingga diharapkan kita sebagai orangtua peka dan memahami emosi anak sejak dini
3. Observasi dan temukan stimulus apa yang memicu emosi tertentu anak
Misalnya, jika anak sedang tantrum. Kita harus mengamati dan observasi untuk mengetahui penyebab apa yang memicu anak bertingkah begitu. Agar kita bisa menghindari di lain waktu anak mengulang emosi yang sama dari pemicu yang sama
4. Sejak anak masih bayi. Orangtua perlu berespon adaptif atau sesuai terhadap ekspresi emosi anak
Artinya yang sesuai dengan stimulusnya.
- Kalau anak sedang marah lalu kita tertawakan, maka respon kita TIDAK ADAPTIF.
- Kalau anak sedang nangis lalu langsung kita suruh diam, maka respon kita TIDAK ADAPTIF.
- Kalau anak takut, kita ejek ketakutannya, maka respon kita TIDAK ADAPTIF.
- Kalau anak senang, kita abaikan, maka respon kita TIDAK ADAPTIF.
Jadi, berilah respon kita sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya jika anak benar-benar sedih sekali. Berikan anak pelukan karena anak membutuhkan itu bukannya mengejeknya cengeng. Atau anak terjatuh. Bukannya kita obati malah menertawakannya.
Oleh karena itu berhati-hati dan pekalah kita terhadap ekspresi emosi anak kita. Kepekaan orangtua menangkap pesan emosi anak dengan "membaca" ekspresi anak, adalah kunci awal pengajaran pengelolaan emosi anak
Bila anak merasa tak dipahami dan tak didengar, mereka frustrasi.
"Bahasa fisik" pun digunakan kembali.
Bu Yeti Widiati, Psikolog juga menyebutkan bahwa "EMOSI itu seperti garam dalam makanan, terlalu sedikit sebabkan hambar, terlalu banyak tak nikmat dan timbulkan penyakit.
"SENANG"
menimbulkan harapan dan optimisme.
Tak ada senang, dunia suram dan melelahkan. Terlalu banyak mengakibatkan kemanjaan.
"SEDIH"
menimbulkan pemahaman keterbatasan.
Tak ada sedih sebabkan kesombongan. Terlalu banyak, menghilangkan harapan dan semangat.
"MARAH"
menimbulkan rasa segan.
Tak ada marah menyebabkan penindasan. Terlalu banyak, mengakibatkan permusuhan dan perlawanan.
"TAKUT"
menimbulkan KEHATI-HATIAN.
Tak ada takut menyebabkan kecerobohan, terlalu banyak, mengakibatkan kepasifan
Saya benar-benar bersyukur sekali dapet ilmu dari beliau. Beliau ini salah satu sumber belajar saya dalam ilmu parenting 😍. Dan salah satu tulisan saya di blog ini, yang saya dapatkan dari beliau adalah tentang "6 Cara Mengajarkan Anak Mempertahankan Diri dari Bully" (klik aja ya yang warna merah). Buat Ayah Bunda yang ingin belajar juga cara mengajarkan anak mempertahankan diri dari bully. Boleh dibuka saja ya, linknya.
Baca juga: Sudahkah Ayah Bunda Mengajarkan Konsep Maaf Memaafkan Pada Anak? Begini Caranya!
Bagaimana Ayah Bunda, sudahkah Ayah Bunda menerapkan empat cara mengendalikan emosi anak ini di rumah? Kalau belum, yuk kita sama-sama belajar, ya 😄!
Sumber
Ibu Yeti Widiati, Psikolog dan Penulis Buku Parenting
duh aku kadang suka tidak adaptif merespon emosi anak :p duh baca ini tutup muka mesti banyakin lagi belajar menjadi ortu yang bisa kendalikan emosi :)
ReplyDeletemakasi uda share mba btw akupun suka sama bu Yeti bukunya yang segelas air perigi juga aku punya dan langsung beli ke beliau :)
Wah sama ya kita. 😍
DeleteMakasih infonya bunda, aku kadang gak bisa ngertiin jg maunya anak kecil gmn, memang sih aku blm punya anak, tp saat momong ponakan suka kebingungan juga.
ReplyDeleteSama-sama bunda. Semoga nanti ketika punya anak. Tinggal praktek aja ya, Mba 😃
DeleteNah..emosi anak..memang sulitnyaa..saat dihadapi. Apalgi saat kita juga dalam kondisi yang lagi bete..hihih
ReplyDeleteMakasih ulasan dan tipsnya..:)
Bener banget bun. Klo lagi kayak gtu. Biasanya saya nenangin diri dulu sebentar. Sebelum ngehadepin anak. Klo ga nanti ga sengaja jdi ka anak pelampiasan rasa keselnya hihihi
DeleteSaya juga suka ngikuti bu Yeti, tipsnya praktis tapi bagus. Makasih sharingnya, bun ☺
ReplyDeleteIya bener bun praktis dan sehari-hari banget ya. Sama-sama bun 😃
DeleteMemang susah menghadapi anak yang ekspresi emosinya negatif.saya masih suka terpancing dan ikutan merespon negatif...haduuh kayaknya mesyi banyak belajar nih dari bu yeni
ReplyDelete