Fhoto: m.Liputan6.Com |
Tunagrahita
adalah salah satu dari jenis anak berkebutuhan khusus yang sama-sama memerlukan
pendidikan khusus untuk mengoptimalkan kemampuannya. Berikut ada 3 hal yang
perlu diketahui tentang tunagrahita:
1.
Pengertian
Anak Tunagrahita
Banyak istilah
yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kondisi kecerdasannya di bawah
rata – rata atau di bawah anak normal. Dalam bahasa Indonesia pernah digunakan seperti
lemah ingatan, lemah otak dan lemah pikiran. Istilah yang resmi digunakan di
Indonesia saat ini adalah “tunagrahita” sebagaimana yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 1991 tentang “Pendidikan
Luar Biasa”.
Definisi anak tunagrahita
yang dikemukakan, Amin (1995:11) bahwa:
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah
rata-rata, mengalami keterbelakangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan,
kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak dan yang sulit serta yang
berbelit-belit, kurang menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keterbelakangan ini
bukan sementara tetapi untuk selama-lamanya dan keterbelakangan mereka hampir
pada segala-galanya lebih lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan
isi bacaan, dan berhitung.
Selanjutnya American Association on Mental
Deficiency (AAMD) yang dikutip Grossman (1983) dalam (Hallahan & Kauffman,
1986:47) mengemukakan bahwa: “Ketunagrahitaan mengacu
kepada fungsi intelektual umum yang secara jelas (meyakinkan) berada di bawah
rata-rata disertai kesulitan dalam perilaku adaptif dan terjadi pada periode
perkembangan”(alih bahasa Amin, 1995:2).
Berdasarkan uraian di atas jelaslah
bahwa untuk mengkategorikan sebagai penyandang tunagrahita, adalah seorang anak
yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata secara jelas, kekurang mampuan
dalam tingkah laku penyesuaian dan berlangsung pada periode perkembangan.
Baca juga: Apa Itu Anak Tunagrahita Ringan?
Baca juga: Apa Itu Anak Tunagrahita Ringan?
2.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Para
ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita berbeda – beda tergantung pada keahliannya.
Pengklasifikasikan anak tunagrahita ini perlu dilakukan untuk memudahkan guru
menyusun program dan memberikan layanan pendidikan secara optimal.
Klasifikasi
anak tunagrahita sebagaimana dikemukakan Amin (1995:22-24) dengan mengacu pada
PP No. 72 tahun 1991 sebagai berikut:
a.
Anak
tunagrahita ringan, mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasan
dan adaptasi sosialnya terhambat, namun masih mempunyai kemampuan untuk
berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
b.
Anak
tunagrahita sedang, mereka yang termasuk kelompok tunagrahita sedang memiliki
kemampuan intelektual umum dan adaptasi
perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan
sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab
sosial”, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
c.
Anak
tunagrahita berat dan sangat berat, anak yang tergolong dalam kelompok ini pada
umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri,
melakukan sosialisasi dalam bekerja. Sepanjang hidupnya mereka akan selalu
tergantung pada bantuan dan perawatan orang lain.
Sedangkan berdasarkan ukuran tingkat
inteligensi dikemukakan (Hallahan and
Kauffman, 1986:47) alih bahasa Somantri (2006:108) dengan menggunakan skala
Binet membagi ketunagrahitaan sebagai berikut:
a.
Mild mental
retardation
(tunagrahita ringan)
IQ-nya 70-55
b.
Moderate mental retardation (tunagrahita
sedang)
IQ-nya 55-40
c.
Severe mental
retardation
(tunagrahita berat)
IQ-nya 40-25
d.
Profound mental
retardation
(sangat berat)
IQ-nya 25 ke bawah
Dari pengklasifikasian tersebut dapat
disimpulkan bahwa anak tunagrahita diklasifikasikan : tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang, tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat.
Baca juga : Anak Berkebutuhan Khusus
Baca juga : Anak Berkebutuhan Khusus
3.
Karakteristik
Anak Tunagrahita
Para pendidik
harus mengetahui karakteristik anak tunagrahita agar mampu mengotimalkan layanan
pendidikan yang baik. Di bawah ini akan diuraikan beberapa karakteristik anak
tunagrahita, seperti yang dikemukakan oleh Page (Suhaeri H.N.; 1979:25) yang
dikutip oleh Astati dan Mulyati (2010 : 15-17), sebagai berikut :
a.
Kecerdasan,
kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama hal-hal yang abstrak. Mereka
lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote learning) bukan dengan
pengertian. Dari hari ke hari dibuatnya kesalahan-kesalahan yang sama.
Perkembangan mentalnya mencapai puncak pada usia yang masih muda.
b.
Sosial, dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus,
memelihara dan memimpin diri. Waktu masih kanak-kanak mereka harus dibantu
terus menerus; disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggali pakaian dan
sebagainya; disingkirkan dari bahaya, diawasi waktu bermain dengan anak lain,
bahkan ditunjuki terus apa yang harus dikerjakan.
Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda daripadanya, tidak dapat bersaing dengan teman sebaya. Setelah dewasa kepentingan ekonominya sagat tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bimbingan dan pengawasan mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang terutama mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual. Dilihat dari sosial age (SA) mereka juga sangat kecil SQ-nya. (SQ adalah singkatan dari “Social Quotient” seperti halnya IQ untuk kecerdasan).
Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda daripadanya, tidak dapat bersaing dengan teman sebaya. Setelah dewasa kepentingan ekonominya sagat tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bimbingan dan pengawasan mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang terutama mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual. Dilihat dari sosial age (SA) mereka juga sangat kecil SQ-nya. (SQ adalah singkatan dari “Social Quotient” seperti halnya IQ untuk kecerdasan).
c.
Fungsi-fungsi Mental Lain,mereka mengalami kesukaran
dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat
beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Pelupa dan mengalami
kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan. Kurang mampu membuat
asosiasi-asosiasi dan sukar membuat kreasi-kreasi baru. Yang agak cerdas,
biasanya menyalurkan hasrat-hasrat ke dalam lamunan-lamunan, sedang yang sangat
berat lebih suka “mengistirahatkan otak”. Mereka menghindar dari berpikir.
d.
Dorongan dan Emosi, perkembangan dan dorongan emosi
anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan
masing-masing. Anak yang berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannnya,
hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri. Kalau
mereka lapar atau haus, mereka tidak menunjukkan tanda-tandanya.
Demikian pula kalau mereka mendapat perangsang yang menyakitkan
hampir-hampir tidak memiliki kemampuan menjauhkan dirinya dari perangsang
tersebut. Kehidupan emosinya lemah. Jika telah mencapai umur belasan tahun
dorongan biologisnya biasanya berkembang dengan baik kecuali hubungan
heterokseksual tetapi kehidupan penghayatannya terbatas pada perasaan-perasaan;
senang, takut, marah, benci dan kagum. Anak yang tidak terlalu berat
ketunagrahitaannya mempunyai kehidupan emosi yang hampir sama dengan anak
normal tetapi kurang kaya, kurang kuat dan kurang banyak mempunyai keragaman.
Mereka jarang sekali menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
e.
Organisme, baik struktur maupun fungsi organisme
pada umumnya kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara
pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerak lagaknya kurang
indah. Diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Mereka kurang mampu
membedakan persamaan dan perbedaan. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang
kurang sempurna.
Anak yang berat apalagi yang sangat berat ketunagrahitaannya kurang
tentan dalam perasaan sakit, bau yang tidak enak, dan makanan yang tidak enak.
Badannya relatif kecil seperti kurang segar. Tenaganya kurang, cepat letih,
kurang mempunyai daya tahan.
Berdasarkan uraian di atas karakteristik
anak tunagrahita pada umumnya adalah anak yang memiliki kecerdasan yang
terbatas, memiliki kesulitan dalam sosial karena belum mampu mengurus diri,
kesulitan dalam berkonsentrasi, perkembangan emosinya, struktur maupun
organismenya berbeda dengan anak sebayanya
Dari penjelasan di atas diharapkan para guru dan orang tua dapat bekerja sama untuk membantu mengoptimalkan kemampuan tunagrahita. Begitu juga untuk masyarakat dapat menerima kehadiran anak tunagrahita dan membantu mereka dalam kehidupan sosial
Daftar Pustaka
Astati, & Mulyati, Lis. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri
E.M. (2011). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: CV Amanah Offset
Nani, Euis. (2011). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Ofsett
Somantri, Sutjihati. (2009). Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Masha Allah, bermanfaat banget mba.
ReplyDeleteSaya kudet baru tau dengan jelas tentang ini.
Semoga kita semua bisa lebih peka untuk menerima dan memperlakukan para anak Tuna Grahita dengan baik dan layak.
Guru memang perlu mengetahui tentang hal ini, maka dari itu pihak sekolah biasanya memang telah menyiapkan adanya guru khusus, agar anak tersebut tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
ReplyDeleteOrang tua yang sungguh luar biasa jika diamanahi anak istimewa seperti tuna grahita ini.
ReplyDeleteKalau anak seperti ini apa bisa satu saat bersekolah di sekolah umum ya Bun? atau memang seterusnya di SLB?
Bisanya di SLB ama di sekolah inklusi bun.
DeleteSemoga para orang tua dan guru yang diberi amanah mendidik anak tunagrahita diberikan banyak kesabaran. Biar tumbuh kembang anak-anak tunagrahita juga bisa optimal :)
ReplyDeleteSemangat buat semua mommies yang memiliki anak istimewa dengan diagnosa tuna grahita. Kalian benar-benar orang terpilih. Semoga tetap amanah dalam menjaga titipan Allah SWT.
ReplyDeleteWah, jadi ingat mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus nih. Dulu juga membahas beginian, terus ada praktiknya ke SLB gitu.
ReplyDeleteTernyata tunagrahita itu ada beberapa klasifikasi ya mbak? Baru tau saya.
ReplyDeleteBeberapa tahun silam saya pernah mendatangi yayasan yang sebagian muridnya tunagrahita juga, sayangnya tidak bertemu dengan anak-anaknya. Sepertinya guru-guru di sana harus membaca artikel ini untuk acuan mengajar. Makasih sharingnya, mbak.
Anak berkebutuhan khusus memang butuh perhatian dan bimbingan yang lebih, karena mereka spesial. Semoga para ortu yang dianugerahi anak-anak spesial diberikan kesabaran, keihklasan dan kekuatan. Aminn
ReplyDeleteDulu saat belajar psikologi perkembangan anak dan materi tentang anak kebutuhan khusus, dulu aku taunya sih mental retardation mba itu sama kali yah mba?tunagrahita?
ReplyDeletedan memang baik irtu dan guru butuh info penting seperti ini agar berikan treatment yang sesuai dengan kebutuhan mereka semoga edukasi ttg ini banyak diketahui y mba
Sama bun. Mental retardation itu termasuk klasifikasi tunagrahita
DeleteBun, tahu tentang diskalkulia? Pernah dibahas kah di materi tunagrshita dlm dunia akademik? Aku dulu meneliti itu.
ReplyDeleteTahu bun cuma beda jenis ABKnya. Kalau diskakulia lebih ke hitungan atau matematika letak gangguannya. Kalau tunagrahita semua bidang karena kecerdasannya yg dibwa rata2 anak normal
DeleteDr membaca ini sy kepo bun. Ini kr2 penyebabnya lbh ke biologis atau psikologis ya. Soalnya defenisi ringannya hampir mirip2 aj y sm anak yg mmg introvert tulen n anti sosial. Hehe, soalnya ak br tau istilah ini loh bun. Jujur aja akutuh.. Hihi
ReplyDeleteKrn faktor biologis bun sperti kelainan kromosom dll. Tpi gangguan ini jadi mempengaruhi segala aspek tumbuh kembangnya termasuk ke psikologisnya. Oh ya mereka nggak anti sosial kok Bun. Mereka hanya kesulitan beradaptasi dengan baik karena gangguan yang mereka miliki 😃. Pada umumnya anak jenis tunahrahita ringan ini malah lebih senang bermain dengan anak di bawah usianya karena dia anggap lebih nyambung dengannya
DeleteSaya sering mendapati kasus tuna grahita tapi si anak msh bisa berprestasi kyk bisa main piano, trys bisa otak atik komputer jg. Ini kyknya anak2 yg kyk gini tu yg hebat ortunya. Ortunya mendidik mereka "senormal" mungkin shg enggak kalah sama anak2 lain yg gk tuna grahita ya mbak...
ReplyDeleteSayangnya masih banyak ortu dan masyarakat yg kurang pemahaman soal ini. Semangat buat mommies yang dianugerahi anak-anak istimewa ini, semoga jadi ladang pahala dan yaa :)
ReplyDeleteInformasinya berguna banget mbak, yg awalnya mengerti sekarang tambah mengerti... penting banget emang pengetahuan seperti ini di share
ReplyDeleteBaru tahu nih penyakit tunagrahita. Nah, penyakit-penyakit pada anak seperti ini seharusnya di share oleh kemenkes ya. Karena kan kebanyakan ibu-ibu rumah tangga awam akan penyakit begini.
ReplyDeleteDulu waktu SMP aku sempat salah mengartikan Tuna Grahita yang ku pikir bisu dan tuli ternyata bukan.
ReplyDeleteTuna grahita ini kayaknya cocok masuk ke sekolah inklusi. Saudaraku ada yang tuna grahita, masuk SLB dia gak mau karena merasa normal, sedangkan masuk sekolah umum dia ketinggalan. Sayang dulu sekolah inklusi masih belum familiar jadi sekarang anaknya gak sekolah.
kalau anak yang ternyata tuna grahita ringan harus masuk sekolah khusus juga kah Bun? atau tetap bisa sekolah di sekolah umum gitu?
ReplyDelete